Bos Mafia Playboy

Permintaan Gila Eliza Hartanto



Permintaan Gila Eliza Hartanto

0Davin Mahendra akhirnya turun tangan untuk menghadapi anggota dewan direksi. Padahal selama ini ia sama sekali tak mau terlibat dengan urusan rumah sakit. Namun segalanya telah berubah, tak ada lagi campur tangan Natasya dalam pengelolaan rumah sakit peninggalan dari istrinya itu.     
0

"Pertemuan kali ini harus berakhir dengan tidak mengenakan. Untuk pertemuan selanjutnya akan diinformasikan secepat mungkin. Terima kasih atas pengertiannya." Itulah kata-kata penutup yang disampaikan oleh Davin Mahendra pada semua orang di ruang meeting itu.     

Mereka semua akhirnya keluar meninggalkan ruangan itu. Tinggallah kedua keluarga ditambahkan pasangan adik kakak dari keluarga Hartanto. Seluruh orang bisa bernafas lega. Ketegangan itu akhirnya telah berakhir.     

"Sebaiknya kalian semua tetap waspada, Natasya tidak mungkin hanya diam saja setelah dipermalukan seperti ini." Johnny Hartanto sengaja mengingatkan mereka semua agar tidak lengah terhadap wanita licik itu.     

"Kami sangat mengerti sosok Natasya. Terima kasih sudah mengingatkan kami," ucapan Davin Mahendra sangat tulus pada anak laki-laki dari Rizal Hartanto itu.     

Imelda terus memandangi sosok wanita di sebelah Johnny Hartanto. Ia pun mendekatinya dan memberikan pelukan tak terduga untuk Eliza.     

"Terima kasih, Eliza. Aku tak tahu lagi apa jadinya jika tak ada dirimu," ungkap Imelda begitu tulus dalam suaranya yang sangat lembut. Ia tak menyangka jika Eliza bisa merencanakan segalanya dengan sangat matang dan tanpa kesalahan sedikit pun. Bahkan kekasih Martin itu bisa menghadirkan ayahnya ke dalam pertemuan itu.     

"Apa-apaan kamu, Imelda. Berterima kasihlah pada Om duda tampan itu." Eliza terkekeh sembari melirik Davin Mahendra. "Kalau Om Davin tak ikut ke sini, kerja keras kita akan sia-sia. Kali ini kamu harus benar-benar mentraktir aku, Imelda." Eliza terdengar cukup serius mengatakan hal itu. Ia benar-benar mengharapkan sesuatu dari menantu keluarga Prayoga itu.     

Begitu mendengar pembicaraan Eliza dan Imelda, Brian pun langsung mendekati kedua wanita itu. Ia tentunya juga ingin berterima kasih atas kebaikan hati Eliza dalam menyelesaikan segalanya.     

"Katakan saja, Eliza. Aku akan memenuhi permintaanmu sebagai ungkapan terima kasih yang tulus dariku dan juga Imelda," sahut Brian dalam suara yang terdengar sangat menyakinkan. Ia merasa harus membalas kebaikan hati seorang Eliza Hartanto.     

Eliza tersenyum licik mendengar ucapan Brian. Ia merasa memiliki kesempatan emas untuk melancarkan rencananya terhadap Martin. Ingin rasanya ia bersorak kegirangan atas pencapaiannya kali ini. Ia merasa bayaran yang akan diterimanya akan sangat luar biasa.     

"Ijinkan aku tinggal bersama Martin," pinta Eliza dengan sangat yakin.     

"Apa!" Reaksi itulah yang ditunjukkan oleh semua orang yang berada di dalam ruangan itu. Untung saja rekan-rekannya dari kantor kejaksaan sudah lebih dulu pergi. Jika tidak, hal itu pasti akan sangat memalukan bagi keluarga Hartanto.     

"Apa kamu sudah gila, Eliza? Permintaanmu itu terdengar sangat murahan!" protes Johnny Hartanto pada adik perempuan kesayangannya. Ia tak menyangka jika adiknya itu akan mengajukan sebuah permintaan yang sangat memalukan bagi keluarga Hartanto.     

Kekasih Martin itu langsung mendorong Johnny Hartanto ke arah pintu. Ia sengaja ingin mengusir kakak kandungnya itu.     

"Lebih baik Kakak pergi saja. Aku akan mentransfer uangnya nanti," usir Eliza pada seorang pengacara yang menjadi pemilik tunggal dari sebuah firma hukum yang cukup terkenal.     

