Bos Mafia Playboy

Imelda Mahendra VS Eliza Hartanto



Imelda Mahendra VS Eliza Hartanto

0Imelda cukup terkejut saat Eliza melontarkan beberapa pertanyaan untuknya. Seolah ia adalah seorang tersangka yang harus diinterogasi. Padahal kedatangannya sama sekali tak bermaksud untuk menggoda Martin atau melakukan sesuatu yang tidak penting.     
0

"Sayangnya ... aku bukan seorang tersangka yang bisa kamu tanyai sesuka hatimu, Jaksa Eliza Hartanto," balas Imelda tanpa peduli dengan status ataupun pekerjaan dari seorang wanita yang terlihat sangat peduli pada Martin. Tak sedikit pun Imelda takut ataupun gentar menghadapi seorang wanita yang sedang terbakar kecemburuan.     

"Apa kamu sengaja menantang aku, Imelda Mahendra?" lontar Eliza dalam sebuah tatapan setajam belati yang mampu membelah dan mengoyakkan dada.     

Sontak saja, Imelda tertawa geli mendengar pertanyaan dari Eliza. Ia sama sekali tak berniat adu kekuatan ataupun ketangkasan dengan seorang wanita yang pernah menjebak suaminya itu. Jelas saja jika hal itu sampai terjadi, wanita dari keluarga Mahendra itulah yang akan keluar menjadi pemenang.     

"Apakah aku terlihat sedang menantang dirimu, Eliza Hartanto?" Dengan wajahnya yang terlihat cukup tenang, Imelda berjalan ke arah sosok wanita yang sudah semakin terbakar kecemburuan yang begitu membara. Ia pun berdiri di sebelah seorang pria yang masih dalam pengaruh obat bius.     

"Apa yang akan dikatakan oleh Martin jika melihatmu seperti sekarang?" sindir Imelda dalam suara dingin yang tanpa perasaan.     

Sebuah kilatan amarah tersirat sangat jelas di wajah Eliza Hartanto. Jelas saja ia tak terima dengan sebuah sindiran yang sengaja dilontarkan Imelda terhadap dirinya. Selama hidup, ia tak pernah kalah dari siapapun. Namun dengan Imelda ... sebelum ia sempat melihatnya saja, Eliza sudah merasa dikalahkan oleh seorang wanita dari keluarga Mahendra.     

"Apa kamu merasa hebat telah menjadi wanita yang dicintai oleh Brian dan juga Martin? Apakah kamu memang tercipta untuk menghancurkan hatiku?" Eliza menunjukkan dirinya sangat frustasi dengan keadaannya itu. Setiap pria yang disukainya selalu saja terikat cinta dengan seorang Imelda Mahendra. Padahal, ia merasa jika dirinya tak kalah cantik dengan sang dokter bedah itu. Namun mengapa Martin masih saja menolak dirinya?     

"Menghancurkan hatimu? Sepertinya kamu sedang berhalusinasi," ledek Imelda dalam sebuah senyuman penuh kemenangan. Ia menatap sinis wanita itu, memperlihatkan sisi terkuat di dalam dirinya. Jika seorang Eliza Hartanto adalah jaksa muda yang cukup hebat, Imelda merasa jika dirinya tak kalah hebat dari wanita itu.     

Dalam kekesalan yang berada di pucuk kepalanya, Eliza menarik kasar tangan Imelda. Membuat wanita hamil itu hampir saja kehilangan keseimbangannya. Untung saja, Imelda berhasil bertahan dan sama sekali tak terjatuh ke lantai.     

"Apakah kamu merasa hebat telah mendapatkan Brian Prayoga? Kamu juga merasa berada di atas angin karena Martin juga sangat mencintaimu. Membuatmu begitu angkuh dan juga sangat sombong, Imelda Mahendra." Eliza mulai mengungkapkan perasaan tak sukanya pada Imelda. Bahkan tak segan-segan ia mencengkeram erat lengan wanita yang telah menjadi menantu di keluarga Prayoga itu.     

Sekuat hati dan juga tenaganya, Imelda mencoba tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh ucapan dari Eliza. Bahkan ia mengabaikan lengannya yang mulai memerah karena wanita itu terlalu erat mencengkeramnya.     

"Tentu saja aku seorang wanita hebat yang bisa membuat kedua pria itu jatuh cinta kepadaku. Aku merasa beruntung telah menjadi istri sah dari Brian Prayoga. Selain itu, aku tentunya merasa senang bisa memiliki Martin yang selalu melindungi aku." Imelda berhenti sejenak mengungkapkan isi hatinya kepada Eliza. Ia tak tahu, dengan apakah wanita itu akan melepaskan dirinya.     

