Bos Mafia Playboy

Bukan Kisah Yang Indah



Bukan Kisah Yang Indah

0"Apa!" Imelda cukup terkejut mendengar pertanyaan dari Eliza. "Darimana kamu bisa seyakin itu?" tanyanya lagi.     
0

Eliza mendadak pucat karena takut, ia takut jika dirinya telah salah berucap. Ia cukup mengenal sosok Brian Prayoga yang selalu melakukan apapun sesukanya. Termasuk menghabiskan malam dengan beberapa wanita sekaligus.     

"Aku hanya menebaknya saja," jawab Eliza penuh keraguan yang terlalu jelas di wajahnya.     

"Sudahlah, lupakan saja itu semua. Kisah cintaku dan Imelda tak seindah bayanganmu. Setelah menikah saja, aku masih tak bisa menyentuh istriku dengan bebas." Brian mencoba untuk memecah ketegangan di antara mereka. Ia tak mau jika istrinya itu menjadi marah atau tak nyaman atas kehadiran Eliza.     

Meskipun Eliza masih belum begitu mengerti dengan penjelasan Brian, ia mencoba untuk menahan rasa penasaran di dalam dirinya. Tentu saja ia tak mau jika hubungannya dengan Imelda menjadi semakin rumit.     

"Di manapun Martin tinggal, aku tak masalah untuk itu. Hanya saja aku memiliki sebuah permintaan, aku ingin setiap hari bisa mengunjunginya." Sebuah permintaan yang sangat tulus diucapkan oleh Eliza pada mereka semua. Meskipun ia tak yakin akan mendapatkan persetujuan itu, setidaknya Eliza sudah mencobanya.     

Brian langsung memandang ke arah istrinya, ia tak bisa mengambil sebuah keputusan tanpa persetujuan Imelda. Pria itu sedikit ragu jika Eliza harus datang ke tempat tinggal mereka. Rumah yang ditinggali oleh pasangan itu cukup tersembunyi dan juga sangat rahasia. Membawa orang asing memasuki wilayah itu, bisa saja membahayakan nyawa mereka berdua.     

"Bagaimana, Sayang? Kita tak bisa membawa sembarangan orang masuk ke wilayah kita. Sedangkan untuk tinggal di rumah Papa justru lebih berbahaya bagi kita semua," kata Brian yang berdiri di sebelah istrinya. Ia sedikit bingung dengan keputusan yang akan diambilnya. Sebenarnya ia takut jika Eliza hanya akan membalas dendam atas perbuatannya di masa lalu.     

"Apa yang sedang kamu khawatirkan, Brian?" Imelda menanyakan hal itu kepada suaminya. Karena ia bisa merasakan kegelisahan yang bercampur perasaan cemas dari setiap tatapan dan juga perkataan seorang Brian Prayoga.     

Pria itu memandang Eliza dengan sedikit aneh lalu beralih menatap istrinya. Brian cukup bingung mengatakan hal itu di hadapan orang yang bersangkutan. Namun ia tak memiliki pilihan untuk tetap diam tanpa menjawab pertanyaan dari istrinya.     

"Apa kamu takut jika aku akan membalaskan dendam atas perbuatanmu, Brian?" Eliza seolah bisa membaca pikiran dari Brian Prayoga. Ia langsung mengungkapkan sesuatu yang sedang dipikirkannya. Ia sadar jika hubungan mereka terlalu rumit. Tak heran jika Brian sampai mencurigai dirinya.     

Brian tak memberikan jawaban apapun pada mereka. Ia takut akan melakukan sebuah kesalahan yang akan mempersulit dirinya. Pria itu hanya bisa menunggu keputusan final dari istrinya saja.     

"Bagaimana menurutmu, Martin?" tanya Imelda pada seorang pria yang hanya terdiam tanpa mengatakan apapun. Ia melihat kebimbangan dalam wajah pria itu. Seolah Martin sedang menahan dirinya untuk tak mengeluarkan sepatah kata pun.     

"Aku yakin jika semua yang kamu putuskan adalah yang terbaik, Imelda." Jawaban itulah yang diberikan oleh Martin pada Imelda. Ia tak bisa menerima ataupun menolak permintaan Eliza terhadap dirinya. Tentu saja, Martin hanya memikirkan keselamatan dan juga keamanan Brian dan juga Imelda. Hanya mereka saja yang menjadi prioritas di dalam hidupnya. Meskipun ada Eliza yang mulai menempati posisi penting di dalam hatinya.     

