Bos Mafia Playboy

Natasya Dan Jeffrey?



Natasya Dan Jeffrey?

0Adi Prayoga mengusap rambutnya sendiri beberapa kali. Di saat genting seperti saat itu, ia tak bisa mengetahui orang-orang yang ingin mencelakakan anaknya. Biasanya Martin yang selalu meretas CCTV untuk mengetahui pelakunya.     
0

"Bagaimana kalian bisa berada di lokasi sejauh ini?" Adi Prayoga melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat pasangan itu saling memandang satu sama lain.     

"Aku yang meminta Martin untuk menemui kami di sini, Pa," sahut Imelda. Ia sengaja mengatakan hal itu sebelum Brian yang memberikan jawaban pada ayahnya.     

Imelda sangat yakin jika ayah mertuanya pasti akan sangat marah jika bukan permintaan menantunya itu. "Kebetulan tadi kami juga berjumpa dengan Mama Natasya dan juga Om Jeffrey," lanjut wanita hamil yang terlihat sangat berhati-hati dalam memberikan jawaban atas pertanyaannya.     

"Natasya dan Jeffrey?" Ada aura ketegangan dan juga kegelisahan yang tiba-tipba saja tersirat dalam ucapan Adi Prayoga. Ia tak menyangka jika mantan istriinya itu akan mendatangi sebuah restoran di pinggiran kota.     

Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya tanpa menjelaskan secara detail pertemuan mereka dengan pasangan yang tidak jelas itu. Imelda juga cukup penasaran dengan hubungan ibu mertuanya dan juga atasan ayahnya.     

"Apa mereka berdua memiliki hubungan spesial, Pa?" tanya Imelda dalam keraguan yang nampak jelas di wajahnya. Ia sedikit takut jika Adi Prayoga akan murka mendengar pertanyaan yang sudah diajukannya itu.     

Sebelum menjawab pertanyaan itu, Adi Prayoga tanpa sadar melirik anak laki-lakinya. Ia ragu untuk memberikan jawaban pada pertanyaan dari Imelda. Bukan tak ingin, Adi Prayoga tak mau jika jawaban atas pertanyaan Imelda itu akan membuat Brian menjadi semakin kecewa pada ibunya. Walau bagaimanapun, Natasya adalah seorang wanita yang sudah melahirkannya.     

"Papa tidak mengetahui hal itu. Hubungan kami sudah berakhir beberapa tahun silam," jawab seorang pria yang tak lain adalah ayah dari Brian Prayoga.     

Adi Prayoga terpaksa mengatakan kebohongan itu hanya untuk menjaga hati anak semata wayangnya. Meskipun ia telah bercerai dengan Natasya, Adi Prayoga masih saja mengawasi gerak-gerik wanita itu. Pria itu tak ingin jika segala tindakan yang dilakukan oleh mantan istrinya itu akan membawa pengaruh buruk bagi Brian.     

"Papa tak perlu menyembunyikan apapun dariku lagi," sahut Brian dalam suara lirih dengan tatapan tajam. Walaupun Adi Prayoga berusaha untuk menutupi hal itu, ia yakin jika ayahnya itu sedang menutupi kebusukan dari ibunya sendiri.     

"Atau jangan-jangan ... mereka berdua yang berusaha untuk mencelakai aku dan juga Imelda." Tiba-tiba saja Brian mengatakan hal itu dalam ekspresi yang cukup menyakinkan. Seolah ia benar-benar meyakini jika mobil yang berusaha untuk mencelakai dirinya itu adalah sebuah mobil kiriman dari orang-orang suruhan Natasya dan juga Jeffrey.     

Imelda langsung saja menggenggam tangan Brian sembari melemparkan sebuah tatapan penuh arti. "Jangan berpikir yang tidak-tidak, Brian," tegas wanita yang sejak tadi terus memperhatikan suaminya itu.     

Ingin rasanya Brian menyanggah segala ucapan yang sudah dikatakan oleh Imelda. Namun bibirnya seolah kelu, ia tak mampu mengatakan sepatah kata pun kepada istrinya. Selain itu, ia tak mungkin menyinggung ataupun menyakiti hati seorang wanita yang sangat dicintainya itu.     

"Maaf, Sayang. Aku terlalu terbawa suasana. Seharusnya aku bisa mengendalikan diri dan tetap menahannya," sesal Brian pada seorang wanita yang terus memandangi dirinya tanpa lelah.     