"Dasar wanita murahan!" teriak Eliza disertai sebuah dorongan keras pada istri dari Brian Prayoga. Seperti kehilangan akal sehatnya, Eliza justru mendorong Imelda hingga jatuh ke ranjang di mana Martin berbaring.     

Imelda masih saja mengembangkan senyuman palsu pada wanita itu. Ia tak ingin memperlihatkan sisi lemah di dalam dirinya. Walau bagaimanapun, Eliza adalah wanita yang paling terluka di antara mereka berdua. Saat Imelda mencoba untuk bangkit, sebuah tangan kokoh dan tentunya sangat kuat menghentikan dirinya.     

Tanpa terduga, Martin tersadar karena sebuah teriakan keras terngiang di telinganya. Ia mendengar sebuah suara yang cukup dikenalnya sedang mengumpat adik dari sahabatnya. Ada sebuah amarah yang tak sanggup untuk dibendungnya.     

Pria itu bisa merasakan saat Imelda terjatuh di sebelahnya. Martin sudah berjanji pada Vincent untuk melindungi adiknya itu. Selain itu, Imelda adalah sosok wanita yang pernah membuatnya jatuh cinta. Meskipun pada akhirnya, ia harus merelakan wanita itu menjadi milik dari anak tunggal dari bos-nya sendiri.     

"Tetaplah di sini Imelda." Ucapan itu sangat mengejutkan wanita yang masih berada di samping Martin.     

Andai saja Martin sudah bisa memakai kedua kakinya untuk berjalan, ia akan menyeret Eliza dan memberikannya pelajaran. Setiap perbuatan dan juga ucapan wanita itu sudah di luar batas.     

"Hentikan ucapanmu, Eliza! Aku tak pernah memintamu untuk tetap tinggal di sampingku," tegas Martin dalam amarah yang sudah membakar dirinya.     

"Apa-apaan kamu, Martin! Aku yang selalu berada di sisimu, bukan wanita murahan itu. Mengapa kamu bisa membela Imelda?" Eliza merasa tak terima dengan pembelaan Martin atas Imelda. Ia benar-benar cemburu, bahkan sangat cemburu pada istri dari Brian Prayoga itu.     

Mendengar ucapan kasar dari Eliza, pria itu langsung naik darah. Martin tak terima jika adik dari sahabatnya itu dipanggil 'Wanita Murahan' oleh Imelda. Sebuah kilatan tajam yang bercampur dengan ekspresi mematikan, dilemparkan Martin pada seorang wanita yang berprofesi sebagai jaksa itu. Ia tak peduli lagi jika hal itu akan melukai hatinya. Bagi Martin, semua yang telah diucapkan Eliza kepada Imelda sudah sangat keterlaluan.     

"Kamu tahu, Eliza. Aku sudah berjanji pada Vincent untuk menjaga adik satu-satunya. Aku juga bekerja pada Bos Adi Prayoga untuk melindungi Brian dan juga Imelda dari bahaya apapun. Namun apa yang kamu lakukan, membuatku ingin menyingkirkanmu sekarang juga!" Martin meneriakkan kalimat terakhir yang diucapkan. Ia tak mampu mengendalikan amarah yang serasa akan meledak di dalam kepalanya.     

"Namun kehadiranmu di dalam kehidupanku telah mengacaukan segalanya. Seharusnya aku bisa menghabisimu tanpa beban dan juga rasa bersalah sedikit pun," ucap Martin dalam setiap keputusasaan di dalam hati. Ia sadar jika perasaannya terhadap Eliza sudah melemahkan segalanya.     

Ingin rasanya Martin berteriak sekeras mungkin. Segala perhatian dan juga kasih sayang Eliza telah melumpuhkan kekuatannya. Dia sangat frustrasi karena cinta yang ditawarkan oleh Eliza terlalu berbahaya untuknya. Ia takut jika mereka akan hancur secara bersamaan.     

"Mengapa tak kau katakan saja jika kamu mencintaiku, Martin? Agar aku lebih tenang untuk menunggumu, sampai kamu benar-benar mau mendatangiku." Seketika itu juga air mata mengalir dari kedua bola mata Eliza. Wanita itu sudah tak mampu menahan segala kesedihan dan juga kekecewaannya atas seorang pria yang dicintainya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.