Bos Mafia Playboy

Tak Tidur Semalaman



Tak Tidur Semalaman

0"Istirahatlah, Sayang. Yang paling penting kamu istirahat aja. Besok pagi kita bisa membahasnya bersama." Ia berusaha untuk membujuk istrinya.     
0

Brian sama sekali tak habis pikir dengan istrinya itu. Tak seharusnya jika Eliza nekat untuk bermalam dengan Martin. Meskipun mereka berdua adalah sepasang kekasih, tetap saja belum ada ikatan apapun pada mereka.     

"Tidak bisakah kita memeriksa Martin dan juga Eliza terlebih dulu?" tanya Imelda dalam rasa penasaran yang tampak begitu jelas di wajahnya.     

"Tidak ada yang harus kita periksa, Sayang. Lebih baik kamu segera tidur," bujuk Brian pada seorang wanita yang sejak tadi ingin menyaksikan sendiri aktivitas antar pasangan itu.     

Mau tak mau, Imelda harus mendengarkan perkataan suaminya. Ia tak mungkin melawan ucapan dari seorang pria yang sangat mencintainya itu.     

Dengan sangat terpaksa, Imelda hanya bisa menahan dirinya dan tak melakukan apapun. Ia terlihat pasrah saat membaringkan dirinya dan kembali memejamkan mata.     

Melihat hal itu, membuat Brian langsung menggelengkan kepalanya. Ia bisa melihat jika Imelda sangat kesal kepadanya. Dengan sangat hati-hati, ia melepaskan sepatu yang masih terpasang di kaki istrinya. Brian tak mungkin membiarkan Imelda tidur dengan sepatu yang masih melekat di kakinya.     

"Bantu aku mengganti pakaianku, Brian!" Antara sadar dan tak sadar, Imelda meminta suaminya agar melepaskan pakaian yang masih melekat di tubuhnya. Sepertinya Imelda sudah sangat mengantuk hingga tak mampu melakukannya sendirian.     

Seketika itu juga, Brian harus susah payah menelan salivanya sendiri. Kata-kata Imelda yang baru saja didengarnya, telah berhasil membangunkan sisi lain di dalam hidupnya. Namun ia harus bisa mengendalikan dirinya. Godaan yang tersaji di depan mata, bisa menjadi sebuah bencana bagi dirinya.     

Dengan gerakan pelan dan juga sangat berhati-hati, Brian mulai melepaskan gaun milik istrinya. Ia bisa melihat tubuh indah Imelda yang mulai terpampang di hadapannya.     

Brian memberanikan diri untuk membelai lembut tubuh istrinya, membangkitkan sebuah perasaan yang tak mungkin bisa ditahannya lagi.     

"Sentuh saja, Brian. Namun jangan memintaku untuk melakukan hubungan itu denganku. Aku sedikit lelah," ucap Imelda lirih dalam mata terpejam. Ia bisa merasakan saat jemari tangan Brian mulai menyusup ke dalam tubuhnya.     

"Beristirahatlah, Sayang. Aku tak akan mengganggumu. Aku hanya ingin melepaskan pakaianmu dan menggantinya dengan baju tidur yang lebih nyaman untuk istrinya.     

Ada kebahagiaan kecil yang dirasakan oleh Imelda saat suaminya itu berusaha untuk memberikan yang terbaik baginya. Ia bisa merasakan ketulusan hati seorang Brian Prayoga kepada dirinya. Rasanya sangat beruntung bisa memiliki pria itu di dalam kehidupannya.     

Begitu selesai mengganti pakaiannya, Brian pun juga ikut berganti dengan baju tidur. Kemudian ia langsung membaringkan tubuhnya di samping Imelda. Mereka berdua sama-sama kelelahan dalam menjalani kehidupan yang cukup menguras tenaga dan pikirannya.     

"Selamat malam, Sayang," bisik Brian di telinga Imelda sebelum pria itu terlelap di samping istrinya. Ia tak menyangka jika dirinya akan begitu mudah tertidur.     

Tanpa terasa, hari sudah mulai pagi. Sang surya sudah mulai menampakkan wajahnya. Di saat itu pula, Imelda ikut terbangun dari tidur lelapnya. Ia pun bangkit dari ranjang lalu membuka tirai yang menutupi jendela kamarnya.     

Tidak biasanya wanita itu bangun di pagi-pagi sekali. Biasanya Imelda selalu bangun kesiangan, bahkan sampai terlambat untuk sarapan. Kecuali jika memang ada orang lain di rumahnya. Ia terpaksa harus bangun lebih pagi agar tak membuat dirinya malu.     

