Bos Mafia Playboy

Kehilangan



Kehilangan

0Kevin ikut terkejut saat tak mendapati Laura di dalam toilet. Dengan sangat panik, ia berjalan ke arah Vincent.     
0

"Laura tadi ada di toilet. Namun ia telah menghilang," ucap Kevin dalam wajah bingung.     

Kedua pria itu berlari keluar dan menanyakan keberadaan Laura pada pasangan suami istri yang sejak tadi duduk di luar ruangan itu.     

"Apa kalian melihat Laura?" tanya Vincent pada pasangan di hadapannya. Ia sangat panik dan juga takut jika kekasihnya melakukan hal yang membahayakan dirinya.     

"Bukankah Laura bersama kalian? Dia tak melewati kami berdua." Brian pun menjelaskan jika dirinya juga tak melihat wanita itu. Padahal sejak tadi, Brian dan juga Imelda sama sekali tak beranjak dari sana. Jika Laura memang pergi melewati pintu depan, mereka berdua pasti melihatnya.     

Secara bersamaan, mereka semua saling memandang satu sama lain. Tak ada yang mengetahui keberadaan wanita itu. Secepat kilat, Vincent mencoba menghubungi kekasihnya itu. Sayangnya, tidak tersambung sama sekali.     

"Ponselnya mati!" Terlihat kepanikan yang terlalu jelas dalam ekspresi yang ditunjukkan oleh kakak laki-laki dari Imelda itu. Pria itu mendadak sangat frustrasi karena tak bisa menemukan ataupun menghubungi Laura.     

"Sebaiknya kamu datangi apartemennya, Kevin! Bukankah kamu sangat tahu di mana Laura tinggal?" Brian tentunya cukup mengetahui kedekatan antara wanita itu dengan sahabatnya. Kevin dan juga Laura sudah sangat dekat sejak mereka kuliah di fakultas yang sama.     

Tanpa membuang waktu lagi, Kevin menarik Vincent dan sedikit menariknya ke luar dari klinik. Dalam wajah yang cukup bingung, Vincent mengikuti teman dekat dari kekasihnya itu.     

"Kemana kamu akan membawaku, Dokter Kevin?" Daripada harus terus penasaran, Vincent memilih langsung menanyakan hal itu pada pria yang sejak tadi berusaha mengajaknya pergi meninggalkan klinik itu.     

"Aku akan membawamu ke apartemen Laura. Kita berdua harus bisa menemukannya sekarang juga." Setelah memberikan sebuah jawaban pada sosok pria yang duduk di sebelahnya, Kevin langsung melajukan mobil dengan kecepatan penuh. Ia sudah tak sabar untuk mengetahui keadaan dari teman dekatnya itu.     

Bukannya semakin tenang, Vincent justru semakin cemas memikirkan kekasihnya itu. Ia merasa jika Laura seolah sengaja ingin menghilang begitu saja. Pria itu masih mengingat sebuah pertanyaan yang diucapkan kekasihnya, sebelum mereka kembali ke kota di mana mereka semua tinggal.     

Vincent merasakan sebuah firasat buruk tentang kekasihnya itu. Ia sangat cemas jika Laura melakukan hal yang membahayakan dirinya.     

"Percepat mobilnya, Dokter Kevin!" pinta Vincent dalam kegelisahan yang sudah memuncak di pucuk kepalanya. Tiba-tiba saja, ia merasa takut dengan sesuatu yang ia sendiri belum yakin dengan hal itu.     

Setelah Kevin menambahkan kecepatan mobilnya, tak berapa lama mereka sudah berada di depan apartemen di mana Laura tinggal. Kedua pria itu langsung masuk ke dalam lift menuju ke sebuah unit apartemen milik seorang wanita yang tiba-tiba sudah menghilang tanpa jejak.     

Berada di depan unit apartemen Laura, sudah beberapa kali menekan bel dan juga mengetuk pintu tak ada jawaban apapun. Mereka semakin cemas dengan keadaan Laura, hingga petugas kebersihan kebetulan melewati mereka berdua.     

"Apakah Anda mengetahui keberadaan pemilik unit apartemen ini, Mbak?" Vincent dengan sengaja menanyakan hal itu pada seorang wanita yang memakai pakaian khas petugas kebersihan.     

Wanita itu langsung menghentikan langkahnya dan memperhatikan kedua pria yang terlihat sangat cemas. Ia sangat yakin jika terjadi sesuatu di antara mereka.     

