Bos Mafia Playboy

Hukuman Kecil Dari Seorang Ayah



Hukuman Kecil Dari Seorang Ayah

0Tak kunjung mendapatkan respon dari ayahnya, Imelda membunyikan klakson beberapa kali lalu menyalip mobil ayahnya dan memaksa seorang Davin Mahendra harus menghentikan perjalanannya. Pria itu langsung keluar dalam wajah sangat geram. Seolah ia tak terima dengan kelakuan anak perempuannya. Ia sama sekali tak mengetahui jika pengemudi mobil itu adalah Imelda Mahendra     
0

"Apakah mau cari mati? Anda bosan hidup atau apa?" teriak Davin Mahendra dalam nada protes. Ia pun mengetuk pintu mobil itu dengan cukup keras. Pria itu tentu sangat kesal atas kelakuan pengemudi mobil. "Cepat keluar!" serunya lagi.     

Imelda hanya senyum-senyum sendiri mendengarkan kemarahan ayahnya. Ia tak menyangka jika ayahnya akan semarah itu padanya.     

Tak berapa lama, Brian keluar terlebih dahulu dan memberikan sapaan hangat dan juga cukup sopan pada ayah mertuanya.     

"Maaf sudah mengganggu perjalanan, Papa," sesal Brian tanpa menunjukkan ekspresi apapun.     

"Brian! Ternyata kamu, berarti pengemudi mobilnya adalah Imelda?" Davin Mahendra cukup terkejut dengan kemunculan pasangan itu.     

Tak berapa lama, Imelda keluar dengan wajah yang terus tersenyum. Ia merasa sudah menang dari ayahnya sendiri. Seolah sudah sangat tidak sabar, ia pun menarik Davin Mahendra lalu berdiri di sebelahnya.     

"Apa Papa sudah mengetahui dalang dari penjebakan yang terjadi beberapa tahun silam?" tanya Imelda dengan suara yang cukup lirih.     

Davin Mahendra tentunya sangat terkejut mendengar itu. Ia merasa belum mengatakan hal itu kepada siapapun. Namun ia menjadi penasaran saat anak perempuannya itu menanyakan sesuatu yang ingin diketahuinya.     

"Darimana kamu mengetahui video itu?" Davin Mahendra langsung menanyakan hal itu pada anak perempuannya yang sangat keras kepala.     

"Maaf, Pa. Aku tak sengaja mendengar pembicaraan di antara Papa dan Papa Adi." Imelda sangat menyesal telah menguping atau pembicaraan untuk dua orang yang cukup dewasa itu.     

Pria itu mengerutkan keningnya lalu melirik anak dan juga menantunya. Davin Mahendra tak pernah membayangkan apa yang sudah dilakukan oleh kedua orang itu secara diam-diam.     

"Apa yang kamu dapatkan dari aktivitasmu yang diam-diam itu?" Pria tua itu sangat yakin jika anaknya akan melakukan kegilaan yang sangat tidak masuk akal.     

"Kami sudah mendapatkan sebuah nama yang telah melakukan penjebakan itu pada Papa. Dia adalah seseorang yang sangat dekat dengan Papa." Imelda sengaja berhenti sejenak, memberikan sejenak waktu agar ayahnya berpikir untuk beberapa saat.     

Sebuah sorotan tajam yang menakutkan, sengaja dilemparkan Davin Mahendra pada anaknya. Dia tak sabar untuk mengetahui sosok di balik kehancuran hidupnya itu.     

"Bagaimana kamu bisa mendapatkan informasi itu?" Lagi-lagi Davin Mahendra melemparkan sebuah pertanyaan pada pasangan suami istri yang masih saja berdiri di tepi jalan.     

"Martin yang membantu kami menemukan wanita dalam video itu, Pa." Tiba-tiba Brian memberikan sebuah jawaban yang membuat Davin Mahendra langsung menarik rambutnya sendiri.     

Antara percaya dan tak percaya, Davin Mahendra harus mengetahui jika anak dan juga menantunya itu telah melihat sebuah video menjijikkan yang mempertontonkan sebuah adegan sangat vulgar.     

"Jadi kalian juga melihat video itu?" Ingin rasanya bagi Davin Mahendra untuk menenggelamkan diri di dalam dasar lautan yang paling dalam.     

"Aku sengaja mencuri video itu dari ruang kerja Papa Adi." Sebuah jawaban dari Imelda itu langsung membuat dirinya mendapatkan sebuah sentilan lembut dari ayahnya. Ia pun tak marah ataupun kesal pada sosok pria yang baru saja memberikan sebuah hukuman kecil padanya.     