Imelda lalu keluar dari kamar untuk meminta para pelayan menyiapkan sarapan bagi mereka semua. Baru saja keluar dari kamarnya, ia sudah mendapatkan sebuah sambutan yang tak terduga.     

"Selamat pagi, Imelda," sapa Eliza yang sudah duduk di sebuah kursi yang berada di ruang tengah. Tak hanya wanita itu saja, Martin juga terlihat sudah duduk di sana.     

"Kalian sudah bangun?" Imelda memperlihatkan wajah terkejut melihat pasangan itu sudah tampil rapi di pagi-pagi sekali. Padahal dirinya saja sama sekali belum melakukan apapun, termasuk mandi.     

Bukannya menjawab pertanyaan itu, Eliza justru terkekeh sembari melirik pria di sebelahnya. Hampir sepanjang malam, ia telah membuat Martin kesulitan untuk tidur.     

"Hampir semalaman Eliza tak membiarkan aku untuk tidur. Rasanya aku sangat menderita pagi ini," keluh Martin dalam wajahnya yang memang terlihat sangat mengantuk gara-gara ulah kekasihnya.     

"Apa kalian melakukan .... " Imelda tak sampai hati mengatakan pertanyaan. Ia merasa sungkan untuk menanyakan pertanyaan yang cukup pribadi pada pasangan itu.     

Martin langsung terkekeh mendengar ucapan Imelda yang belum terselesaikan. Ia sangat yakin jika Imelda pasti sedang berpikir jika mereka baru saja melakukan hubungan antara dua insan yang dimabuk asmara.     

"Jangan berpikir macam-macam! Aku dan Eliza hanya mengobrol sampai pagi. Bahkan ketika aku mulai terlelap, lagi-lagi Eliza membangunkanku. Rasanya aku sangat tersiksa di sampingnya," gerutu Martin pada seorang wanita yang sedang duduk di sebelah.     

"Astaga! Kupikir kalian berdua baru saja melewati malam panjang yang menggairahkan," sahut Imelda dalam wajah yang terlihat sangat ragu. Ia masih saja tak percaya jika mereka berdua sama sekali tak melakukan apapun saat berada di dalam kamar yang sama.     

Eliza kembali terkekeh mendengar respon Imelda terhadap dirinya dan juga Martin. Memang pada kenyataannya, tidak ada yang terjadi di antara mereka berdua. Martin benar-benar tak melanggar janjinya sendiri.     

"Tunggulah sebentar. Aku akan mandi dulu lalu kita bisa sarapan bersama." Imelda bergegas masuk ke dalam kamar lalu benar membersihkan dirinya di dalam kamar mandi. Ia sama sekali tak berpikir untuk membangunkan suaminya itu.     

Setelah beberapa menit, Imelda baru saja selesai. Ia pun bergegas memakai pakaiannya dan memoles riasan tipis di wajahnya. Dengan sedikit terburu-buru, ia segera keluar dari kamarnya. Imelda tak ingin membuat pasangan kekasih itu harus menunggu terlalu lama.     

"Kita langsung sarapan saja. Biarlah Brian menikmati mimpinya," ajak Imelda pada Martin dan juga seorang wanita yang duduk di sebelahnya.     

Tanpa membuang waktu, mereka semua sudah duduk di ruang makan. Imelda sengaja tak menunggu Brian karena sebentar lagi Eliza hanya segera ke kantor, sedangkan Martin harus menjalani terapinya.     

Di saat mereka bertiga sedang menikmati sarapannya, datanglah kedua orang terapis yang dikirim oleh pihak rumah sakit untuk Martin. Mereka berdua langsung menyapa seluruh penghuni dengan sangat sopan.     

"Jika kalian belum makan, bergabunglah dengan kami," tawar Imelda pada pasangan pria dan juga wanita yang masih sangat muda     

"Terima kasih, Dokter Imelda. Kami akan menunggu di ruang tamu saja," sahut wanita muda itu dalam senyuman lembut.     

Sejak kedatangan para terapis itu, Eliza seolah langsung kehilangan nafsu makannya. Ia tak pernah membayangkan jika wanita yang akan membantu kekasihnya untuk terapi pemulihan kakinya masih sangat muda dan juga cantik. Rasanya, darah Eliza langsung mendidih melihat kenyataan itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.