Bos Mafia Playboy

Natasya Tak Sesederhana Itu



Natasya Tak Sesederhana Itu

0Jeffrey sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu dari Davin Mahendra. Ia tak menyangka jika pria yang sedang menatap ke arahnya itu bisa mengetahui sesuatu yang seharusnya tak diketahui oleh orang lain.     
0

"Darimana kamu mengetahuinya?" Tentunya, Jeffrey sangat penasaran dengan sumber informasi yang telah didapatkan oleh Davin Mahendra.     

"Seseorang memberitahuku jika kamu sering mendatangi kediaman Yudha Fabian. Aku hanya tak menyangka, bagaimana kamu bisa bersama Natasya berada di tempat itu? Rasanya, aku semakin curiga jika dirimu terlibat konspirasi bersama Natasya," tuduh Davin Mahendra dengan sangat menyakinkan.     

Segalanya terasa begitu sulit bagi Jeffrey, ia tak menyangka jika ada seseorang yang melihat kebersamaannya dengan Natasya. Padahal ia melakukan hal itu juga demi mereka semua. Namun ia melihat jika Davin Mahendra lagi-lagi telah salah paham dengannya.     

"Natasya memaksaku untuk menemaninya menemui Yudha Fabian. Jika aku menolak, ia akan memberitahukan kebenaran dari malam itu padamu," ungkap Jeffrey dalam rasa bersalahnya.     

"Aku masih tak percaya jika kamu adalah seorang pria dan juga atasanku," ledek Davin Mahendra dalam senyuman seringai yang seolah sedang meremehkan sosok pria yang telah beberapa tahun terakhir menjadi atasannya. "Tidak bisakah kamu melawan Natasya?" kesalnya lagi pada Jeffrey.     

Sebuah hinaan yang seharusnya cukup melukai hati Jeffrey tak berarti apapun baginya. Ia merasa pantas mendapatkan kata-kata itu dari Davin Mahendra. Sebagai seseorang yang sudah sangat bersalah, Jeffrey tak mau menyanggah ataupun menolak ucapan dari teman dekatnya itu.     

"Natasya tak sesederhana itu." Jeffrey langsung terdiam setelah mengatakan hal itu. Ia sangat tahu kejahatan apa saja yang telah dilakukan Natasya belakangan ini. Berbagai cara sudah dilakukannya untuk mengendalikan wanita itu agar tak semakin menggila. Bahkan Jeffrey hampir saja menjadi budak dari mantan istri sang bos mafia, Adi Prayoga.     

"Sepertinya kamu cukup mengenal wanita itu. Bukankah kamu juga bersama Natasya saat Imelda dan Brian hampir kehilangan nyawanya?" Lagi-lagi Davin Mahendra memberikan tuduhan yang tidak main-main terhadap atasannya itu. Ia tentunya sangat tahu saat Imelda dan Brian berada di antara hidup dan mati.     

Rasanya begitu menyesakkan berada di situasi di mana Jeffrey berhadapan langsung dengan Davin Mahendra. Ia merasa sedang berada di sebuah persidangan dengan dirinya sebagai tersangka dan telah terbukti melakukan berbagai kejahatan.     

"Aku memang sedang bersamanya. Saat itu, Natasya ingin membunuh anak di dalam perut Imelda. Dia sengaja merencanakan sebuah kecelakaan yang tidak terlalu fatal. Aku sudah berusaha untuk menggagalkan satu mobil lagi yang seharusnya juga menyerang Brian dan juga Imelda." Jeffrey sedang berusaha menjelaskan pada Davin Mahendra jika dirinya juga berusaha untuk melindungi Vincent dan juga Imelda.     

Meskipun ia tak bisa membalas kebaikan Irene selama wanita itu masih hidup, Jeffrey sedang berusaha melindungi anak-anak Irene dengan caranya sendiri. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membayar kebaikan dan juga dosa besar yang telah dilakukannya pada wanita yang tak lain adalah istri dari temannya sendiri.     

"Mengapa kamu tak menggagalkan rencana jahat Natasya kepada anak dan juga menantuku?" Davin Mahendra masih menganggap jika Jeffrey masih setengah-setengah dalam semua tindakannya.     

"Jika tak ada yang berangkat, aku khawatir Natasya akan melakukan kegilaan itu dengan tangannya sendiri," jawab Jeffrey tanpa menambahkan ataupun mengurangi segala yang diketahuinya.     

