Bos Mafia Playboy

Hubungan Jeffrey & Irene



Hubungan Jeffrey & Irene

0Begitu mendengar pertanyaan dari Davin Mahendra, Jeffrey mengusap pelan air mata yang membasahi wajahnya. Ia kemudian mulai menghela nafas sembari mengatur perasaannya sebelum memberikan sebuah jawaban yang sudah dinantikan oleh suami dari seorang wanita yang sudah sangat baik padanya.     
0

"Aku dan Irene hanya berteman biasa. Kami saling mengenal saat aku masih tinggal di sebuah panti asuhan. Kebetulan sekali, keluarga Irene adalah donatur tetap di panti asuhan. Saat itu, Irene masih duduk di bangku SMA. Aku mulai jatuh cinta padanya sejak saat itu. Sayangnya, setelah ada sebuah keluarga yang mengadopsi aku ... aku kehilangan kontak dengannya." Jeffrey memberikan jeda dalam ceritanya, masih ada kisah panjang yang memang sudah seharusnya diketahui oleh Davin Mahendra. Karena kisah itulah yang menjadikan alasan sebuah kesalahan bodoh yang telah dilakukannya.     

"Lalu ... untuk apa kamu berusaha untuk menghancurkan hubunganku dan Irene? Bukankah kamu juga memiliki sebuah keluarga sendiri?" Davin Mahendra tentunya sangat penasaran dengan alasan Jeffrey sampai menjebaknya tanpa rasa berdosa.     

Kedua pria itu sama-sama terdiam saling memandang satu sama lain. Davin Mahendra terlihat sangat berantakan dengan wajahnya yang terlihat sangat lelah. Sedangkan wajah Jeffrey hancur karena beberapa pukulan keras yang dilayangkan oleh temannya itu. Mereka berdua sama-sama hancur dengan caranya masing-masing.     

"Keluargaku? Itu hanya sebuah sandiwara saja, hanya sebuah pernikahan di atas kertas. Wanita yang aku nikahi adalah anak tunggal dari sebuah keluarga yang telah mengadopsi aku. Kebetulan ia hamil, dan kekasihnya pergi entah kemana. Kemudian mereka memintaku untuk menikahi anak semata wayangnya." Jeffrey mencoba menjelaskan betapa memalukannya kehidupan yang harus dijalaninya. Namun ia juga harus membalas budi atas kebaikan keluarga itu telah membesarkan dan juga membiayai hidupnya.     

Davin Mahendra cukup terkejut mendengar hal itu. Padahal keluarga Jeffrey terlihat sangat bahagia dan juga begitu harmonis selama ini. Seolah ia telah menjadi seorang menantu idaman dalam keluarga itu. Namun lagi-lagi hidup tak selalu indah seperti kelihatannya. Banyak kisah rumit yang terbungkus dengan sangat indah.     

"Aku pikir dengan memisahkan mu dan Irene ... aku bisa dengan mudah masuk ke dalam celah itu. Namun aku melupakan satu hal penting, Irene masih memiliki seorang pria yang sangat mencintainya. Dia adalah sahabatmu sendiri, Adi Prayoga," lanjut Jeffrey dalam sebuah penyesalan yang begitu dalam selama hidupnya. Ia menyesal telah menjebak Davin Mahendra dan juga membuatnya dibenci oleh istrinya sendiri.     

"Apakah kamu bahagia setelah melihat aku kehilangan Irene? Setidaknya kamu bisa berpikir jika tak ada seorang pun yang bisa memilikinya," balas Davin Mahendra tanpa ekspresi apapun.     

Kedua pria itu sama-sama terduduk di lantai ruangan itu. Mereka terdiam tanpa ada kata-kata apapun untuk menjawab atau menanggapi sebuah pertanyaan dari Davin Mahendra.     

"Sejujurnya ... aku sangat menyesal telah melakukan hal itu. Jika aku tak kehilangan akal dan melakukan dosa besar itu, mungkin .... " Tiba-tiba saja suara Jeffrey bergetar hebat, ia merasa tak sanggup untuk melanjutkan ucapannya.     

"Apa kamu sengaja menghabisi Irene karena tak bisa mendapatkannya?" Lagi-lagi Davin Mahendra mengulang sebuah pertanyaan yang tadi sudah dijawab oleh Jeffrey.     

