Bos Mafia Playboy

Diam-Diam Mencuri



Diam-Diam Mencuri

0Brian dan juga Imelda yang berada di depan pin, akhirnya bisa mendengar seluruh pembicaraan mereka berdua. Pasangan itu saling memandang dalam perasaan yang tak karuan. Mereka tak menyangka jika hancurnya hubungan kedua keluarga berawal dari sebuah jebakan yang diciptakan oleh seseorang yang begitu tega terhadap dirinya.     
0

"Menurutmu ... siapa yang telah menjebak Papa, Brian?" ucap Imelda lirih pada seorang pria yang juga mendengarkan percakapan dari dua ayahnya itu.     

"Dari pembicaraan mereka berdua, hanya Mama Natasya dan juga Om Jeffrey yang berkemungkinan untuk melakukan rencana kotor itu." Brian mencoba mengatakan semua yang ada dipikirannya. Ia pun menarik lembut istrinya sebelum ayah dan juga ayah mertuanya keluar dari sana.     

Pasangan itu memilih untuk masuk ke dalam kamarnya sebelum mereka berdua ketahuan menguping pembicaraan ayahnya. Brian dan juga Imelda masih saja penasaran dengan dengan pembicaraan di antara dua pria tua itu.     

"Aku sudah tak sabar untuk mengetahui seseorang di balik insiden yang harus dialami oleh Papa." Imelda merasa sangat gelisah memikirkan kejadian yang telah menghancurkan hubungan antara Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra.     

"Hanya Martin yang bisa membantu kita untuk meretas data dan juga sistem dalam organisasi intelijen. Kita bisa mengetahui, siapa saja yang telah ditemui oleh Papa di hari itu. Namun kita masih belum mendapatkan tanggalnya," sahut Brian dalam penjelasan yang panjang lebar. Ia sedang mencoba untuk memikirkan cara untuk mendapatkan tanggal itu.     

Imelda bangkit dari tempat duduknya lalu bersiap untuk keluar dari kamar. Wanita itu langsung menarik handle pintu dan berjalan dengan penuh keraguan. Sambil berjalan, ia masih saja memikirkan sebuah cara agar mendapatkan catatan waktu kejadian beberapa tahun silam.     

Sekuat hati dan juga dengan segala keberanian yang dimilikinya, Imelda mencoba untuk mengetuk pintu lalu mendorongnya hingga terbuka. Kedua pria itu langsung memandang ke arah anak perempuan kesayangannya.     

"Ada apa, Sayang?" Sebuah pertanyaan terdengar begitu lembut dan penuh kasih sayang dilontarkan Adi Prayoga kepada menantunya itu. Sebenarnya, ia sedikit terkejut saat Imelda datang menemui mereka.     

"Apakah aku mengganggu pembicaraan Papa?" Imelda bertanya sembari memandang kepada dia pria itu secara bergantian. Pastinya ia tak mau disebut sebagai seorang pengganggu bagi dua ayahnya itu.     

Kedua pria itu memaksakan sedikit senyuman pada wanita yang masih terlihat ragu untuk masuk ke dalam. Sebuah pembicaraan yang cukup serius itu harus diakhiri untuk sesaat.     

"Tentu saja tidak, Sayang. Kami baru saja ingin menemuimu dan juga Brian," kilah Adi Prayoga pada menantu kesayangannya. Ia tak mungkin mengatakan jika kedatangan menantunya itu mengganggu pembicaraan mereka berdua.     

"Bolehkah aku meminjam komputer Papa sebentar? Aku harus mencari informasi tentang metode operasi terbaru. Laptop Brian sepertinya rusak, Pa." Imelda hanya bisa memikirkan cara itu agar dirinya bisa mengetahui tentang catatan kejadian beberapa tahun silam yang dimiliki oleh Adi Prayoga.     

Kedua pria itu saling melemparkan tatapan satu sama lain. Seolah sedang mengirimkan sebuah isyarat pada sahabatnya. Tanpa mempersulit menantunya, Adi Prayoga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Imelda bekerja dengan komputer miliknya itu.     

"Pakailah, Sayang. Biar Papa dan juga Mahendra berbincang di luar saja." Pria itu menarik tangan Davin Mahendra dan mengajaknya keluar dari kamar. Adi Prayoga lalu mendekatkan wajahnya di telinga pria yang ada di sebelahnya. "Jangan lupakan tanggal yang sudah kuberikan," ucap bos mafia itu cukup lirih namun masih saja terdengar di telinga Imelda.     

