Bos Mafia Playboy

Sosok Di Balik Adi Prayoga



Sosok Di Balik Adi Prayoga

0"Kamu pikir ... aku setega ini padamu? Setelah kamu kehilangan segalanya, aku tak mungkin mengambil satu-satunya orang kepercayaanmu itu. Terlebih, bukti keberadaan Martin sama sekali tak ada." Sebuah ucapan dari Davin Mahendra yang membuat Adi Prayoga langsung bisa bernafas lega. Setidaknya untuk beberapa saat, Martin akan akan berada di rumah itu.     
0

"Lalu ... untuk apa kamu mengejar Martin selama ini?" Adi Prayoga sangat penasaran dengan alasan Davin Mahendra mengincar Martin untuk beberapa waktu belakangan.     

Pria itu tersenyum penuh arti pada sahabatnya itu. Ia tak mungkin lagi menghindari pertanyaan itu. Terlebih, hubungan mereka sudah cukup baik untuk membuka rahasia kecil itu.     

"Aku merasa jika Martin terlalu hebat untukmu. Aku berpikir untuk merekrutnya menjadi anak buahku saja. Meskipun Marco sudah cukup hebat, dua orang hebat di sampingku akan mempermudah pekerjaanku." Davin Mahendra sudah membayangkan memiliki Martin di sampingnya.     

"Jangan mimpi kamu, Mahendra! Martin hanya akan bekerja untukku. Lebih tepatnya, ia sudah seperti anakku sendiri. Aku tak akan membiarkan Martin bekerja untuk pria arogan sepertimu," tegas Adi Prayoga pada sahabatnya itu. Sampai kapanpun, ia tak akan melepaskan Martin untuk orang lain termasuk sahabat dekatnya sendiri.     

Pria itu langsung menggelengkan kepalanya, melihat sikap Adi Prayoga yang terkesan berlebihan baginya. Padahal jelas-jelas, bos mafia itu baru saja kehilangan mata pencaharian utamanya.     

"Bukankah bisnismu baru saja bangkrut? Bagaimana kamu bisa membayar Martin dan juga anak buahmu yang banyak itu. Bisa-bisa, kamu benar-benar miskin karena harus memberikan upah tanpa ada pemasukan," ledek Davin Mahendra tanpa memikirkan perasaan pria di sebelahnya itu.     

"Terus saja meledekku! Aku juga masih memiliki beberapa persen saham di rumah sakit itu. Belum lagi perusahaan batubara di luar pulau, sudah cukup untuk memberikan upah mereka. Untuk sementara, aku akan mengirimkan beberapa anak buahku untuk bekerja di perusahaan batubara." Adi Prayoga mengungkapkan beberapa rencana yang harus dilakukannya tanpa harus menghentikan beberapa orang yang masih ingin bekerja dengannya. Ia tak akan memaksa mereka untuk terus mengikuti dirinya. Mereka semua bebas menentukan pilihannya.     

Tak bisa dipungkiri jika kekayaan Adi Prayoga memang tak main-main. Banyak aset yang dimilikinya, baik itu tambang, perkebunan dan juga peternakan di luar pulau. Segala bidang usaha sengaja dilakukannya. Bukan asal coba-coba, ia sadar jika menjadi mafia tak selamanya bisa bertahan lama. Sejak awal ia sudah merencanakan segalanya.     

"Untung saja kamu kaya raya, Prayoga. Jika tidak, aku akan menyeret Imelda untuk pulang ke rumahku," goda Davin Mahendra dalam iringan kekehan geli atas sebuah insiden yang nyaris membuat sahabatnya bangkrut.     

"Coba saja kalau bisa. Aku yakin jika Imelda pasti akan langsung menolakmu tanpa berpikir sedikit pun. Anak perempuanmu itu sudah sangat nyaman tinggal bersamaku. Mungkin saja, Imelda bisa merasakan jika aku bisa menyayanginya dengan tulus," balas Adi Prayoga tak kalah dari sahabatnya itu.     

Tanpa bertanya langsung pada anaknya, Davin Mahendra sudah bisa menebak jawaban dari anaknya itu. Sudah sangat jelas jika Imelda pasti akan menolak permintaan ayahnya. Ia memilih melihat kebahagiaan mereka.     

Tampak dari kejauhan, Eliza baru saja keluar dari dalam rumah itu. Ia berjalan ke arah Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra. Kedua pria itu secara bersamaan memandang ke arah mereka berdua.     

