Bos Mafia Playboy

Biarkan Aku Pergi Sendiri!



Biarkan Aku Pergi Sendiri!

0Setelah selesai menemui Davin Mahendra, pria itu memilih untuk kembali ke dalam ruang kerjanya. Belum juga ia menyentuh handle pintu ruangan, pintu itu telah terbuka. Terlihat Imelda berdiri dengan wajah sangat terkejut. Adi Prayoga berbincang sebentar sebelum kembali duduk di sebuah kursi yang biasa dipakainya.     
0

Adi Prayoga menatap layar monitor dalam ekspresi yang sangat terkejut. Seolah ia melihat sesuatu yang sangat mengagetkannya.     

"Tunggu, Sayang!" seru ayah dari Brian Prayoga itu pada menantu kesayangannya. Sebuah tatapan mata yang tajam namun terasa sangat hangat terlukis dari sorot matanya. Seolah ia ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting pada wanita yang telah dinikahi oleh anaknya itu.     

Setelah menghentikan langkahnya, Imelda lalu membalikkan badan dan memandang sang ayah mertua. Wajahnya terlihat sangat terkejut dan juga sedikit takut untuk berhadapan dengan sosok Adi Prayoga.     

"Ada apa, Pa?" tanya Imelda dalam suara bergetar dan tidak terlalu jelas.     

Ia sangat takut jika kebohongan terbongkar saat itu juga. Rasanya, jantung Imelda akan melompat dari dadanya. Setengah mati, ia berusaha untuk mengendalikan gejolak emosi dari dalam hati.     

"Video operasi ini." Pria itu menunjukan ke arah layar monitor. "Apakah masih kamu pakai? Papa merasa sedikit ngeri saat melihat proses membuka isi perutnya." Terlihat Adi Prayoga bergidik ngeri karena melihat beberapa dokter dan juga perawat melakukan bedah di organ tubuh pasien.     

Imelda langsung menghela nafasnya penuh kelegaan. Ia sudah berpikir secara berlebihan tentang ayah mertuanya. Akhirnya, ia bisa sedikit tenang mendengar pertanyaan dari ayah mertuanya.     

"Langsung dihapus saja, Pa. Aku sudah punya salinan videonya." Imelda lalu pamit dan bergerak cepat menuju ke kamarnya. Ia tahan berlama-lama berhadapan langsung dengan Adi Prayoga. Sedikit kesalahan saja, pria tua itu bisa saja mengetahui sesuatu yang baru saja dicuri oleh Imelda.     

Dengan langkah yang terburu-buru, Imelda masuk ke dalam kamar. Dadanya masih sangat bergemuruh, ia takut dan juga sangat cemas akan perbuatan nekatnya membuka file milik Adi Prayoga. Namun ia berpikir jika hal itu satu-satunya jalan untuk mengetahui dalang di balik penjebakan terhadap ayahnya, Davin Mahendra.     

Brian yang menyaksikan istrinya masih berdiri di dekat pintu dengan wajah ketakutan langsung menghampirinya. Ia sangat khawatir melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Imelda.     

"Ada apa, Sayang? Apa yang sudah terjadi?" tanya Brian pada seorang wanita yang masih saja memegangi dadanya yang terus bergemuruh hebat. Ia bisa merasakan kegelisahan yang terjadi pada istrinya.     

Dengan sangat lembut, Brian menarik Imelda dan membuatnya duduk di sebuah kursi di dalam kamar. Ia pun duduk tepat di sebelah istrinya itu. Kemudian pria itu menggenggam jemari tangan sang istri sembari mengecupnya beberapa kali.     

"Katakan, Sayang! Apa yang sebenarnya terjadi?" Brian masih sangat penasaran tentang sesuatu yang membuat istrinya itu cukup terkejut. Sebagai seorang suami, ia tak akan membuat Imelda merasa takut dan juga gelisah sendirian.     

"Aku berhasil meng-copy video itu dari komputer Papa." Imelda mengatakan hal itu dalam suara bergetar dalam sebuah perasaan yang tidak karuan. Ia pun memandang suaminya dalam penuh arti dan juga sebuah harapan yang besar.     

Imelda mengambil sebuah flashdisk yang tadi sengaja disembunyikan di balik pakaiannya. Entah mengapa, ia merasa seperti seorang pencuri yang hampir tertangkap. Sejak masuk ke dalam ruang kerja Adi Prayoga, ia terus gelisah dan tak bisa tenang.     