Tiba-tiba saja, Imelda justru terkekeh sendiri mendengar jawaban mereka semua. Seakan kedua pria itu menaruh segala beban di atas bahunya. Bukannya meringankan beban di dalam dirinya, Brian dan juga Martin terlihat tak berguna baginya.     

"Dasar pria tak berguna!" kesal Imelda pada dua pria yang berada di sebelahnya. Tak bisa dipungkiri jika dirinya sangat kesal pada mereka berdua. Dua pria itu membuatnya harus memberikan sebuah keputusan penting pada Eliza Hartanto.     

"Jika memang tidak memungkinkan, lebih baik aku tak mendatangi Martin." Eliza begitu kecewa akan hal itu, ia tak mungkin memaksakan sesuatu yang tak bisa dikendalikannya. Orang-orang yang sedang dihadapinya juga bukan orang biasa. Berusaha untuk melawan pun juga akan percuma.     

Mendengar perkataan Eliza yang seolah tanpa harapan, Imelda menjadi sangat kasihan padanya. Ia pun kembali berpikir untuk memberikan sebuah keputusan yang paling tepat bagi mereka.     

"Martin akan tinggal bersama kita di villa. Dan kamu, Eliza .... kamu bisa mengunjunginya setiap hari. Hanya saja, kamu harus bisa merahasiakan keberadaan lokasi itu. Hanya kamu saja orang luar yang bisa masuk ke sana, jika terjadi apa-apa di sana ... bisa saja kamu akan menjadi tersangka utama." Imelda mulai menjelaskan kondisi di tempat persembunyian dari keluarga Prayoga itu. Walaupun beberapa kali ia sempat mendengar hal itu, ia baru mengetahui jika lokasi tersembunyi itu benar-benar ada.     

Penjelasan dan juga keputusan final dari Imelda itu membuat Eliza merasa sangat senang. Meskipun banyak hal yang akan dipertaruhkan olehnya, ia tak peduli akan hal itu. Hanya Martin yang ada dalam pikiran dan juga hatinya saat itu, tak peduli jika dirinya bisa saja berada dalam bahaya.     

"Aku berjanji akan merahasiakan lokasi itu. Lalu ... bagaimana aku bisa menemukannya?" Eliza sudah tak sabar untuk mengetahui tempat di mana Martin akan tinggal untuk beberapa waktu ke depan.     

"Kamu bisa mengantarkan Martin saat kita meninggalkan rumah sakit sore ini. Setidaknya, kamu bisa melihat jalanan mana yang harus kamu lalui untuk mendatangi lokasi itu." Sebuah senyuman terlihat di wajah Imelda. Ia melihat kebahagiaan kecil di setiap sorotan mata dari Eliza.     

Eliza langsung menganggukkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia menyetujui apapun yang sudah diputuskan oleh Imelda. Entah sihir apa yang sudah diberikan oleh istri dari Brian Prayoga itu. Seakan Eliza sudah menyerahkan hidup dan matinya pada wanita itu.     

"Kalian tunggu saja di sini, aku dan Brian akan mengurus administrasi untuk kepulangan Martin." Imelda dan juga Brian langsung keluar dari ruangan itu, meninggalkan pasangan kekasih yang masih sangat baru menjalin kasih.     

Wanita itu lalu duduk di sebuah sofa di sebelah Martin, ia pun memberanikan diri untuk menyentuh jemari tangan pria di sampingnya. Eliza merasakan sebuah momen kebersamaan yang sangat menegangkan sekaligus membahagiakan baginya.     

"Mengapa lokasi itu sangat dirahasiakan, Martin?" Eliza mencoba untuk mencari tahu sesuatu yang membuatnya sangat penasaran.     

"Setiap detik dan juga menit, nyawa Brian dan juga Imelda selalu berada dalam bahaya. Banyak orang-orang yang berusaha untuk menyakiti mereka berdua. Oleh karena itu, bos sengaja membuat sebuah lokasi tersembunyi dengan penjagaan sangat ketat." Martin hanya bisa menjelaskan hal itu secara sekilas saja.     

Eliza terdiam sejenak lalu kembali melontarkan sebuah pertanyaan pada pria di sampingnya. "Apakah papaku salah satu yang telah mencoba menyakiti mereka?" tanyanya dalam hati berdebar.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.