Bos Mafia Playboy

Tamu Tak Diundang



Tamu Tak Diundang

0"Aku tidak mengajaknya, Pa. Ada sebuah insiden kecil yang membuat Imelda menyusul ke sana." Brian mencoba memberikan sebuah alasan tanpa menjelaskan apapun pada ayahnya. Seolah ia sengaja ingin menutupi semua hal buruk itu dari Adi Prayoga.     
0

Tak puas dengan jawaban yang dilontarkan oleh anaknya, Adi Prayoga justru menarik kasar baju yang dipakai oleh Brian. Ia semakin murka saat mendapati anaknya sengaja menutupi sebuah insiden yang menyeret Natasya sebagai tersangka itu.     

"Apakah Papa harus menodongkan senjata di kepalamu? Sepertinya kamu tak akan mengatakan apapun tanpa ancaman ataupun kemarahan Papa." Adi Prayoga tak mampu mengendalikan amarah di dalam dirinya. Ia benar-benar ingin menghabisi anaknya sendiri saat mengetahui Brian sengaja menutupi kejadian di hotel itu.     

"Ampun, Pa! Apakah Arya Gunadi telah mengatakan hal itu pada Papa?" tanya Brian tanpa mampu menatap wajah ayahnya. Tiba-tiba nyalinya semakin menciut, ia takut jika ayahnya akan mengambil sebuah tindakan yang bisa merugikan dirinya. Apalagi jika itu menyangkut tentang Imelda.     

Di sisi yang lain ... Imelda yang masih terlelap, cukup terganggu dengan suara berisik dari luar kamarnya. Ia pun memaksakan diri untuk membuka matanya lalu melihat seseorang yang membuat Brian meninggalkan dirinya sendirian.     

Wanita itu berjalan keluar dari kamarnya. Baru beberapa langkah melewati pintu, ia melihat Brian yang menunduk ketakutan di hadapan ayah mertuanya. Imelda pun mempercepat langkahnya. Dia tak ingin jika sampai terjadi insiden berdarah dalam rumah itu. Apalagi ... Adi Prayoga terlihat sangat geram dan begitu terbakar amarah.     

"Apa yang sudah dilakukan Brian hingga Papa menjadi sangat marah?" Tanpa basa-basi, Imelda langsung melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Adi Prayoga melepaskan Brian begitu saja.     

"Sayang .... Apa kamu yakin baik-baik saja? Mengapa kalian tak mengatakan apapun pada Papa mengenai insiden di hotel itu?" Adi Prayoga terlihat sangat panik dan langsung memeriksa menantunya itu. Ia tak akan pernah rela jika Imelda terluka gara-gara mantan istrinya.     

Imelda akhirnya mengerti kemarahan seorang Adi Prayoga terhadap suaminya. Wanita itu merasa sangat menyesal tak mengatakan apapun kepada ayah mertuanya. Ia pun hanya bisa menatap pria yang seumuran dengan ayahnya itu dalam rasa bersalah.     

"Maaf, Pa. Tak seharusnya kami merahasiakan ini dari Papa. Kupikir ... kami berdua juga baik-baik saja, jadi tak perlu mengatakan hal itu pada Papa," sesal Imelda pada seorang pria yang sangat menyayangi dirinya seperti anak sendiri.     

"Jika terjadi apa-apa padamu .... Bagaimana aku akan bertanggung jawab kepada Irene? Papa sudah berjanji untuk menjagamu dan juga Vincent." Tiba-tiba saja, air muka Adi Prayoga berubah sangat menyedihkan. Ia tak mampu menutupi kesedihan dan juga kecemasanku kepada sang menantu, yang tak lain adalah anak dari seorang wanita yang dicintainya.     

Dalam rasa bersalah dan juga penyesalan yang cukup mendalam, Imelda memeluk ayah mertuanya penuh kasih sayang. Ia tak peduli jika orang akan berpikir jika dirinya berlebihan terhadap Adi Prayoga. Wanita itu merasa jika kasih sayang yang diberikan oleh ayah mertuanya tak berbeda dari kasih sayang seorang ayah kandung.     

"Lepaskan, Sayang. Papa tak ingin membuat suamimu cemburu." Adi Prayoga mencoba untuk tersenyum menggoda menantu kesayangannya. Ia melirik Brian yang hanya terdiam tanpa melakukan apapun melihat Imelda yang memeluk dirinya.     