Jeffrey bangkit dari lantai ruangan itu lalu mengambil dua minuman dingin dari lemari pendingin yang berada di sana. Ia pun melemparkan sebotol minuman untuk teman dekatnya itu. Dalam satu gerakan saja, Davin Mahendra menangkap cepat dan tepat minuman dingin itu.     

"Bukankah aku sudah mengatakannya, aku sama sekali tidak membunuh Irene!" tegas Jeffrey lalu kembali duduk di samping Davin Mahendra. Ia tak tahu lagi harus menjelaskan hal ini seperti apa agar pria di sebelahnya itu percaya.     

Davin Mahendra membuka minuman dingin di tangannya. Dalam satu tegukan saja, botol itu sudah kosong. Dengan sengaja ia meremas botol kosong itu hingga tak berbentuk lagi. Pria itu masih saja sangat kesal dengan kebodohan Jeffrey yang menyebabkan banyak masalah di dalam kehidupannya.     

"Lalu ... siapa yang sebenarnya telah membunuh istriku? Aku yakin jika itu bukan kecelakaan biasa." Davin Mahendra sangat yakin jika istri tewas bukan karena sebuah kecelakaan. Ia menyakini jika Irene sengaja dihabisi oleh seseorang.     

"Aku juga sedang mencari pelakunya selama bertahun-tahun. Sayangnya, orang-orang itu bekerja dengan sangat bersih. Tak ada jejak apapun yang ditinggalkan di lokasi. Padahal sangat jelas jika mobil Irene sengaja ditabrak dari belakang dan juga depan. Bagaimana bisa penyelidikan menunjukkan jika itu hanyalah kecelakaan tunggal?" Jeffrey juga sudah berusaha selama bertahun-tahun untuk mencari seseorang yang bertanggung jawab atas kematian Irene.     

Hal itu juga yang selama ini menjadi tanda tanya besar bagi Davin Mahendra. Ia juga sudah berusaha untuk menyelidiki semuanya, lagi-lagi usahanya itu tak memberikan sebuah hasil yang berarti.     

"Jika kamu sampai terlibat dengan Natasya atas konspirasi ini, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri," ancam Davin Mahendra pada sosok pria yang memiliki jabatan lebih tinggi darinya. Namun ia sama sekali tak takut ataupun gentar pada atasannya itu.     

"Apa maksudmu, Davin? Bagaimana kamu bisa menghubungkan aku dengan Natasya?" Jeffrey merasa bingung atas tuduhan yang dilontarkan oleh ayah dari Vincent dan juga Imelda Mahendra itu.     

Air muka Davin Mahendra mendadak buram. Memperlihatkan jika dirinya sudah berada di level tertinggi dalam kekesalan yang telah memuncak. Ia melemparkan tatapan tajam yang cukup mengintimidasi pria di sebelahnya. Bahkan sorot mata Davin Mahendra terlihat sangat mengerikan.     

"Tak perlu bersandiwara ataupun berpura-pura bodoh di hadapanku. Aku sangat tahu apa yang telah kalian lakukan selama ini," kesal Davin Mahendra pada pria yang terlihat sangat bingung atas tuduhan itu.     

Jeffrey masih saja tak mengerti dengan tuduhan yang dilontarkan oleh Davin Mahendra. Ia merasa jika pria itu pasti sudah salah paham terhadap dirinya. Selama ini ia hanya melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukannya.     

"Sepertinya kamu telah salah paham dengan hubunganku dan Natasya," sanggah Jeffrey atas tuduhan itu.     

"Kamu pikir aku bodoh!" teriak Davin Mahendra pada sosok pria di sebelahnya. Ia sengaja memelototi Jeffrey yang masih berpura-pura suci dan juga tak bersalah kepadanya. Padahal, berbagai kejahatan telah dilakukannya selama ini.     

Tak memahami arah pembicaraan itu, Jeffrey hanya bisa menggaruk kepalanya sembari terus memandang ke wajah Davin Mahendra. Ia berharap pria itu akan segera mengatakan semuanya.     

Davin Mahendra bangkit dari samping Jeffrey lalu berdiri di sebelah jendela kaca besar dalam ruangan itu. Ia melihat pemandangan kota yang cukup terlihat dari ruangan itu. Kemudian ia beralih menatap dalam mata dari atasannya.     

"Bukankah kamu yang membawa mobil dinas untuk menemui mantan agen intelijen, Yudha Fabian? Bagaimana kamu bisa bersama Natasya menemui penjahat itu?" tanya Davin Mahendra.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.