Bos Mafia Playboy

Kutukan Untuk Adi Prayoga



Kutukan Untuk Adi Prayoga

0Di dalam mobil, Imelda semakin gelisah menantikan Brian yang tak kunjung keluar dari rumah ibunya. Ia pun tak sanggup untuk menahan dirinya untuk tetap berada di dalam mobil bersama kedua ayahnya.     
0

"Aku harus menyusul Brian sekarang, Pa. Rasanya sangat tidak tenang hanya duduk di sini tanpa melihat keadaan suamiku." Tanpa menunggu persetujuan dari kedua pria yang juga berada di dalam mobil, Imelda bergegas keluar lalu setengah berlari menuju ke gerbang rumah itu.     

Melihat Imelda yang keluar begitu saja, Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra menjadi panik. Tanpa berpikir panjang, mereka berdua segera menyusul anak perempuannya. Rasanya terlalu berbahaya jika wanita hamil itu harus menerobos masuk dari penjagaan ketat di gerbang rumah itu.     

"Biarkan kami masuk!" teriak Adi Prayoga yang berada di belakang Imelda yang sangat cemas.     

"Kami tak bisa membiarkan sembarang orang masuk ke dalam!" ketus salah seorang pria yang berjalan di depan gerbang.     

Adi Prayoga tersenyum sini pada pria itu. Ia merasa sedang diajak main-main oleh orang bayaran Natasya. Ia pun mengambil ponsel di dalam saku celananya lalu berpura-pura menghubungi Martin.     

"Martin! Bawa satu mobil penuh bahan peledak ke rumah Natasya. Aku ingin bermain-main kembang api di sana." Adi Prayoga mendekatkan ponsel di telinganya, seolah benar-benar menghubungi orang kepercayaannya itu. Padahal, di rumahnya tak ada sedikit saja bahan peledak yang tersisa. Semuanya ludes telah diambil oleh seseorang yang kemungkinkan besar adalah Natasya.     

"Jika kalian tak membuka gerbang, kami memiliki cara tersendiri untuk membuka gerbangnya," tambah Davin Mahendra untuk menyakinkan para pria yang berjaga di depan gerbang rumah itu.     

Setelah berbincang sebentar, mereka akhirnya memutuskan untuk membuka pintu bagi ketiga orang itu. Tentu saja, pria-pria itu tak ingin kehilangan nyawanya hanya karena tidak membukakan pintu bagi mereka.     

Adi Prayoga, Davin Mahendra dan juga Imelda bergegas masuk ke dalam rumah yang cukup besar dan juga terlihat sangat mewah. Untung saja pintu rumah itu tidak tertutup, mereka langsung masuk dan melihat sebuah pemandangan yang membuat mereka darah mereka langsung mendidih.     

"Dasar anak kurang ajar!" Mereka melihat sendiri saat Rizal Hartanto memaki Brian sembari mendaratkan sebuah pukulan di wajah Brian.     

Imelda yang melihat perlakuan kasar pada suaminya, langsung berlari ke arah Brian yang sudah tersungkur di lantai rumah itu. Ada api amarah yang berkobar di setiap sorotan mata Imelda. Ia tak terima saat suaminya diperlakukan seperti itu pada seseorang yang tidak ada hubungan apapun dengannya.     

"Hentikan, Tuan Rizal Hartanto yang terhormat!" seru Imelda dalam sebuah tatapan yang seolah ingin menghabisi sosok pria yang berprofesi sebagai hakim itu.     

"Siapa kamu? Berani-beraninya berteriak padaku," sahut Rizal Hartanto tanpa penyesalan sedikit pun. Ia belum menyadari dua orang pria yang datang bersama wanita itu. Pria itu hanya fokus pada Brian dan juga Natasya saja.     

Sebuah perkataan arogan yang ditunjukkan oleh Rizal Hartanto pada Imelda telah berhasil mengusik hati Davin Mahendra yang paling dalam. Sebagai seorang ayah, ia tak terima saat pria itu terlalu menganggap remeh anak perempuannya.     

"Sepertinya seorang hakim senior yang cukup dihormati telah kehilangan wibawanya," sindir Davin Mahendra yang berjalan beriringan dengan Adi Prayoga. Kedua pria itu menatap pasangan itu dengan wajah sangat jijik.     