Mengesampingkan rasa malu dan juga harga dirinya, Davin Mahendra harus mendapatkan sebuah nama yang sudah sekian lama telah bermain-main di belakangnya. Ia sudah menduga jika seseorang seperti Martin bisa melakukan apapun dengan sangat cepat. Bahkan pria itu hampir sempurna tanpa kesalahan dalam setiap melakukan transaksi. Davin Mahendra juga mengalami kesulitan untuk menangkap orang kepercayaan dari Adi Prayoga itu.     

"Siapa seseorang yang sudah menjebakku dan membuat aku kehilangan istriku?" Davin Mahendra akhirnya bisa menanyakan hal itu pada pasangan suami istri itu. Ia merasa tak sabar untuk mendapatkan jawaban.     

"Om Jeffrey yang membayar wanita murahan itu," jawab Imelda.     

"Apa! Benar-benar Jeffrey?" Walaupun Davin Mahendra dan juga Adi Prayoga telah memikirkan sebuah nama itu, ia masih saja tak percaya dengan semua yang harus di dengarnya.     

Imelda hanya mengangguk sembari memperlihatkan kesedihan di wajahnya. Ia merasakan sakit hati yang telah dirasakan oleh ayahnya. Entah apa yang dipikirkan oleh Imelda, ia langsung memeluk ayahnya penuh perasaan.     

"Apa hubungan Om Jeffrey dengan Mama Irene, Pa?" tanya Imelda pada ayahnya yang masih terlihat bingung dan juga masih tak percaya dengan semuanya.     

Davin Mahendra terdiam, bukan karena tak mau menjawab pertanyaan itu. Ia sendiri juga tak mengetahui hubungan apa yang terjadi antara Irene dan juga Jeffrey. Mereka berdua sama sekali tak pernah menceritakan hubungan apapun di antara mereka.     

"Papa harus ke markas sekarang. Kalian berhati-hatilah." Sebuah tatapan lembut penuh kasih sayang diperlihatkan Davin Mahendra pada anak dan menantunya.     

"Papa juga harus berhati-hati. Bisa saja, Om Jeffrey juga yang telah membuat Mama tewas dalam kecelakaan itu." Imelda tentunya sangat mengkhawatirkan keadaan ayahnya. Ia tak ingin jika ayahnya bernasib sama dengan ibunya.     

Davin Mahendra kembali melajukan mobilnya menuju ke markas badan intelijen. Ia masih saja tak bisa mempercayai kebenaran yang telah didengarnya. Sebenarnya ia sudah mengetahui hal itu saat memeriksa agenda di tahun saat kejadian itu berlangsung.     

Ia sangat ingat jika malam itu, Jeffrey mengajaknya makan malam bersama beberapa rekan satu tim di badan intelijen. Sayangnya, Davin Mahendra tak bisa mengingat apa saja yang telah terjadi saat dirinya mulai mabuk dan kehilangan kesadaran.     

Yang diingatnya, pagi hari saat terbangun ... Davin Mahendra berada di sebuah kamar hotel seorang diri. Lalu Jeffrey datang dan menjelaskan jika mereka terlalu mabuk dan tak bisa mengantarkan dirinya untuk pulang.     

Dengan bodohnya, Davin Mahendra langsung percaya pada ucapan temannya itu. Ia tak pernah berpikir hal buruk mengenai malam menjijikkan itu. Sebuah malam yang membuat Irene kembali pada mantan kekasihnya.     

Hanya penyesalan dan juga kekecewaan yang singgah di dasar hatinya. Davin Mahendra tak mungkin bisa memperbaiki apapun. Apalagi, Irene sudah tidak ada di dunia yang sama dengan yang ditinggalinya.     

"Brengsek! Aku harus segera menemui Jeffrey. Apa maksudnya dia menjebakku dengan sangat keji?" gumam Davin Mahendra pada dirinya sendiri.     

Hingga tanpa sadar, ia sudah berapa di sebuah gedung bertingkat dengan penjagaan sangat ketat dan sulit ditembus. Tak peduli apapun lagi, Davin Mahendra langsung mencari keberadaan Jeffrey.     

"Apa kalian melihat Jeffrey?" tanya Davin Mahendra pada dua orang agen yang berjalan melewatinya.     

"Pak Jeffrey ada di ruangannya, Pak," jawab salah satu dari mereka dengan cukup ramah.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.