Bos Mafia Playboy

Tawaran Yang Menggiurkan



Tawaran Yang Menggiurkan

0Eliza sangat mengerti arah pembicaraan dari Adi Prayoga. Namun, sebenarnya ia tak peduli jika harus terlibat dengan hal itu. Sejak ia menjalin hubungan dengan Martin, Eliza sudah memutuskan untuk menerima apapun yang akan diperjuangkan oleh Martin. Meskipun itu akan menjadi sangat berbahaya baginya.     
0

"Tak masalah, Om. Aku sudah sangat siap menerima apapun atas semua ini. Sejak aku memutuskan untuk bersama Martin, sejak saat itu aku tak peduli lagi dengan hal-hal yang mungkin bisa sangat berbahaya." Eliza mengatakan hal itu dengan sangat menyakinkan. Tak sedikit pun wanita itu ragu dalam keputusannya itu. Ia sudah bertekad untuk membantu kekasihnya menghadapi apapun yang mungkin bisa berbahaya.     

Seketika itu juga, Davin Mahendra memberikan tepuk tangan pada jawaban Eliza. Ia merasa jika kekuatan cinta terlalu hebat hingga membuat seorang Eliza Hartanto bisa melakukan hal itu.     

"Kamu hebat, Martin! Seorang jaksa muda yang sangat terkenal bisa bertekuk lutut padamu." Davin Mahendra melontarkan ucapan itu sembari tersenyum penuh arti. Ia merasa jika hal itu sangat luar biasa.     

"Anda terlalu berlebihan," sahut Martin pada ayah dari sahabatnya itu. Ia pun tersenyum penuh arti pada pada sosok petinggi badan intelijen itu.     

Adi Prayoga kembali bangkit dari tempat duduknya, ia memandang mereka satu persatu. Seolah ada sesuatu yang ingin dikatakannya pada mereka semua.     

"Aku permisi dulu. Silahkan nikmati kebersamaan kalian, anggap saja rumah sendiri." Adi Prayoga langsung bergerak ke arah sebuah mobil miliknya yang terparkir di depan rumah. Pria itu seolah hendak pergi meninggalkan rumah itu.     

"Tunggu, Bos! Aku akan menemanimu." Martin mencoba untuk berjalan sebaik mungkin. Ia tak ingin menunjukkan sisi lemah di dalam dirinya.     

Namun, Adi Prayoga justru tak memberikan sambutan yang baik kepada orang kepercayaannya itu. Seolah ia ingin menolak keikutsertaan Martin ke dalam mobil itu.     

"Bukankah kondisimu masih belum pulih? Istirahatlah sampai kamu benar-benar sembuh!" tegas Adi Prayoga pada seorang pria yang selama ini sudah mengabdikan hidup kepadanya. Ia tak ingin memaksakan Martin untuk kembali bekerja di saat kondisinya belum sepenuhnya pulih.     

"Kondisiku sudah sangat baik, Bos. Anda tak perlu mengkhawatirkan keadaanku." Sebisa mungkin, Martin tak ingin terus-terusan berdiam diri tanpa melakukan apapun. Padahal kondisi Adi Prayoga benar-benar sedang terpuruk. Meskipun bos-nya itu memperlihatkan betapa kuat dan kokohnya seorang Adi Prayoga ... Martin sangat tahu jika di dalam hati kecil bos-nya itu menyimpan sebuah kegelisahan yang mendalam.     

Martin tak ingin membiarkan Adi Prayoga berjuang seorang diri. Terlebih segala yang dimilikinya baru saja hancur dan tak tersisa. Belum lagi, gerbang di rumahnya baru saja di rusak oleh orang tak dikenal.     

Kedua pria itu lalu masuk ke dalam mobil dengan dua bodyguard yang duduk di kursi depan sekaligus berperan sebagai seorang supir.     

Dari kejauhan, Eliza dan Davin Mahendra memandang kepergian dua pria yang sudah bekerjasama selama bertahun-tahun. Mereka tidak terlihat seperti seorang bos dan anak buah, Adi Prayoga dan juga Martin justru terlihat seperti pasangan ayah dan anak.     

"Sepertinya, Om Adi Prayoga sangat peduli dan juga menyayangi Martin," celetuk Eliza di hadapan ayah dari Imelda dan juga Vincent itu.     

"Aku juga bisa melihatnya. Begitulah Adi Prayoga, dia tak pernah setengah-setengah dalam memberikan kepedulian kepada orang lain. Apalagi seseorang yang sangat dipercayainya," sahut Davin Mahendra pada kekasih dari Martin itu.     