"Papa bisa saja." Imelda terkekeh geli mendengar candaan yang dilontarkan oleh ayah mertuanya. Ia pun ikut memandang suaminya lalu menghampiri seorang pria yang hanya terdiam tanpa mengatakan apapun padanya.     

Imelda duduk di samping suaminya lalu menggenggam lembut jemari Brian. Pria itu lalu ikut memandang ke arah Imelda, mengembangkan sebuah senyuman hangat yang penuh cinta.     

"Yang penting kami berdua baik-baik saja, Pa. Kami bisa saling menjaga satu sama lain." Imelda mencoba untuk menenangkan hati ayah mertuanya. Meskipun jawaban itu tidak terlalu berbobot, ia yakin jika ketulusan hatinya mampu menaklukkan hati seorang Adi Prayoga.     

Sebuah ucapan singkat dan juga sederhana dari Imelda mampu mencairkan hati Adi Prayoga. Sedikit perkataan dari menantunya saja, bisa membuatnya luluh tanpa perlawanan sedikit pun.     

"Sudah cukup, Sayang! Papa tak mungkin bisa menyanggah ucapanmu. Oh ya ... Papa sudah membeli sebuah mobil baru untuk kalian berdua. Mobil kalian yang dulu sedikit rusak tak merusak penampilannya," ungkap Adi Prayoga dalam sebuah sorot mata lembut tanpa amarah sedikit pun. Pria itu tak ingin memperlihatkan kemarahan di depan sang menantu kesayangan.     

"Terima kasih, Pa," ucap Brian terdengar tulus pada ayahnya. Ia sangat tahu jika ayahnya itu tak akan mungkin menyakiti apalagi membuatnya menderita. Meskipun Adi Prayoga sering kesal dan juga penuh kemarahan, itu semua karena kesalahannya. Ia pun sangat mengerti pada sosok pria yang sudah menjaganya selama bertahun-tahun setelah kepergian ibunya.     

Adi Prayoga bangkit dan juga berdiri di hadapan anak dan juga menantunya. Ia memandang pasangan suami istri itu dalam sebuah tatapan penuh kasih sayang. Tak bisa dipungkiri jika dirinya sangat menyayangi mereka berdua.     

"Kalian bisa kembali beristirahat. Papa juga akan istirahat sebentar sebelum pulang ke rumah." Adi Prayoga lalu melangkahkan kakinya menuju ke sebuah kamar yang biasa dipakainya jika tinggal di rumah itu.     

Sebelum Adi Prayoga benar-benar masuk ke dalam kamarnya, seseorang datang dan langsung membisikkan sesuatu di telinga sang bos mafia. Terlihat keterkejutan dan juga perubahan ekspresi yang cukup signifikan. Seolah ada sesuatu yang baru saja terjadi dan cukup mengguncang dirinya.     

"Suruh saja masuk ke dalam ruanganku. Aku akan menunggunya di sana," ucap Adi Prayoga pada seorang anak buahnya yang baru saja mengirimkan kabar penting.     

Imelda dan Brian menjadi cukup penasaran dengan seseorang yang baru mendatangi rumah itu. Mereka meyakini jika orang itu pasti seseorang yang sangat dikenalinya.     

"Siapa yang datang, Pa? Terlihat Papa langsung memperlihatkan perubahan ekspresi saat pria tadi berbisik di telinga Papa," tanya Imelda pada seorang pria yang masih berdiri sembari memandang ke arah pintu utama dari rumah itu.     

"Kalian berdua juga akan melihatnya sendiri." Hanya jawaban itu yang diucapkan oleh Adi Prayoga. Pria itu terlihat sedikit gelisah setelah mendengar kedatangan seseorang di rumah itu.     

Brian langsung menatap istrinya, ia juga sangat penasaran pada seseorang yang akan mengunjungi ayahnya. Rasanya sudah sangat tidak sabar melihat seseorang yang mampu membuat seorang Adi Prayoga seolah sedikit takut dan juga cukup gelisah menantikan seseorang yang masih berada di luar rumah.     

"Apakah Papa sedang bermain teka-teki bersama kami? Tidak bisakah Papa memberitahukan orang yang akan menemui Papa?" Brian merasa tak tahan dengan rasa penasaran yang baru saja singgah di dalam hatinya.     

"Tidak bisakah kamu menutup mulutmu sebentar saja, Brian?" balas Adi Prayoga sangat kesal yang penuh kegelisahan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.