Bos Mafia Playboy

Di Mana Laura?



Di Mana Laura?

0Vincent sangat terkejut mendengar ucapan Imelda yang cukup dekat dengannya. Terlalu tenggelam dalam dalam pemikiran dan juga kata hatinya, ia sampai tak sadar dengan keberadaan pasangan suami istri yang sedang menatap ke arahnya.     
0

"Apa ada yang aneh denganku?" tanya Vincent dalam rasa malu yang sengaja ditutupinya.     

"Sepertinya kakak ipar kesayanganku ini sedang menguping pembicaraan kita, Sayang," cibir Brian dalam sebuah lirikan tajam ke arah Vincent. Ia hanya bisa menahan tawa karena kakak iparnya itu mulai salah tingkah.     

Mereka bertiga akhirnya kembali ke kursi tunggu di dekat lobby di mana Laura masih duduk sendirian di sana. Wanita itu langsung memberikan senyuman penuh kehangatan pada mereka bertiga.     

Tanpa mengulur waktu lagi, masing-masing pasangan masuk ke dalam dua mobil berbeda yang sudah menunggunya. Begitu semua telah masuk dan siap berangkat, kedua mobil itu langsung meninggalkan hotel itu menuju ke kota kelahiran.     

Setelah melalui perjalanan panjang yang cukup melelahkan, kedua mobil itu berhenti di depan klinik milik Kevin. Sebelum berangkat tadi, Brian sengaja meminta pada kedua bodyguard yang membawa mobil itu untuk langsung ke klinik milik seorang dokter kepercayaan keluarga Prayoga.     

"Langsung masuk saja ke dalam. Kita harus memastikan jika keadaan kalian baik-baik saja," ujar Imelda pada pasangan kekasih yang sama-sama memandang ke arahnya.     

Tanpa ada penolakan, pasangan kekasih itu langsung masuk ke dalam klinik. Baru masuk beberapa langkah saja, terlihat Kevin baru saja selesai memeriksa seorang pasien yang mendatangi klinik itu.     

Pria itu langsung menghampiri Vincent dan juga Laura yang berjalan lebih dulu. Terlihat sangat jelas luka lebam di antara mereka berdua. Kevin pun jadi berpikir jika pasangan itu saling pukul dan saling menyakiti satu sama lain.     

"Apa kalian berdua berusaha saling membunuh?" Sebuah pertanyaan yang menjadi sindiran kejam bagi pasangan itu.     

"Apa maksudmu, Kevin? Tak ada yang saling melukai di sini. Kamu pasti telah salah paham terhadap kami." Laura mencoba untuk menjelaskan sedikit saja yang dirasanya perlu.     

Kevin menjadi sangat bingung saat mendengar jawaban dari teman dekatnya itu. Yang dilihatnya tak sesuai yang sedang dipikirkannya itu. Ia pun lalu memandang ke arah Brian dan Imelda yang baru saja masuk ke dalam klinik.     

"Sebenarnya, apa yang sudah terjadi, Brian." Sangat terlihat jelas jika Kevin sudah tak sabar dengan jawaban dari mereka semua.     

"Lebih baik Dokter Kevin merawat dan juga memeriksa luka mereka dulu. Setelah itu kita bisa membicarakan alasan dari muka mereka." Imelda sengaja ingin menghentikan rasa ingin tahu dari pemilik klinik itu. Yang terpenting baginya saat itu, keadaan Vincent dan juga Laura.     

Saat itu juga, Kevin memberikan isyarat pada beberapa perawat yang yang masih berjaga dan selalu siaga di depan klinik. Mereka pun melakukan beberapa pemeriksaan fisik pada pasangan kekasih yang hanya saling memandang tanpa mengatakan apapun juga.     

Seperti ucapan Imelda barusan, Kevin melakukan beberapa pemeriksaan untuk mereka berdua. Ia harus memastikan jika keadaan Vincent dan Laura baik-baik saja. Selesai melakukan tes, Kevin keluar dari ruangan itu. Dengan sengaja ia ingin menemui Brian yang masih menunggu di luar.     

"Apa yang sebenarnya terjadi, Brian?" tanya Kevin yang sudah berdiri tak jauh dari tempat duduknya. Pria itu masih saja penasaran pada alasan Vincent dan juga Laura bisa sampai terluka seperti itu.     