Pria itu bangkit dari tempat duduknya lalu berdiri di samping Eliza. Ia pun menatap wanita itu dengan pandangan yang penuh arti.     

"Apa kamu tak tertarik untuk mengetahui apa yang mereka lakukan?" Sebuah pertanyaan terdengar seperti sebuah tawaran menggiurkan bagi Eliza. Davin Mahendra sengaja ingin mengajak wanita itu untuk menyusul dua pria yang meninggalkan mereka tanpa perasaan.     

"Apa Om Davin akan mengajakku untuk menyusul mereka?" Dengan wajahnya yang sangat girang, Eliza melemparkan pertanyaan balasan pada Davin Mahendra. Ia sudah tak sabar untuk melihat sesuatu yang sedang dikerjakan oleh Martin dan juga Adi Prayoga.     

Dengan senyuman yang penuh arti, Davin Mahendra berjalan ke arah mobilnya. Sedangkan Eliza mengikuti pria itu lalu masuk ke dalam mobil milik ayah Imelda dan juga Vincent itu. Wanita itu tak pernah menyangka jika sosok pria seperti Davin Mahendra memperlakukannya dengan begitu baik dan penuh kehangatan.     

"Mari, Om. Kita susul dua pria menyebalkan itu. Bisa-bisanya mereka pergi tanpa mengajak kita." Begitu Eliza mengatakan hal itu, Davin Mahendra langsung menancap gas dan pergi menyusul mobil Adi Prayoga.     

Setelah beberapa saat kemudian, mereka pun telah sampai di depan kediaman keluarga Prayoga. Dilihat sekilas saja, gerbang rumah itu benar-benar sengaja dirusak oleh seseorang. Davin Mahendra pun langsung masuk ke dalam halaman rumah mewah itu yang tampak tidak terlalu ramai.     

"Itu mobil mereka. Ayo kita masuk ke dalam," ajak Davin Mahendra pada anak perempuan dari Rizal Hartanto.     

Tanpa menjawab, Eliza langsung mengikuti pria dari keluarga Mahendra itu. Entah mengapa, ia merasa sangat nyaman berada di dekat Davin Mahendra.     

Begitu masuk ke dalam, terlihat Adi Prayoga dan Martin sedang berdiri di antara beberapa anak buahnya. Mereka terlibat pembicaraan serius dengan anak buahnya.     

"Kita di sini sebentar, Eliza. Aku ingin menguping pembicaraan bos mafia itu. Apa yang sedang mereka bicarakan?" Davin Mahendra sangat penasaran alasan Adi Prayoga mengumpulkan orang-orangnya. Ia yakin jika pria itu sedang membahas sesuatu yang sangat penting.     

"Baik, Om." Tanpa penolakan sedikit pun, Eliza menuruti ucapan dari Davin Mahendra. Ia juga berdiri cukup dekat dari ayah mertua dari Brian Prayoga itu.     

Setelah menguping untuk beberapa saat, Davin Mahendra mendengar jika sahabatnya itu sedang menjelaskan kondisi finansial yang sedang dihadapinya. Adi Prayoga memang tak memecat mereka, hanya saja ... sebagian dari mereka bisa memilih untuk bertahan tetapi dikirim ke perusahaan miliknya yang lain. Atau mau berhenti menjadi anak buahnya, Adi Prayoga memberikan mereka semua pilihan penuh.     

Dengan senyuman sinis, Davin Mahendra menampakkan dirinya di hadapan mereka semua. Ia melemparkan tatapan tajam yang cukup mengintimidasi pada setiap orang yang melihatnya.     

"Sepertinya, Bos kebanggaan kalian Adi Prayoga tak bisa membayar kalian lagi. Bagaimana kalau kalian bekerja saja untukku?" Sebuah penawaran yang cukup menggiurkan bagi mereka semua. Namun tak ada satupun dari mereka yang berani menjawab penawaran dari Davin Mahendra.     

Meskipun ucapan Davin Mahendra seperti sebuah penghinaan untuknya, Adi Prayoga sangat tahu maksud dan tujuan sahabatnya itu mengatakan semuanya. Ia sangat tahu sikap arogan yang dimiliki oleh seseorang yang sudah dikenalnya cukup lama.     

"Bagaimana? Apakah kalian tak berminat untuk menjadi anak buah seorang Davin Mahendra? Bukankah aku tak kalah hebat dari bos kalian itu?" timpal Davin Mahendra pada orang-orang yang bekerja untuk keluarga Prayoga.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.