Terlihat sangat jelas jika Davin Mahendra masih meragukan dirinya. Jeffrey bisa memaklumi hal itu karena terlalu banyak dosa dan juga salah padanya. Ia sadar jika kesalahan yang telah dilakukannya benar-benar tak termaafkan.     

"Kamu masih saja pandai berkilah, Jeffrey. Bisakah kamu lepaskan Vincent dari organisasi kita? Aku tak ingin anak laki-lakiku terlibat dalam berbagai konspirasi yang bisa membahayakan dirinya." Davin Mahendra sengaja mengajukan sebuah permintaan khusus untuk menjauhkan Vincent dalam intrik politik yang bisa membahayakan nyawanya.     

"Aku tak akan melakukannya! Bahkan aku akan tetap membujuk Imelda agar bergabung menjadi tim intelijen," sahut Jeffrey dengan penuh keyakinan. Ia hanya berusaha untuk melindungi anak-anak dari Irene saja. Tak ada niat buruk apapun padanya.     

Sebuah jawaban yang cukup mengejutkan bagi Davin Mahendra. Ia tak pernah membayangkan jika Jeffrey bisa melakukan hal itu. Hal itu hanya menambahkan kecurigaan di dalam dirinya.     

"Jangan pernah menyeret anak-anakku dalam operasi ataupun misi yang berbahaya bagi mereka. Jika kamu masih saja berusaha untuk mendapatkannya, aku akan memberikan pelajaran untukmu," ancam Davin Mahendra tanpa ada ketakutan dan juga perasaan canggung pada atasannya itu.     

"Mungkin kamu masih tak mengerti, Davin. Aku berusaha keras untuk membawa Vincent dan juga Imelda masuk dalam organisasi, agar aku bisa melihat dan juga memastikan sendiri keselamatannya. Namun kamu masih saja salah paham atas rencanaku." Jeffrey tak bisa menjelaskan apapun melebihi hal itu. Terlalu sulit memberikan pengertian kepada Davin Mahendra. Meskipun ia berusaha sekalipun, rasanya pria itu masih tetap mencurigai dirinya.     

Davin Mahendra masih cukup bingung dengan semua yang baru saja didengarnya. Segalanya serasa begitu sulit untuk dipercayainya. Terlebih, Jeffrey telah melakukan sebuah kejahatan yang begitu keji yang merusak hubungannya dengan sang istri.     

Mereka berdua masih saling menatap satu sama lain, hingga seorang wanita datang ke ruangan itu. Dan langsung menunjukkan wajah terkejut saat melihat Jeffrey yang sudah babak belur.     

"Apa yang terjadi dengan Anda, Pak Jeffrey? Haruskah saya memanggil seorang dokter ke sini?" Wanita itu terlihat sangat panik melihat pimpinan tertinggi di kantor itu dalam keadaan yang penuh luka.     

"Aku hanya butuh Dokter Imelda, bukan dokter lainnya," sahut Jeffrey sembari melirik Davin Mahendra yang langsung memicingkan mata mendengar ucapan darinya.     

Wanita tadi justru bingung mendengar jawaban dari pimpinannya. Setahunya, tak ada nama Dokter Imelda dalam daftar yang dipegang. Ia pun menatap Jeffrey dengan penuh arti berharap jika atasannya itu bisa memberikan sedikit informasi mengenai dokter itu.     

"Di mana saya bisa menemukan Dokter Imelda, Pak?" tanyanya.     

"Di kediaman Davin Mahendra." Jeffrey tersenyum penuh kemenangan memberikan jawaban itu. Ia bisa melihat jika Davin Mahendra hampir kehilangan kendali atas dirinya sendiri.     

Wanita itu semakin bingung dengan jawaban dari atasannya. Ia pun hanya terdiam lalu terlihat sedang memikirkannya.     

"Untuk apa kamu datang mencariku?" tanya Jeffrey pada sosok wanita yang menatap terkejut pada wajahnya yang kelihatan babak belur.     

"Baru saja Nyonya Natasya menghubungi kantor. Beliau berpesan jika Anda harus segera menghubunginya. Sepertinya ponsel Anda mati." Wanita tadi menjelaskan isi percakapan pada seseorang yang mencari seseorang dengan posisi tertinggi di kantor itu. Ia pun langsung pergi sebelum diusir keluar dari ruangan itu.     

Davin Mahendra langsung melemparkan tatapan tajam yang mengerikan pada Jeffrey. Tentunya ia sangat penasaran dengan tujuan Natasya menghubungi atasannya itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.