Bos Mafia Playboy

Jangan Permainkan Kami, Eliza!



Jangan Permainkan Kami, Eliza!

0Eliza langsung bangkit dari pangkuan Martin lalu berdiri tepat di sebelah kekasihnya. Ia pun langsung mendorong kursi roda itu menuju keluar dari kamar. Wanita itu ingin mengatakan semuanya di depan Brian dan Imelda.     
0

"Lebih baik kita berbicara di luar. Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada kalian," ucap Eliza tanpa menghentikan usahanya untuk mendorong Martin ke ruangan di mana pasangan suami istri itu berada.     

Begitu sampai di ruang tengah, Brian terlihat sedang menatap layar ponselnya. Sedangkan Imelda masih terlelap di atas kursi. Eliza lalu duduk tak jauh dari pasangan itu dengan Martin yang berada di sebelahnya.     

"Kenapa wajahmu terlihat tegang, Eliza?" tanya Brian pada sosok wanita yang duduk di sebelah Martin. Tampak sangat jelas kecemasan dan juga perasaan yang tidak karuan dari wajah wanita itu. Ia yakin jika ada hal yang sedang terjadi.     

"Apakah terlihat sangat jelas?" Eliza terkekeh kecil saat menyadari dirinya yang tak bisa menahan kecemasan setelah insiden rekaman suara Natasya di kantor Johnny Hartanto.     

Wanita itu sama sekali tak takut dengan Natasya ataupun ayahnya sendiri. Eliza hanya khawatir jika Natasya sedang merencanakan sesuatu yang berbahaya untuk mereka. Meskipun hal itu tak ada hubungannya dengan dirinya, setidaknya itu akan melibatkan Martin entah itu secara langsung ataupun tidak langsung.     

"Tadi pagi, aku melihat Tante Natasya sedang berbicara dengan Vincent. Sepertinya wanita itu sengaja untuk mendekati kakak laki-laki dari Imelda. Aku sempat merekam pembicaraan mereka. Sayangnya saat aku berada di kantor Kak Johnny untuk membahas rekaman itu, tiba-tiba papaku datang dan langsung merebut ponselku." Eliza menjelaskan semua yang baru saja dialaminya. Segalanya benar-benar di luar dugaan.     

"Untuk apa Mama menemui Kak Vincent?" Brian tentunya sangat penasaran dengan alasan pertemuan ibunya dengan sang kakak ipar. Hal itu terlihat sangat aneh setelah puluhan tahun mereka tak pernah bertatap muka.     

Dari ekspresi Brian, Eliza melihat jika pria itu cukup terkejut dengan pertemuan itu. Namun ia bisa melihat jika hubungan Vincent dan Natasya terlihat cukup dekat. Ia pun berpikir untuk mencari kebenaran dari hubungan itu.     

"Apakah Vincent dan Tante Natasya memang sangat dekat? Kulihat Vincent juga diam saja saat Tante Natasya memeluknya." Daripada harus bermain tebak-tebakan, Eliza memilih untuk bertanya langsung kepada Brian. Ia yakin jika pria itu pasti mengetahui sesuatu.     

"Dulu ... saat Mama Irene masih hidup, hubungan mamaku dan Kak Vincent cukup dekat. Kami sering menghabiskan waktu bersama. Namun hal itu sudah cukup lama. Mengapa tiba-tiba Mama mendekati Kak Vincent?" Brian semakin penasaran dengan motif tersembunyi dari pertemuan Vincent dengan ibunya. Ia tak ingin jika wanita yang telah melahirkannya itu akan melakukan hal buruk pada kakak iparnya.     

Tiba-tiba suasana menjadi hening, mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Semua yang terjadi penuh teka-teki yang harus dipecahkan satu persatu. Terlalu sulit untuk menemukan jawaban atas rasa penasaran di antara mereka.     

"Aku sangat yakin jika Natasya sedang merencanakan sesuatu," cetus Martin di tengah keheningan di antara mereka semua.     

"Rencana seperti apa yang sedang disusun oleh Natasya? Mungkinkah ia ingin menghancurkan Vincent?" Banyak pertanyaan yang mulai mengusik setiap sudut hati dan juga pikiran Martin. Dia ingin mengetahui rencana Natasya terhadap Vincent.     

Eliza benar-benar harus berpikir keras kali ini. Ia memiliki pendapat sendiri tentang hubungan Natasya dan juga Vincent. Dari pandangannya, tak terlihat kebencian di mata wanita itu untuk Vincent. Ia merasa jika Natasya hanya ingin memanfaatkan sahabat dari kekasihnya itu.     