"Sepertinya Nona Laura sedang melakukan perjalanan dinas untuk beberapa hari ke depan. Saya hanya mendapatkan sebuah tugas untuk membersihkan apartemennya setiap sore hari." Kebetulan sekali, petugas kebersihan itu baru saja mendapatkan sebuah tugas dari atasannya untuk membersihkan unit apartemen milik Laura.     

"Bagaimana ini bisa terjadi? Mana mungkin Laura melakukan perjalanan dinas?" Vincent mulai terbawa perasaan karena semakin mencemaskan kekasihnya.     

"Mohon maaf, Tuan. Saya tidak mengetahui tentang hal itu. Tugas saya hanya sebagai petugas kebersihan saja. Saya permisi." Wanita itu pergi begitu saja tanpa membantu apapun tentang keberadaan Laura.     

Sebuah tatapan tajam yang penuh kekecewaan terukir sangat jelas dalam setiap sorotan mata Vincent. Ia tak tahu lagi harus mencari keberadaan kekasihnya itu.     

"Bagaimana kalau kita mendatangi kediaman orang tua Laura?" Vincent menarik Kevin dan mengajaknya untuk keluar dari gedung bertingkat tinggi yang begitu megah dan berada di pusat kota.     

Namun tiba-tiba saja, Kevin menghentikan langkahnya dan memaksa Vincent untuk berhenti juga. Ia memandang pria itu penuh arti, seolah ada rasa kasihan dan juga perasaan iba pada seorang pria yang sangat frustrasi.     

"Apakah Laura tak pernah mengatakan jika orang tuanya tak tinggal di kota ini?" Sebuah pertanyaan dilontarkan oleh Kevin pada kekasih dari teman dekatnya itu.     

"Apa maksudmu, Kevin?" Vincent semakin bingung dan juga bertanya-tanya tentang keberadaan keluarga Laura. Selama mereka menjalin hubungan kekasih, wanita itu tak pernah membahas apalagi menceritakan tentang keberadaan keluarganya.     

Sudah diduga oleh Kevin sebelumnya, ia sudah menyakini jika Vincent belum mengetahui tentang kekasihnya itu. Jangankan mengenai keluarganya, ia meyakini jika pria di sampingnya itu juga baru mengetahui apartemen di mana Laura tinggal.     

"Seluruh keluarga Laura tinggal di luar negeri. Mereka hanya datang sesekali saja untuk memastikan jika anaknya hidup dengan baik. Terkadang, Laura juga mengunjungi keluarganya setahun sekali," jelas Kevin panjang lebar karena merasa kasihan dengan Vincent yang tak mengetahui apapun mengenai seorang wanita yang dicintainya itu.     

"Apa! Jadi aku benar-benar tak mengetahui apapun tentang kekasihku sendiri. Aku merasa bodoh dan juga tak berguna saat ini." Tanpa daya dan juga keteguhan hatinya, Vincent melangkahkan kakinya untuk meninggalkan apartemen itu. Ia berjalan sendirian meninggalkan Kevin yang masih mengambil mobilnya. Tak peduli dengan segala luka di dalam dirinya, pria itu menyusuri jalanan kota menuju ke rumah sakit di mana selama ini Laura bekerja.     

Vincent masuk ke dalam rumah sakit dan langsung menuju ke bagian pusat informasi. Ia pun berhadapan langsung dengan seorang wanita yang berpakaian rapi dengan logo rumah sakit milik ibunya itu.     

"Bisakah saya bertemu dengan Dokter Laura?" tanya seorang pria yang terlihat sangat pucat karena kelelahan di tengah kondisinya yang tidak terlalu baik.     

"Silahkan tunggu sebentar, Tuan. Saya akan memeriksa jadwal Dokter Laura terlebih dahulu." Wanita itu tampak serius di depan layar monitor di depannya. Terlihat ia memang sedang memeriksa jadwal-jadwal beberapa dokter di rumah sakit itu.     

Wanita itu beralih memandang Vincent dalam wajah sangat ramah dan juga cukup sopan. "Mohon maaf. Dokter Laura sedang tidak bertugas hari ini. Sejak kemarin, beliau juga telah mengajukan surat cuti untuk beberapa hari ke depan," jelas petugas dari pusat informasi itu.     

Langit seolah benar-benar runtuh di hadapan Vincent. Seakan ia benar-benar telah kehilangan kekasihnya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.