Bos Mafia Playboy

Pertemuan Yang Menegangkan



Pertemuan Yang Menegangkan

0Brian bisa melihat sangat jelas kedatangan Natasya ke restoran itu. Ia pun berniat untuk bangkit dan menyapa wanita yang sudah melahirkannya itu.     
0

"Tetaplah duduk di tempatmu! Biar Papa yang menyapa mereka," ujar Davin Mahendra dalam lirikan mata tajam yang penuh arti. Ia tak langsung menghampiri mereka berdua. Dirinya sengaja mengulur waktu agar Natasya dan Jeffrey duduk di tempat pesanannya.     

"Bagaimana kalau kita berdua yang menyapanya? Aku ingin memberikan sedikit pelajaran pada Jeffrey." Adi Prayoga lalu bangkit dan berdiri di antara mereka. Ia sudah sangat siap untuk menemui mantan istrinya dan juga atasan dari sahabatnya.     

Davin Mahendra melirik ke arah pasangan yang baru saja datang. Ia sama sekali tak terkejut akan kedatangan mereka ke restoran itu.     

"Aku sudah tahu jika mereka akan datang ke restoran ini. Tadi pagi Jeffrey mengirimkan sebuah pesan jika Natasya mengajaknya makan siang di sini." Davin Mahendra terlihat sangat tenang dalam situasi seperti itu. Tentunya, ia tak ingin gegabah dalam bertindak.     

"Bagaimana kamu masih bisa berhubungan baik dengan pria brengsek itu?" Adi Prayoga merasa tak terima saat sahabatnya itu tak melakukan apapun pada seseorang yang jelas-jelas telah menjebaknya.     

Sontak saja, Davin Mahendra tersenyum tipis melihat kekesalan sahabatnya itu. Ia lupa jika belum memberitahukan hubungan antara Irene dan juga Jeffrey.     

"Tenanglah! Jeffrey hanya seseorang dari masa lalu Irene. Dia menjebakku untuk merusak hubunganku dan Irene. Sayangnya, Jeffrey salah memprediksi. Ia pikir dengan sangat mudah akan mendapatkan Irene, Jeffrey justru mendapati Irene jatuh ke dalam pelukanmu. Kurang lebih seperti itu." Davin Mahendra hanya menjelaskan hal itu dengan singkat saja. Intinya, atasannya itu sudah menjelaskan semuanya.     

Dengan penjelasan itu, Adi Prayoga tak langsung mengerti dengan segalanya. Ia justru merasa jika segalanya semakin membingungkan, bahkan terlalu rumit untuknya.     

Setelah beberapa saat pasangan itu duduk, Davin Mahendra langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia bersiap untuk berpura-pura mengapa mereka berdua.     

"Biar aku saja yang menyapa mereka, duduklah dulu di sini." Tanpa menunggu lama, Davin Mahendra bergegas menuju ke sebuah tempat di mana Natasya dan juga Jeffrey berada. Ia akan berpura-pura terkejut dengan kedekatan hubungan mereka berdua.     

Dengan langkah pelan dan juga sangat menyakinkan, akhirnya Davin Mahendra sudah berada tak jauh dari pasangan itu. Ia pun memaksakan sebuah senyuman palsu dalam tatapan tajam yang tak bisa dimanipulasi.     

"Selamat siang, Pak Jeffrey. Kebetulan sekali kita berada di sini," sapa Davin Mahendra dalam senyuman palsu yang cukup memuakkan baginya. "Apa kabar, Natasya?" Ia sengaja mengapa wanita itu. Walau bagaimanapun, Natasya adalah sahabat dari istrinya.     

Sebuah sapaan itu langsung membuat Natasya cukup terkejut. Ia pun bangkit dari kursinya dan melihat sekeliling. Wanita itu ingin melihat, siapa saja yang sedang bersama dengan Davin Mahendra. Tentunya ia tak ingin jika anak laki-lakinya melihatnya dirinya bersama Jeffrey.     

"Siapa yang kamu cari, Natasya?" Melihat kegelisahan wanita itu, Davin Mahendra berpura-pura penasaran pada seseorang yang sedang dicari oleh sahabatnya juga istrinya itu.     

"Apa kamu datang sendiri, Davin?" tanya Natasya dalam wajah yang sedikit panik. Ia hanya ingin terlihat bak malaikat di depan anaknya.     

Davin Mahendra kembali tersenyum mendengar pertanyaan dari wanita itu. Tentunya ia tak sendiri berada di sana. Sebuah kejutan besar akan didapatkan oleh Natasya seketika itu juga.     

