Bos Mafia Playboy

Natasya Sangat Berbahaya



Natasya Sangat Berbahaya

0Imelda yang baru saja keluar dari kamarnya, melihat Eliza yang berdiri di antara pintu samping rumahnya. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres di sana.     
0

"Ada apa, Eliza?" tanya Imelda pada kekasih dari Martin itu.     

"Sesuatu yang besar baru saja terjadi. Gudang penyimpanan milik Om Adi baru saja meledak. Dan itu semua dilakukan oleh Tante Natasya," jelas Eliza seperti yang baru saja didengarnya sekilas.     

"Apa!" Imelda langsung berlari ke arah tempat di mana Brian dan juga ayahnya berada. Terlihat Martin juga berada di sana dalam wajah yang terlihat sangat menyedihkan. Belum mendengar apapun, Imelda sudah sangat yakin jika hal buruk benar-benar terjadi pada keluarga dari suaminya.     

Wanita itu mendekati Adi Prayoga lalu berdiri di sebelahnya. Tak ada senyuman sedikit pun yang terlukis di wajah ayah mertuanya itu. Hanya tatapan dingin dengan sorotan mata yang tidak fokus ke arah beberapa anak buahnya yang berada di dekat mereka.     

"Papa!" panggil Imelda pada ayah mertuanya. Bukan suaminya yang membuat khawatir, ia justru mengkhawatirkan ayah mertuanya.     

"Sayang .... " Adi Prayoga sangat terkejut menyadari keberadaan Imelda yang begitu dekat dengannya. Pria itu memaksakan diri untuk tersenyum setulus mungkin. Ia tak ingin membuat menantu kesayangannya itu khawatir.     

"Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Sayang. Semua pasti akan baik-baik saja." Adi Prayoga hanya ingin menenangkan hati Imelda. Ia tak ingin kecemasan menantunya itu bisa mempengaruhi kesehatan bayi dan juga ibunya.     

Sebuah jawaban yang cukup mengejutkan bagi mereka semua. Bagaimana Adi Prayoga bisa mengatakan jika semua baik-baik saja. Padahal jelas-jelas ia baru saja kehilangan aset yang cukup besar. Bahkan untuk membangun bisnis yang sama akan membutuhkan waktu bertahun-tahun.     

"Tak perlu memaksakan diri untuk terlihat kuat, Pa. Aku lebih suka Papa yang memperlihatkan sisi lain dalam diri Papa." Imelda mencoba untuk menghibur pria tua yang tak lain adalah ayah mertuanya. Ia tak ingin Adi Prayoga berusaha kuat di depannya padahal jelas-jelas hatinya hancur karena insiden itu.     

"Ayo, Sayang. Temani Papa mengobrol di taman depan, hanya dirimu yang bisa membuatku tenang untuk sekarang." Adi Prayoga merangkulkan tangannya di pundak Imelda lalu mengajaknya mengobrol di sebuah bangku di taman depan rumah. Setidaknya bersama dengan menantu kesayangannya itu, Adi Prayoga bisa mengendalikan dirinya untuk sesaat.     

Di saat mereka berdua mengobrol, tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekat. Bahkan Brian memilih untuk memberikan mereka berdua waktu untuk mengobrol berdua saja. Hingga tak berapa lama, sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah itu. Tentunya setelah melewati pemeriksaan ketat seperti biasa.     

Begitu mobil itu berhenti, keluarlah sosok pria tinggi besar dari dalam mobil. Ia langsung berjalan ke arah Imelda dan juga Adi Prayoga yang terlihat duduk di taman depan rumah.     

"Selamat ulang tahun, Prayoga," sapa Davin Mahendra yang tiba-tiba saja sudah berada di sana. Pria itu berjalan pelan ke arah mereka berdua lalu ikut duduk bersama anak dan juga sahabatnya.     

"Apa kamu sedang menertawakan kekalahan ku?" Adi Prayoga langsung bisa menebak jika kemunculan Davin Mahendra karena insiden ledakan di gudang miliknya. Tentunya hal itu tidak sulit baginya untuk mendengar kabar itu. Tentu saja kabar itu langsung menyebar dengan cepat, apalagi suara ledakan itu pasti akan menarik perhatian.     