"Bukankah itu Eliza Hartanto? Untuk apa dia di sini?" Davin Mahendra sangat penasaran dengan keberadaan Eliza di rumah itu. Ia takut jika keberadaan wanita itu bisa mengganggu hubungan Brian dan juga Imelda. Sebisa mungkin bisa bersikap ramah terhadap jaksa muda yang cukup berpengalaman.     

"Kamu bisa menanyakan langsung padanya. Aku jamin jika kamu akan sangat terkejut dengan jawabannya," balas Adi Prayoga pada sahabatnya.     

Davin Mahendra menjadi sangat penasaran atas jawaban itu. Ia pun langsung bangkit dan berdiri untuk menyambut kehadiran anak tunggu dari keluarga Hartanto itu.     

"Apa yang sedang kamu lakukan di sini, Eliza Hartanto?" Tanpa basa-basi ayah dari Imelda langsung menanyakan sebuah pertanyaan yang sudah sangat membuatnya penasaran.     

"Apa kabar, Om? Aku di sini untuk menemani kekasihku itu," jawab Eliza dengan tutur kata yang cukup sopan dan juga sangat ramah.     

Mendengar kata 'kekasih' membuat Davin Mahendra kembali memikirkan jawaban itu. Ia sama sekali take mengerti dengan jawaban itu. Justru ia berpikir jika Brian adalah kekasihnya itu.     

"Mungkinkah Brian adalah kekasihmu itu?" Entah dari mana, Davin Mahendra justru menanyakan sebuah pertanyaan yang tak masuk akan.     

Wanita itu langsung terkekeh mendengar pertanyaan dari ayah Imelda itu. Ia tak menyangka jika Davin Mahendra bisa berpikiran sangat tak masuk akal.     

"Tentu saja tidak, Om. Mana mungkin Brian mau menjadikan aku kekasihnya. Bahkan sudah ribuan kali dia menolak aku," terang Eliza pada seorang pria yang tak lain adalah ayah dari Imelda Mahendra.     

"Lalu ... di mana kekasihmu?" Davin Mahendra sangat penasaran dengan jawaban dari wanita yang masih bisa tersenyum di saat hatinya begitu berdebar karena penasaran.     

"Tunggu sebentar, Om." Eliza langsung pergi meninggalkan dua pria itu. Entah apa yang dilakukannya, sudah beberapa menit berlalu, ia tak kunjung kelihatan juga.     

Hingga beberapa menit telah berlalu, Davin Mahendra semakin gelisah menunggu jawaban dari sosok wanita yang baru saja meninggalkannya.     

"Itu dia Eliza." Terlihat Eliza berjalan pelan dengan seorang pria yang terlihat cukup tampan dan juga tinggi besar. Sayangnya, pria itu terlihat sedang cidera karena langkahnya masih belum stabil.     

"Ini dia kekasihku, Om," ucap Eliza dalam sebuah senyuman penuh kebahagiaan dan juga penuh arti. Dia sangat bangga bisa memperkenalkan Martin sebagai kekasihnya. Apalagi di hadapan seluruh orang-orang yang dinilainya sangat penting baginya.     

Davin Mahendra memperhatikan pria itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia merasa familiar dengan sosok di hadapannya itu. Apalagi, wajahnya begitu mudah untuk dikenalinya.     

"Dia Martin, kekasihku dan juga orang kepercayaan Om Adi Prayoga." Eliza memperkenalkan Martin sebagai kekasihnya. Dalam senyuman yang tak berhenti dilukiskannya.     

"Martin!" ulang Davin Mahendra tanpa mengalihkan pandangan dari sosok pria yang berdiri di samping Eliza. Hampir tanpa berkedip, pria itu terus saja menatap seorang pria yang terlihat cukup menarik baginya.     

Adi Prayoga akhirnya bisa mempertemukan dua pria itu. Setelah sekian lama, mereka berdua tak pernah saling menyerang satu sama lain.     

"Jadi ini dia sosok di balik Adi Prayoga?" Davin Mahendra tersenyum penuh arti sebelum kembali memandang pria itu. "Apakah Marco adalah adik kandungmu?" Tanpa basa-basi, pria itu langsung melemparkan dua pertanyaan sekaligus. Menatap tajam sosok yang begitu familiar untuknya.     

"Bagaimana Anda bisa seyakin itu?" Tanpa menjawab pertanyaan itu, Martin justru melemparkan pertanyaan balasan pada sosok Davin Mahendra.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.