"Aku datang bersama anak dan juga mantan suamimu. Tidakkah kamu ingin menyapa mereka?" Dalam hati, Davin Mahendra ingin sekali menertawakan ekspresi Natasya begitu melihat Adi Prayoga dan juga Brian yang duduk tak jauh dari mereka.     

"Tentu saja aku akan menyapa mereka." Sebuah jawaban penuh keraguan diikuti senyuman palsu yang merekah begitu sempurna. Wanita itu langsung bergerak ke arah di mana seseorang yang tak ingin ditemuinya berada.     

Saat wanita itu mulai menemui anak dan juga mantan suaminya. Davin Mahendra melemparkan senyuman tipis pada atasannya itu. Ia memang sengaja memilih restoran yang sama dengan Natasya dan juga Jeffrey.     

"Apa rencanamu sekarang? Aku akan berusaha membantu apapun yang aku bisa," ucap Jeffrey cukup meyakinkan. Ia juga sangat yakin jika banyak kejahatan yang sudah dilakukan oleh wanita yang datang bersamanya itu.     

"Apa kamu masih tak ingin memberitahu aku mengenai seseorang di balik Natasya? Atau mungkinkah kamu juga terlibat berbagai kejahatan bersamanya?" tuduh Davin Mahendra pada seorang pria yang menjadi atasannya jika di organisasi.     

Jeffrey tersenyum kecut mendengar tuduhan itu. Ia berada di sebuah posisi yang sangat tidak menguntungkan baginya. Namun apa daya, ia belum bisa membantu Davin sesuai dengan yang diharapkan oleh temannya itu.     

"Terserah kamu menuduhku seperti apa. Aku akan membantumu dengan caraku sendiri. Kuharap kamu bisa mempercayai temanmu ini," ujar Jeffrey pada seorang pria yang bahkan terlalu hebat baginya.     

Tanpa memperpanjang perdebatan itu, Davin Mahendra memilih untuk menyaksikan ketegangan di antara keluarga Prayoga itu. Ia melangkah pelan kembali ke kursinya lagi.     

"Aku tak menyangka setelah pengkhianatan yang sudah dilakukan oleh Adi Prayoga kamu masih mau berteman dengan mantan suamiku ini, Davin Mahendra," sindir Natasya dengan sebuah lirikan sinis ke arah mantan suaminya.     

"Tutup mulutmu, Natasya! bentak Adi Prayoga pada mantan istrinya.     

Wanita itu justru tertawa senang melihat kekesalan mantan suaminya. Natasya sengaja melakukan itu untuk merusak suasana bahagia di antara mereka.     

"Itu hanya masa lalu, Natasya. Hubungan kita semakin baik setelah pernikahan Imelda dan juga Brian. Kuharap kamu bisa menerima pernikahan mereka." Davin Mahendra mengatakan hal itu dengan wajah yang terlihat sangat tenang. Ia tak ingin terprovokasi dengan ucapan wanita itu.     

"Menerima pernikahan mereka?" ulang Natasya dalam wajah yang mulai terbakar amarah. "Coba kamu pikir! Bagaimana aku bisa menerima sebuah pernikahan antara anakku dan juga anak seorang wanita yang sudah bermain gila dengan seorang pria dan itu dengan suamiku sendiri." Natasya terlihat sangat emosional mengatakan hal itu. Dia mengingat sangat jelas sebuah benda yang ditemukannya di kamar tidurnya.     

Brian merasa tak sanggup mendengar hal itu. Ia mencekeram kuat tangannya, merasa tak tahan mendengar ibunya mengungkit masa lalu kelam kedua keluarga itu.     

"Cukup, Ma! Jangan lagi berbicara omong kosong terhadap kami!" Brian berteriak cukup keras kepada ibunya. Ia tak tahan mendengar kata-kata wanita itu yang merusak suasana di antara mereka.     

"Kamu pikir Mama berbicara omong kosong!" Natasya sangat murka karena anaknya sendiri justru membela pasangan selingkuh yang merusak hidupnya.     

Natasya lalu mencari sesuatu dari dalam tasnya. Ia bahkan mengeluarkan seluruh isi dalam tasnya untuk menunjukkan sesuatu yang membuatnya begitu hancur karena pengkhianatan suami dan juga sahabatnya.     

"Kalian pikir ini punya siapa?" Natasya menunjukkan sebuah benda kecil yang berkilau di tangannya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.