"Tak perlu! Pak Davin Mahendra sudah mengurus semuanya," tolak Johnny Hartanto pada adiknya sendiri. Tanpa diusir pun, ia memang akan pergi dari sana. Banyak pekerjaan penting yang sudah ditinggalkannya hanya untuk membantu Eliza menyelesaikan semuanya.     

Imelda dan Brian hanya bisa tersenyum melihat tingkah konyol adik dan kakak itu. Mereka terlihat begitu dekat dan membuat orang lain iri atas kedekatan mereka.     

"Kakak kembali ke kantor, Eliza. Jaga sikapmu!" Johnny Hartanto akhirnya pamit pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya yang telah tertunda.     

Setelah itu, Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga juga pamit pergi untuk membicarakan banyak hal di antara kedua keluarga itu. Mereka terlihat sangat kompak dan begitu dekat satu sama lain. Yang jelas, dua pria itu tak ingin terlibat dengan urusan para anak muda.     

"Bagaimana, Brian, Imelda? Apakah kalian menyetujui permintaanku?" Eliza terkesan sangat tidak sabar untuk mendengar jawaban dari pasangan itu. Ia yakin jika mereka pasti akan menerima permintaannya.     

Brian dan Imelda saling memandang satu sama lain, mereka berdua masih bingung harus memberikan jawaban seperti apa pada Eliza. Meskipun bukan sesuatu yang sulit, hal itu cukup membuat Brian dan Imelda tidak yakin dengan jawabannya.     

"Kamu boleh tinggal bersama kami di kamar yang kemarin kamu tempati," jawab Imelda pada wanita yang tampak kecewa mendengar jawaban itu.     

"Aku ingin tinggal di kamar yang sama dengan Martin. Tidak bisakah kalian menerima permintaan ini? Setidaknya sampai Martin sembuh." Eliza tampak memohon atas permintaannya itu. Ia hanya ingin berada di sisi kekasihnya itu.     

Imelda kehilangan akal untuk menolak Eliza. Terlebih Wanita itu sudah banyak membantunya menyelesaikan persoalan sulit yang baru saja dihadapinya. Namun ia juga tak ingin jika Eliza dan Martin menjalani hubungan terlarang sebelum pernikahan.     

"Sayangnya rumahku itu bukan tempat prostitusi. Jangan pikir kamu bisa melepaskan hasrat bercintamu dalam sebuah kamar di rumahku," tegas Imelda pada wanita yang sudah banyak membantunya itu.     

"Kamu terlalu berlebihan, Imelda. Aku sama sekali tidak berpikir untuk melakukan hal itu. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersama Martin saja. Lagipula, Martin sudah mengatakan jika kami akan saling menjaga satu sama lain hingga di hari pernikahan kami." Eliza mencoba untuk menjelaskan semuanya. Ia tak mau jika Imelda berpikir yang tidak-tidak tentang hubungan mereka.     

Jawaban itu benar-benar sangat mengejutkan bagi Brian dan juga Imelda. Mereka berdua tak menyangka jika Martin memiliki pemikiran yang sangat dewasa dan juga layaknya seorang pria sejati. Bahkan jelas-jelas Martin mengetahui jika Eliza bukanlah seorang wanita yang belum tersentuh oleh pria. Namun ia masih saja ingin menjaga kehormatan kekasihnya itu.     

"Mungkinkah kalian berdua sanggup untuk menahan diri?" tanya Imelda lagi.     

"Bukannya sanggup atau tidaknya, Imelda. Jelas-jelas Martin sudah pernah menolakku. Aku sangat menghargai keputusannya. Hal itu juga yang membuatku semakin jatuh cinta kepadanya," jelas Eliza panjang lebar.     

Imelda merasakan sedikit ragu. Dia masih sangat ingat penyebab Brian terjebak dalam obat perangsang yang pernah diberikan oleh Eliza. Ia tak ingin hal itu terjadi juga dengan Martin. Meskipun situasi dan kondisinya sedikit berbeda. Hubungan di antara mereka sudah saling cinta satu sama lain.     

"Bagaimana jika kalian berdua sama-sama khilaf?" Imelda hanya ingin mengantisipasi segala kemungkinan yang sudah terjadi.     

"Bukankah itu lebih baik? Setidaknya pernikahan kami akan dipercepat. Bukankah kalian berdua juga begitu?" lontar Eliza dalam sebuah senyum penuh kemenangan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.