Sontak saja, Imelda langsung menajamkan telinganya. Ia berusaha untuk mengetahui tanggal kejadian malam kembalinya Irene Mahendra ke dalam pelukan mantan kekasihnya, Adi Prayoga.     

Begitu dua pria itu menghilang dari pandangan Imelda, ia pun langsung membuka sebuah video tentang sebuah operasi. Hal itu hanya untuk mengelabuhi kedua pria tadi jika kembali di sana. Kemudian, wanita itu mulai dalam pencariannya. Ia membuka beberapa agenda yang ada di meja itu. Berharap bisa menemukan sebuah tanggal yang disebutkan oleh Adi Prayoga pada ayahnya sendiri.     

"Sial! Kenapa sulit sekali menemukannya?" gerutu Imelda sembari membolak-balikkan beberapa buku agenda milik ayah mertuanya.     

Saat Imelda melampiaskan kekesalan di dalam hatinya, tanpa sengaja ia menekankan papan keyboard di hadapannya. Seketika itu juga, terlihat sebuah video antara Davin Mahendra dan seorang wanita tampil begitu jelas dalam layar monitor. Dengan gerakan sangat cepat, ia pun langsung meng-copy video itu ke dalam sebuah flashdisk yang sengaja dibawa ke bersamanya.     

"Benar-benar sangat menjijikan," kesal Imelda dalam amarah yang mulai terpercik dan siap untuk membakar dirinya. Hatinya tiba-tiba saja merasakan sakit sesak dan juga perih secara bersamaan.     

Wanita itu cukup terkejut dengan dirinya. Jika dirinya saja melihat video itu sudah cukup mengiris hati .... Bagaimana dengan perasaan istri dari Davin Mahendra? Rasanya pasti sangat menyakitkan dan langsung kehilangan sandaran di dalam hidupnya.     

Dalam keadaan panik dan hati yang sangat terluka, Imelda segera menyimpan flashdisk miliknya. Ia tak ingin jika Davin Mahendra menangkap basah dirinya. Bukan karena takut pada ayah mertuanya, Imelda hanya tak mau mengecewakan seorang pria yang begitu tulus menyayanginya seperti anaknya sendiri.     

Wanita itu langsung bangkit dengan sangat terburu-buru, ia pun berjalan keluar dari ruangan itu. Begitu membuka pintu, Imelda dikejutkan dengan keberadaan Adi Prayoga yang juga berdiri di depan pintu.     

"Papa!" refleks Imelda mengucapkan panggilan itu pada seorang pria yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya.     

"Ada apa, Sayang? Mengapa wajahmu sangat pucat? Apakah kamu baik-baik saja?" Adi Prayoga tentunya sangat panik saat melihat Imelda menunjukan keterkejutan dengan wajahnya yang sangat pucat.     

Setengah mati, Imelda berusaha untuk menyembunyikan perasaannya di hadapan sang ayah mertua. Ia pun memaksakan diri untuk tersenyum dalam wajah yang tenang. Meskipun di dalam hatinya bergemuruh sangat hebat. Wanita itu hanya bisa berharap agar pria di depannya itu tak menyadari sikapnya yang berpura-pura.     

"Aku hanya terkejut karena Papa tiba-tiba sudah ada di sini." Imelda berusaha untuk bersikap seolah tak melihat atau mendengar apapun tentang semuanya.     

"Syukurlah jika kamu baik-baik saja." Adi Prayoga menyempatkan diri untuk membelai lembut menantunya lalu melangkahkan kaki menuju ke meja kerja yang sebelumnya baru saja dipakai oleh Imelda.     

Pria itu langsung menatap layar monitor di depannya. Ia pun menatap layar dengan ekspresi yang tiba-tiba berubah drastis. Bahkan pria itu terlihat memicingkan matanya sembari memandang ke arah layar monitor di hadapannya.     

"Tunggu, Sayang!" Adi Prayoga berhasil menghentikan Imelda yang akan meninggalkan ruangan itu. Bahkan wanita itu sudah berjalan satu langkah dari pintu.     

Mendengar panggilan itu, Imelda langsung berhenti di tempat dengan hati sangat berdebar tak karuan. Ia takut jika Adi Prayoga menyadari jika dirinya telah membuka file miliknya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.