"Kita harus meminta Martin untuk menemukan wanita dalam video itu, Brian." Tanpa menunggu apapun lagi, Imelda berniat untuk mengajak suaminya pergi ke rumah sakit untuk menemui Martin. Ia sudah tak sabar untuk mengetahui sebuah kejadian yang sengaja direkayasa oleh seseorang untuk menghancurkan keluarganya.     

"Tenanglah, Sayang. Kita bisa ke rumah sakit besok pagi. Aku tak ingin kamu kelelahan karena terlalu lama berada di luar," bujuk Brian dalam suara lembut dan juga penuh cinta. Tak ada niat lain di dalam hatinya, ia hanya tak ingin istrinya itu sampai jatuh sakit karena melakukan banyak hal yang dapat menguras seluruh tenaga dan juga pikirannya.     

Sayangnya, Imelda sama sekali tak mengerti dengan maksud ucapan dari suaminya. Ia justru menunjukkan wajah kesal dalam ekspresi yang tidak menyenangkan. Terlihat sangat jelas percikan api amarah dalam setiap sorotan matanya, seakan siap untuk membakar seluruh dunia dan seisinya.     

"Apa maksudmu, Brian? Bukankah lebih cepat akan lebih baik? Mengapa kamu justru mengulur waktu?" Imelda langsung melontarkan beberapa pertanyaan sekaligus kepada suaminya. Ia sama sekali tak bisa mengerti alasan Brian berusaha untuk menghalangi langkahnya.     

"Kamu salah paham, Sayang. Aku sama sekali tak bermaksud untuk mengulur waktu. Setidaknya, pikirkan anak di dalam sini." Brian sengaja menyentuh perut Imelda sangat lembut sembari berusaha untuk menjelaskan maksud dari perkataannya. Ia sangat ingat jika Imelda sampai pingsan karena kelelahan beberapa waktu lalu. Pria itu tak ingin hal yang sama sampai terulang kembali.     

Namun sepertinya, ucapan Brian sama sekali tak membuat Imelda mengerti. Wanita itu justru mengganti pakaiannya lalu mengambil barang-barangnya untuk segera ke rumah sakit untuk menemui Martin. Ia berpikir jika lebih cepat akan jauh lebih baik.     

"Aku akan ke rumah sakit sendirian." Wanita itu mengambil kunci mobil milik Brian lalu bergerak ke arah pintu kamar itu. Imelda menarik handle pintu dan membuat pintu itu terbuka lebar.     

"Tunggu, Sayang! Aku tak akan membiarkanmu keluar sendirian. Di luar sangat berbahaya bagimu," sahut Brian sembari berjalan menyusul istrinya menuju ke tempat di mana mobil mereka berada. Dengan sangat terpaksa, ia baru mengalah dari istrinya. Tak mungkin Brian akan diam saja melihat sang istri pergi mengendarai mobilnya seorang diri.     

Imelda lalu menghentikan langkahnya. Ia berbalik memandang pria yang berusaha untuk mengejarnya itu. Terlihat terlalu jelas kekhawatiran Brian akan dirinya. Wanita itu sadar jika suaminya itu hanya berusaha untuk menjaga dan juga melindunginya.     

"Biarkan aku pergi sendirian, Brian! Istirahatlah di rumah, aku akan segera kembali," ucap Imelda kepada seorang pria yang selama ini sangat mencintai dirinya. Ia merasa jika kehadirannya di dalam kehidupan Brian telah menyebabkan banyak masalah untuknya.     

Tanpa banyak bicara lagi, Imelda kembali melangkahkan kakinya menuju ke mobil mewah milik keluarga Prayoga. Ia tak peduli saat Brian berusaha untuk menghentikannya.     

"Tunggu, Sayang." Pria itu berusaha untuk membuka pintu mobil di mana Imelda sudah berada di dalamnya. Namun mobil itu sengaja dikunci oleh sang istri. Brian terlihat frustrasi karena Imelda tak kunjung membukakan pintu mobil untuknya. Bahkan beberapa kali ia berteriak memanggil nama istrinya.     

Suara teriakan dari Brian itu membuat Adi Prayoga sedikit terkejut dengan keributan di luar rumah. Pria itu langsung keluar ke arah keributan. "Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Sontak saja Imelda langsung membuka pintu mobil begitu melihat keberadaan ayah mertuanya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.