"Sepertinya Tante Natasya hanya akan memanfaatkan Vincent tanpa menghancurkannya," sahut Eliza dalam keraguan yang juga tersirat di dalam sorot matanya.     

"Bagaimana kamu bisa berpikiran seperti itu, Eliza?" Martin tentunya sangat ingin tahu sebuah alasan di balik jawaban kekasihnya itu.     

Tak langsung menjawab, Eliza justru menatap dua pria itu secara bergantian. Ia sebenarnya sangat takut untuk mengatakan sesuatu yang masih belum terbukti kebenarannya.     

"Itu hanya perasaanku saja," kilah Eliza pada mereka semua. Ia tak ingin lagi menjelaskan apapun pada dua pria itu. Wanita itu merasa harus mencari tahu kebenarannya dulu sebelum akhirnya diungkapkan ke publik.     

"Jangan mempermainkan kami semua, Eliza!" Brian mulai kesal karena kekasih Martin itu justru memainkan teka-teki baru yang membuatnya harus berpikir lebih keras.     

Bahkan tanpa sadar, pria itu sedikit berteriak hingga membuat Imelda yang tertidur menjadi bangun.     

"Ada apa, Brian? Mengapa kamu berteriak seperti itu?" Tanpa basa-basi, Imelda langsung melontarkan pertanyaan kepada suaminya. Ia berpikir jika telah terjadi sesuatu yang cukup membuat Brian naik darah.     

"Maaf, Sayang. Aku tak bermaksud untuk menggangu tidurmu," sesal Brian pada istrinya. Ia merasa sangat bersalah telah membuat Imelda terbangun karena terkejut.     

Tak puas dengan jawaban suaminya, Imelda langsung memandang wajah mereka semua satu persatu. Ia bisa melihat jika ada sesuatu yang sedang membuat mereka semua cemas.     

"Katakan! Apa yang sebenarnya terjadi?" Kali ini Imelda sengaja menaikan nada suaranya, melemparkan tatapan tajam yang cukup mengintimidasi. Ia paling tak sabar ketika harus menunggu sebuah jawaban yang sudah sangat dinantikannya.     

"Aku melihat Tante Natasya menemui Vincent. Bukankah itu sedikit aneh?" terang Eliza dalam suasana hening yang penuh ketegangan.     

Terlihat cukup jelas jika Imelda juga terkejut akan hal itu. Ia bahkan sempat bengong untuk beberapa saat setelah mendengar hal itu. Wanita itu pasti juga berpikir jika ada sesuatu yang sedang direncanakan oleh ibu mertuanya itu. Dengan cukup keras, Imelda memikirkan segala kemungkinan yang sedang terjadi antara Natasya dan juga Vincent.     

"Apa Mama sengaja memanfaatkan kebencian Kak Vincent terhadap Papa Adi? Aku yakin jika Mama sedang merencanakan kejahatan dengan memanfaatkan Kak Vincent." Imelda mengungkapkan semua yang ada di dalam hati dan pikirannya. Hal itulah yang terpikirkan untuk pertama kalinya saat mendengar pertemuan mereka berdua.     

"Aku juga sempat memikirkan hal itu," sahut Eliza saat mendengar pendapat Imelda mengenai Vincent dan juga Natasya. "Kita semua harus lebih berhati-hati lagi. Jangan sampai lengah dan membahayakan kita semua," peringat Eliza pada seluruh orang yang berada di sana.     

Brian kemudian menyalakan layar televisi di ruangan itu, ia sengaja ingin memperlihatkan sebuah siaran berita mengenai sebuah ledakan di pinggiran kota.     

"Martin. Apa anak buah Papa ada yang melakukan transaksi pagi ini?" tanya Brian pada orang kepercayaan ayahnya itu.     

"Sudah beberapa hari ini tak ada transaksi apapun yang dilakukan anak buah kita. Aku sudah mendengar jika orang-orang yang tertangkap hari ini sedang melakukan transaksi yang cukup besar. Sayangnya, beberapa orang berhasil kabur dengan membawa satu mobil box bahan peledak." Martin sudah mendengar berita itu sebelum Brian mengungkitnya. Ia pun juga sangat penasaran pada seseorang yang sengaja membeli bahan peledak dalam jumlah yang sangat banyak.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.