Imelda benar-benar telah menjadi istri yang baik bagi Brian. Meskipun dalam kondisi hamil, ia tetap mendampingi suaminya tanpa lelah. Kekuatan cinta di dalam hatinya telah menguatkan dirinya.     

"Tak masalah, Brian. Aku hanya menginginkan yang terbaik untuk kita saja. Tak perlu memikirkan sesuatu yang belum jelas dengan berlebihan." Wanita itu mencoba memberikan pengertian pada suaminya. Imelda mencoba menenangkan hati dan juga pikiran seorang pria yang baru beberapa waktu lalu melaksanakan sebuah pernikahan secara tertutup.     

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya beberapa dokter dan juga perawat selesai melakukan operasi pada Vincent. Mereka langsung menghampiri tim medis yang baru saja keluar dari ruang operasi.     

"Bagaimana keadaan Martin, Dokter?" Brian sudah tak sabar untuk mendengar kondisi seorang pria yang baru saja menyelamatkan dirinya dan juga sang istri.     

"Apa Anda adalah keluarganya?" Seorang dokter menanyakan hal itu pada Brian. Ia harus memastikan jika tak memberikan informasi mengenai kondisi pasien pada orang yang salah.     

Tanpa keraguan sedikit pun, Brian langsung menjawab pertanyaan yang diucapkan oleh seorang dokter yang baru saja keluar bersama beberapa tim medis lainnya.     

"Aku adalah adiknya," jawab Brian cukup menyakinkan.     

"Silakan ikut ke ruangan saya," balas Dokter itu sebelum meninggalkan orang-orang yang menunggu di depan pintu operasi.     

Pria itu langsung melemparkan tatapan kepada ayahnya. Ia berharap Adi Prayoga mau menemani dirinya untuk bertemu dengan seorang dokter yang baru saja menyelesaikan operasinya terhadap Martin.     

"Sayang ... aku akan pergi sebentar untuk menemui dokter," pamit Brian pada sang istri.     

"Papa ikut denganmu, Brian," seru Adi Prayoga sembari berlari mengejar Brian yang sudah berjalan lebih dulu     

Mereka berdua sudah berdiri di depan ruangan dokter yang menangani Martin. Dengan sangat ramah, dokter itu langsung menyuruh mereka berdua untuk segera masuk ke dalam.     

"Mari silahkan duduk." sapa sang dokter. "Saya akan memperlihatkan hasil Rontgen dari pasien atas nama Martin," jelas dokter itu sambil menunjuk sebuah hasil foto Rontgen pada pasangan ayah dan anak itu.     

Brian dan juga Adi Prayoga terlihat sangat serius memperhatikan sebuah gambar yang ditunjukkan di bawah sinar lampu. Mereka berdua bisa melihat ada yang tidak biasa di sana.     

"Pasien mengalami sebuah luka robekan di lambung kanannya. Kami sudah berhasil melakukan operasi untuk menutup kembali luka di perutnya itu. Dalam beberapa hari, mungkin saja luka bisa pulih jika dirawat dengan baik," jelas dokter itu dalam wajah tenang dan tanpa beban sedikit pun.     

"Hanya saja ... " lanjut dokter itu lagi sembari memandang ke arah dua pria di depannya. "Pasien mengalami patah pada tulang kakinya. Setidaknya akan butuh waktu yang cukup lama untuk benar-benar pulih. Bisa berminggu-minggu hingga berbulan-bulan." Dokter itu kembali menjelaskan kondisi pasien yang baru saja selesai dalam operasi.     

Adi Prayoga langsung menghela nafas setelah menahannya untuk beberapa saat. Akhirnya, semua yang dikhawatirkannya benar-benar terjadi.     

"Tidak adakah sebuah tindakan medis yang bisa menyembuhkan kondisi kakinya secepat mungkin?" Brian dengan bodohnya mengatakan hal itu. Padahal ia sangat tahu jika segala hal yang berhubungan dengan tulang pasti akan memakan waktu yang cukup lama untuk proses penyembuhan.     

Dokter itu tersenyum hangat kepada Brian. Ia bisa melihat jika pria di depannya itu sangat peduli dengan kondisi pasien.     

"Sayangnya, kami tak bisa melakukan apapun yang lebih dari ini," balas dokter itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.