"Davin Mahendra! Adi Prayoga!" Terlalu jelas keterkejutan di wajah Rizal Hartanto. Tak pernah terbayangkan jika dirinya akan bertatap muka secara langsung dengan dua orang pria yang cukup diseganinya. Ia tak menyadari jika Imelda adalah anak dari Davin Mahendra.     

Ia melirik seseorang yang sudah memperlakukan anak dan menantunya dengan begitu kasar. Davin Mahendra tentunya tak terima dengan hal itu.     

"Berani-beraninya kamu membentak anakku! Bagaimana bisa kamu memukul menantuku?" Meskipun suara Davin Mahendra sama sekali tidak terdengar keras. Namun penekanan dalam setiap kata yang terucap cukup untuk mengintimidasi sosok pria yang berdiri sangat dekat dengan Natasya.     

"Apa! Jadi menantu dari Natasya adalah anakmu?" Rizal Hartanto cukup terkejut dengan hal itu. Natasya tak pernah mengatakan jika anaknya telah menikahi anak perempuan dari keluarga Mahendra. Wanita itu hanya bercerita jika dirinya sangat tak menyukai wanita yang telah dinikahi anaknya. Tak sekalipun Natasya menyebutkan nama keluarga Mahendra.     

Pria itu langsung diam dalam seribu bahasa. Ada rasa bersalah dan juga penyesalan yang tiba-tiba bersemayam di dalam hatinya. Ia merasa telah dibohongi oleh seorang wanita yang sangat dicintainya. Padahal selama ini, Rizal Hartanto sudah memberikan segalanya untuk mantan istri dari Adi Prayoga.     

"Setidaknya kamu harus merasa menyesal setelah memukul anakku, Hartanto. Bagaimana kamu bisa begitu dibodohi oleh wanita yang jelas-jelas telah memanfaatkan dirimu saja?" Adi Prayoga bergerak pelan ke arah hakim senior yang cukup ternama. Ia tak habis pikir jika Rizal Hartanto bisa kembali terjerat dengan mantan kekasihnya itu.     

"Tutup mulutmu, Prayoga! Kamu tak tahu apapun mengenai aku. Di matamu dan juga hatimu, hanya ada Irene saja. Padahal jelas-jelas akulah yang kamu nikahi." Natasya mulai mengungkapkan kekesalan yang selama ini tertahan. Dan justru membuat jurang kebencian di antara mereka.     

Bagai sebuah pedang yang baru saja merobek jantung. Adi Prayoga tak pernah memungkiri hal itu. Namun setidaknya, ia telah berusaha untuk tetap setia pada Natasya sebelum insiden malam itu terjadi. Ia tak pernah berhubungan dengan wanita manapun selama berstatus sebagai suami dari Natasya. Hanya Irene saja yang berhasil melemahkan segala pertahanan di dalam dirinya.     

"Kamu sendiri juga tahu, hubungan kita berdua karena sebuah ikatan janji antara kita dan Irene. Namun saat seseorang telah menjebak Mahendra, segalanya langsung berubah begitu cepat," ungkap Adi Prayoga tanpa memperjelas makna dari perkataannya.     

"Tak perlu berbelit-belit, Prayoga. Bagiku, kamu tetap saja pengkhianatan dan itu tak akan pernah berubah," tukas Natasya tegas. Ia masih saja tak bisa menerima segala yang terjadi dari masa lalunya. "Kuharap kamu mendapatkan balasan yang setimpal atas pengkhianatanmu itu." Sebenarnya itu bukanlah sebuah harapan dari Natasya, lebih tepatnya seperti sebuah kutukan untuk Adi Prayoga.     

Brian yang melihat dan juga mendengarkan perdebatan yang semakin sengit, merasa sudah tak tahan berada di antara orang-orang yang seumuran itu.     

"Cukup, Pa! Lebih baik kita pergi dari sini. Untuk apa berlama-lama meladeni sikap Mama yang semakin tak masuk akal," ajak Brian pada ayahnya yang masih saja kesal pada Natasya.     

Dengan gerakan pelan dan juga sangat berhati-hati, Adi Prayoga mendekati Rizal Hartanto lalu berbisik pelan di telinganya.     

"Jadi rumah ini adalah milikmu? Kamu harus berhati-hati terhadap wanita ular itu," ujarnya Adi Prayoga lirih. Namun tiba-tiba saja, ia menghempaskan tangannya ke wajah Rizal Hartanto dengan kekuatan penuh.     

"Itu adalah balasan karena telah memukul anakku!" tukas Adi Prayoga.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.