Davin Mahendra tersenyum tipis pada sahabatnya itu. Ia tak ada niat untuk menertawakan kekalahan Adi Prayoga dari mantan istrinya. Pria itu cukup prihatin dengan musibah yang menimpa sahabatnya itu.     

"Jangan berpikir picik padaku! Aku benar-benar tulus untuk mengucapkan keprihatinanku padamu. Bagaimana aku bisa tertawa di atas penderitaan sahabatku?" Davin Mahendra terlihat sangat serius mengatakan hal itu. Ia sama sekali tak menginginkan kejadian seperti itu menimpa sahabatnya.     

"Aku takut tak bisa menghidupi anak perempuanmu." Adi Prayoga langsung terkekeh mendengar sindiran untuk dirinya sendiri. Ia tak benar-benar takut akan hal itu. Meskipun ladang bisnisnya baru saja hilang, ia masih memiliki penghasilan dari bisnis yang lain.     

Davin Mahendra ikut tertawa dengan ucapan bodoh sahabatnya itu. Ia tak menyangka jika Adi Prayoga masih bisa bercanda dalam kondisi yang sangat menyedihkan baginya.     

"Ternyata kamu takut miskin, Prayoga," sindir ayah dari Imelda itu.     

"Bukan itu, Mahendra. Kamu juga tahu, aku masih memiliki beberapa perusahaan tambang yang bisa menjadi ladang uang. Hanya saja ... aku takut jika Natasya melakukan sesuatu yang tak bisa kukendalikan." Terlihat wajah ketakutan pada Adi Prayoga. Pria itu memang tak takut mati sama sekali. Namun jika itu menyangkut Imelda, ia menjadi sangat ketakutan. Apalagi kebencian Natasya pada Imelda terlalu jelas baginya.     

Davin Mahendra mulai memikirkan hal itu, ia mencoba untuk memikirkan sesuatu yang dimaksudkan oleh sahabatnya itu. Tentunya, Davin Mahendra masih belum mengerti apa yang sedang dimaksudkan oleh Adi Prayoga.     

"Sesuatu yang tak bisa kamu kendalikan ... misalnya seperti apa?" tanya Davin Mahendra pada pria yang sejak tadi cukup serius dalam ucapannya.     

"Aku takut jika kebencian Natasya pada Irene akan dilampiaskan pada Imelda. Jujur saja, Mahendra. Aku sangat takut jika sampai tak bisa melindungi Imelda." Adi Prayoga benar-benar menunjukkan sisi lain di dalam dirinya. Ia juga tak menyangka jika Imelda Mahendra begitu mempengaruhi dirinya.     

Imelda yang sejak tadi hanya menjadi pendengar di antara mereka akhirnya angkat bicara. Wanita itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di antara Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra.     

"Aku akan menjaga diriku sendiri, Pa." Dengan tegas dan juga lantang, Imelda mengatakan hal itu pada dua pria yang ada di sebelahnya. Ia tak ingin membebani mereka berdua. Meskipun dirinya sedang mengandung, ia sangat yakin jika bisa menjaga dirinya dan juga bayi di dalam kandungannya.     

"Natasya sangat berbahaya! Kamu tak bisa melawannya sendirian." Davin Mahendra tentu saja juga ikut khawatir pada anak perempuannya itu. Ia juga tak ingin jika hal buruk sampai terjadi.     

Davin Mahendra langsung menarik rambutnya sendiri, ia merasa di saat seperti itu Imelda tak seharusnya mengedepankan sikap keras kepala yang dimilikinya.     

"Tidak bisakah kamu menurunkan ego mu kali ini, Imelda. Papa dan juga Prayoga hanya Ingin yang terbaik untukmu. Mulai besok, kemanapun kalian pergi ... harus ada dua bodyguard yang bersama kalian." Sebuah keputusan final dan tentunya tak mungkin lagi ditolak oleh Imelda. Meskipun wanita itu tak menyukai keputusan ayahnya, Imelda tak mampu menolaknya.     

"Kuharap itu hanya sementara saja," sahut Imelda dalam wajah yang sangat kesal dan tak menyukai keputusan sepihak dari ayahnya. Selama ini dia selalu menolak setiap keputusan yang diambil oleh Davin Mahendra.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.