Bos Mafia Playboy

Menjadi Mucikari



Menjadi Mucikari

0Sontak saja, Martin langsung membuatkan matanya saat melihat sebuah video dalam layar monitor di hadapannya. Ia cukup terkejut sekaligus tak percaya dengan sebuah pemandangan yang cukup untuk meledakkan dadanya.     
0

"Bukankah itu Davin Mahendra?" tanyanya pada pasangan suami istri yang ikut tegang menyaksikan sebuah adegan yang begitu vulgar dan terkesan menjijikkan bagi mereka.     

"Benar, Martin. Dia memang papaku, aku hanya sangat penasaran pada wanita yang terlihat cukup menggoda dan juga sangat murahan." Imelda sengaja mengutarakan keinginannya agar orang kepercayaan dari Adi Prayoga itu bisa membantunya menemukan seorang wanita di dalam video itu.     

Tanpa banyak bertanya, Martin memperhatikan setiap gerakan yang sedang dilakukan oleh wanita di dalam video. Ia melihat ada yang tidak beres dalam video berdurasi singkat itu. Beberapa kali, keanehan terlihat di matanya. Meskipun ia tak melihat secara langsung interaksi antara kedua orang itu, Martin tentunya sangat yakin jika video itu sengaja direkayasa.     

"Ini adalah sebuah jebakan. Aku yakin Davin Mahendra sedang terperangkap dalam jebakan yang sengaja disiapkan oleh seseorang." Martin melemparkan sebuah tatapan serius dan juga penuh arti pada pasangan suami istri itu. Tak sedikit pun ia mempercayai jika video itu nyata.     

"Bagaimana kamu bisa seyakin itu, Martin?" Brian sengaja bertanya hal itu karena ia juga ingin mengetahui alasan atas sebuah jawaban yang diberikan oleh pria yang berstatus sebagai pasien.     

Dalam sekali gerakan saja, Martin memperbesar video antara Davin Mahendra dengan seorang wanita yang tak dikenalnya. Ia menunjukkan ke sebuah sudut pengambilan gambar yang membuat video itu terlihat sangat nyata.     

"Coba kalian perhatikan sekali lagi! Tak sedikit pun Davin Mahendra bergerak dari posisinya. Wanita itu sangat mendominasi sebuah adegan percintaan yang secara sekilas terlihat begitu menggairahkan. Padahal wanita itu sebenarnya bermain-main sendiri." Dengan penuh keyakinan, Martin menjelaskan secara singkat mengenai video itu. Tak ada apapun yang dilakukan oleh Davin Mahendra pada wanita yang bergerak di atas tubuhnya.     

Brian dan juga Imelda saling memandang satu sama lain. Mereka berdua tak menyadari sebelumnya tentang hal itu. Andai saja Irene Mahendra menyadari kejanggalan dalam video. Segalanya pasti akan berbeda. Tak akan ada keluarga ataupun hati yang hancur karena pengkhianatan yang disangkakannya.     

"Andai saja Mama berpikir seperti kamu, Martin," sesal Imelda dalam wajah sangat sedih. Ia menyesali semua yang terjadi di masa lalunya.     

"Semua sudah berlalu, Sayang. Yang penting kita harus menemukan seseorang yang sengaja menjebak Papa." Brian mencoba untuk menghibur istrinya agar tak tenggelam dalam penyesalan dalam masa lalunya.     

Mereka semua lalu terdiam dalam kesunyian dan juga rasa penyesalan yang seharusnya bisa dihindarkan. Namun segalanya telah terjadi dan tak mungkin bisa untuk diperbaiki lagi.     

"Aku akan meminta beberapa anak buah untuk mencari keberadaan wanita ini. Sepertinya itu bukan hal yang sulit," ucap Martin pada pasangan itu. Ia pun lalu mengambil ponsel miliknya dan mengirimkan sebuah pesan untuk seseorang yang juga bekerja pada Adi Prayoga. Tak ingin membuang waktu sedetikpun, ia langsung menghubungi beberapa orang lagi yang berkemungkinan mengetahui keberadaan wanita itu.     

Waktu berjalan terasa begitu lambat bagi mereka. Seolah sang surya tak beralih dari tempatnya. Hanya kegelisahan dan juga perasaan tak sabar yang memenuhi hati dan juga pikirannya mereka.     