"Aku juga tidak yakin dengan kejadian itu. Laura tak mengatakan banyak hal, padahal ia yang mengetahui detail kejadian itu." Ingin rasanya Brian mengatakan semuanya. Namun ia juga tak yakin dengan alasan yang membuat Andra Gunadi sampai melibatkan Laura dan juga Vincent.     

Kevin pun langsung meninggalkan sahabatnya itu dan kembali menemui Laura yang sudah duduk di sebuah ruangan. Wanita itu hanya terdiam dalam tatapan kosong. Bahkan ia tak sadar jika Kevin sudah berada tak jauh dari tempatnya.     

"Apa yang sebenarnya terjadi, Laura? Apa jangan-jangan, Vincent telah melakukan kekerasan padamu?" Secara terang-terangan, Kevin seperti sedang menuduh kakak laki-laki dari dokter idolanya itu i     

"Hentikan omong kosongmu, Kevin! Justru Vincent terluka karena telah menyelamatkan aku," ungkap Laura dalam wajah penuh penyesalan karena menyebabkan kekasihnya terluka cukup parah daripada dirinya.     

Kevin cukup terkejut mendengar hal itu, ia pun memandang sekeliling untuk memastikan jika Vincent masih melakukan beberapa tes di ruangan yang berbeda. Ia pun duduk tepat di sebelah Laura. Dengan sengaja mendekatkan wajahnya ke Tan dekatnya itu.     

"Cepat katakan padaku, Laura! Jangan membuatku mati penasaran," bujuk Kevin pada seorang wanita yang berprofesi sebagai dokter anestesi.     

"Vincent menyelamatkan aku saat ada seorang pria yang ingin mengambil kehormatan di dalam diriku. Jika Vincent tak datang, mungkin aku akan memilih untuk bunuh diri saja. Ia merelakan dirinya terluka hanya untuk menyelamatkan aku." Terdengar suara Laura mulai bergetar dan juga tidak stabil. Wanita itu melukiskan kesedihan di dalam hidupnya. Ia merasa sudah tak pantas untuk kekasihnya itu.     

Tanpa ragu, Laura bangkit dari tempat duduknya. Ia memandang ke arah sebuah pintu di mana Vincent masih melakukan beberapa pemeriksaan lagi.     

"Mau ke mana kamu?" Kevin bertanya langsung pada seorang wanita yang cukup mencurigakan.     

"Aku mau ke toilet," jawab Laura asal bicara. Ia sama sekali tak berniat untuk ke toilet. Wanita itu sedang mempelajari kondisi dan juga keadaan di dalam klinik itu.     

Tanpa kecurigaan sedikit pun, Kevin langsung percaya jika Laura benar-benar ke toilet. Namun yang terlihat memang benar, wanita itu benar-benar masuk ke dalam toilet yang yang juga berada di ruangan itu.     

Saat Laura berada di dalam toilet, tiba-tiba saja seorang perawat berjalan ke arahnya. Perawat itu mendekati sang empunya klinik dengan wajah cemas.     

"Dokter Kevin. Anda harus melihat sendiri hasil pemeriksaan pasien," ucap perawat itu pada sang dokter.     

"Apa yang terjadi? Jangan bilang jika kondisinya memburuk." Dalam wajah cemas Kevin langsung bangkit dan juga masuk ke dalam sebuah ruangan di mana Vincent masih melakukan pemeriksaan.     

Begitu masuk ke dalam, pria itu mendekati hasil pemeriksaan yang baru saja dilakukan. Ia pun bisa melihat jika pendarahan di rongga dada dari kekasih teman dekatnya itu.     

"Bagaimana ini bisa terjadi? Ada gumpalan darah di dalam di dalam rongga dadamu?" Kevin masih saja memeriksa kembali karena tak percaya dengan hasil pemeriksaan itu.     

"Beberapa orang pria menyerang aku secara kasar. Aku tak bisa menghindari hal itu." Vincent mencoba menjelaskan sedikit tentang kejadian yang dialaminya.     

Pria itu bangkit dari kursinya lalu keluar dari sana. Ia melihat sekeliling dan mencari keberadaan kekasihnya.     

"Di mana Laura, Dokter Kevin?" tanyanya pada sang pemilik klinik.     

"Bukankah Laura ada di toilet?" Kevin pun langsung memeriksa toilet. Namun tak mendapati siapapun di sana.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.