Terlebih Imelda, ia terus mondar-mandir di dalam ruangan yang cukup luas dan sangat mewah itu. Hatinya cemas dan tak karuan menantikan sebuah kabar tentang seorang wanita yang telah menjebak ayahnya itu.     

Dua jam telah berlalu, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Martin. Terlihat pesan yang menampilkan sebuah tempat hiburan malam yang cukup terkenal untuk kalangan menengah ke atas. Hanya orang-orang yang berdompet tebal saja yang bisa masuk dan juga menikmati suasana penuh gairah di dalam bangunan empat lantai itu.     

"Wanita itu telah menjadi seorang mucikari di night club yang tak jauh dari rumah sakit ini. Aku akan mengirimkan alamatnya padamu." Martin pun mengirimkan alamat night club itu pada Brian. Ia sangat yakin jika anak dari bosnya itu sudah mengetahui bahkan cukup tahu lokasi itu. Namun ia sengaja tak ingin mengatakan hal itu pada Imelda. Ia takut jika hal itu bisa melukai hati wanita yang masih saja terlihat sangat cemas.     

"Aku akan langsung ke sana sekarang juga." Brian memandang istrinya sebentar lalu beranjak meninggalkan ruangan itu. Namun tiba-tiba saja ....     

"Aku ikut denganmu, Brian." Imelda menyusul suaminya yang sudah berdiri tak jauh dari pintu.     

Kedua pria itu melemparkan tatapan tajam pada Imelda secara bersamaan. Mereka berdua cukup terkejut mendengar keputusan Imelda untuk ikut mencari keberadaan wanita itu. Walau bagaimanapun, tempat itu merupakan sebuah lokasi yang sangat berbahaya bagi keselamatan mereka berdua.     

"Akan lebih baik jika kamu tak ikut ke sana, Imelda," ucap Martin pada seorang wanita yang sudah bersiap untuk meninggalkan ruangan itu.     

Sebuah kilatan penuh kecurigaan, terlukis begitu jelas dalam wajah Imelda. Ia merasa jika ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Martin darinya. Jelas-jelas ia ingin mencari keberadaan seorang wanita yang sudah menjebak ayahnya, untuk apa Martin malah menghentikan langkahnya.     

"Apa kamu sedang berusaha untuk menyembunyikan sesuatu dariku, Martin?" tuduh Imelda pada seorang pria yang masih duduk dalam kondisi kakinya yang baru selesai dari operasi. Ia tak peduli dengan hal berbahaya apapun yang mungkin akan menghalanginya.     

"Setidaknya, dengarkan saja aku kali ini!" Martin mencoba untuk membujuknya agar tidak ikut ke sebuah tempat prostitusi yang pernah di datangi oleh Brian sebelum kembali bertemu dengan Imelda.     

Imelda justru memperlihatkan senyuman sinis dan mengatakan apapun pada seorang pria yang berstatus sebagai pasien itu. Ia justru menarik Brian untuk segera meninggalkan ruangan itu. Dalam wajah penasaran, ia menatap Brian yang terlihat sedikit gelisah. Terlalu jelas dalam pandangannya jika suaminya itu juga terlihat tak nyaman dengan keberadaan Imelda bersamanya.     

"Ada apa dengan wajahmu, Brian? Apa kamu juga tak ingin jika aku menemanimu pergi ke night club itu?" Imelda tentunya sangat penasaran pada ekspresi wajah yang diperlihatkan oleh suaminya. Ia semakin yakin jika ada sesuatu yang sedang mereka sembunyikan darinya.     

"Apa yang bisa ku sembunyikan darimu, Sayang?" Brian tak mungkin bisa menghentikan istrinya untuk tetap tinggal di rumah sakit. Imelda terlalu keras kepala hingga begitu sulit untuk ditaklukkan.     

Imelda langsung menarik Brian untuk keluar dari ruangan itu. Namun sebelumnya, ia sempat melirik Martin yang masih saja memperhatikan dirinya sejak tadi.     

"Aku sangat yakin jika kalian berdua sengaja menyembunyikan sesuatu dariku," kata Imelda penuh keyakinan sebelum benar-benar meninggalkan ruang perawatan Martin.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.