Bos Mafia Playboy

Keserakahan Natasya



Keserakahan Natasya

0Mendengar ucapan Adi Prayoga terhadap Imelda, tentunya Martin sangat mengetahui hal itu. Sebelumnya, ia mengetahui kepemilikan rumah sakit itu dari Johnny Hartanto saat Eliza membuat kekacauan di rumah sakit itu juga. Dalam momen itulah, ia tahu jika rumah sakit besar dan cukup terkenal itu dimiliki oleh sepasang sahabat dekat.     
0

"Kenapa kamu menatapku seperti itu, Martin?" Tiba-tiba saja suara Adi Prayoga menghancurkan lamunan Martin.     

"Tidak, Bos. Anda pasti salah sangka," kilah Martin dalam hati sangat berdebar. Ia berharap jika Adi Prayoga tak mengetahui kebohongannya.     

Pria tua itu kemudian mendekati Imelda yang berdiri di sebelah suaminya. Sebuah tatapan hangat terlihat di mata Adi Prayoga. Pria itu merasa berdosa harus terus merahasiakan banyak hal pada anak dari wanita yang dicintainya itu.     

"Tolong urus segala administrasi untuk Martin, Sayang. Pergilah bersama Brian, kalian harus lebih berhati-hati mulai sekarang," ujar Adi Prayoga pada anak dan juga menantunya. Meskipun ia juga berusaha untuk melindungi mereka berdua, Adi Prayoga juga mengharapkan jika mereka harus tetap waspada dengan apapun yang mungkin akan membahayakan bahkan bisa mengancam nyawa mereka.     

"Aku akan mengurus semuanya bersama Brian." Pasangan suami istri itu langsung keluar dari ruangan itu untuk mengurus segala administrasinya.     

Tanpa menunggu lama, Adi Prayoga langsung mendekati Martin yang memandangnya dengan tatapan aneh. Seolah ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh pria yang sedang terluka itu. Dia sangat yakin jika Martin mencoba untuk mengelabuhi dirinya.     

"Apa yang kamu sembunyikan itu, Martin?" tanya Adi Prayoga pada seorang pria yang sudah cukup lama bekerja dengannya.     

"Tidak ada, Bos!" Lagi-lagi Martin mencoba untuk menyembunyikan sesuatu yang sudah diketahuinya. Dia merasa sedikit takut jika Adi Prayoga mengetahui kebohongannya.     

Dengan gerakan pelan, Adi Prayoga duduk tepat di sebelah Martin. Melemparkan sebuah tatapan tajam penuh arti. Dia sengaja ingin mengintimidasi pria yang berstatus sebagai pasien itu.     

"Aku sudah sangat mengenalmu selama beberapa tahun ini. Apakah aku harus berlutut dulu di kakimu agar kamu mengatakan kebenaran yang sedang kamu sembunyikan?" tegas Adi Prayoga pada orang kepercayaannya itu.     

Tentunya saja, Martin tak akan membiarkan sosok yang sudah banyak membantunya itu Samapi berlutut di kakinya. Ia merasa tak pantas dan juga tak lebih tinggi derajatnya dari seorang Adi Prayoga.     

"Ampun, Bos! Aku hanya mendengar sedikit saja jika rumah sakit ini milik Irene Mahendra dan juga mantan istri Anda. Tak ada hal lainnya yang aku ketahui selain hal itu." Martin tak sanggup memandang wajah pria di sebelahnya itu. Ia merasa tak pantas untuk bersanding dengan sosok Adi Prayoga. Meskipun sosok bos mafia itu tak pernah memandang sebelah mata akan dirinya.     

"Siapa yang mengatakan hal itu padamu?" tanya Adi Prayoga dalam wajah yang sangat penasaran. Dia bisa memastikan hanya beberapa orang saja yang mengetahui hal itu, bagaimana Martin juga bisa mengetahuinya? Ia pun semakin tak sabar untuk mendengar jawaban dari pria di sebelahnya itu.     

Dalam ketakutan, Martin menengadahkan kepalanya lalu menatap hormat pada Adi Prayoga. Dia merasa sangat menyesal telah sengaja menutupi hal itu dari bos-nya sendiri.     

"Sebenarnya ... aku mendengar hal itu dari Johnny Hartanto. Kebetulan ia mengetahuinya dan tanpa sengaja mengatakan hal itu di depanku dan juga Eliza," ungkap Martin pada sang bos mafia yang seolah langsung memahami penjelasan itu.     

"Rizal Hartanto. Tentunya dia juga mengetahui hal itu. Selama ini, Natasya selalu mengatakan apapun yang terjadi dengan dirinya pada mantan kekasihnya itu," balas Adi Prayoga dengan suara lirih dan tatapan sedih. Seolah dia begitu terluka saat mengatakan hal itu kepada Martin.     

Adi Prayoga dan juga Martin sama-sama terdiam tanpa suara. Suasana ruangan itu mendadak sunyi tanpa suara apapun. Martin juga tak berani mengatakan hal apapun pada pria di sebelahnya itu. Dia takut jika sampai salah berbicara dan justru membuat Adi Prayoga mengingat luka lamanya.     

"Kamu bisa tenang, Imelda dan Brian pasti akan mendapatkan pelayanan terbaik dari rumah sakit ini," cetus Adi Prayoga dalam ekspresi aneh yang sulit untuk diartikan.     

"Bos! Bolehkah saya bertanya?" Adi Prayoga langsung menganggukkan kepalanya saat mendengar pertanyaan itu dari Martin.     

Sebelum Martin mengatakan pertanyaannya, ia mencoba untuk menarik nafas dalam-dalam. Sekuat hati ia berusaha untuk tetap tenang namun juga sedikit was-was. Dia takut jika pertanyaannya nanti akan menyinggung sosok pria yang sangat dihormatinya itu.     

"Bukankah Imelda adalah seorang dokter yang cukup hebat? Mengapa ia tak diberitahukan dengan kepemilikan rumah sakit ini? Aku rasa Imelda pasti bisa memimpin rumah sakit ini dengan sangat baik," tanya Martin sembari mengepalkan tangannya sendiri karena menahan rasa takut pada pria di sebelahnya.     

Adi Prayoga terlihat menghela nafasnya begitu mendengar pertanyaan dari Martin. Orang yang mengetahui hal itu pasti akan berpikiran yang sama. Namun mereka tak pernah mengetahui bahaya apa saja yang bisa mengancam menantu kesayangannya itu.     

"Sejujurnya, aku malu mengatakan hal ini padamu, Martin. Namun inilah kenyataan yang harus aku hadapi." Tiba-tiba saja, Adi Prayoga terdiam sebentar sebelum melanjutkan perkataannya.     

"Natasya ingin menguasai seluruh aset yang dimilik Irene di rumah sakit ini. Hal ini juga yang membuat kami bercerai beberapa tahun yang lalu. Awalnya aku berpikir untuk tak menceraikan Natasya meskipun kami tinggal terpisah. Namun segala keserakahan yang dilakukan Natasya membuatku harus melepasnya," ungkap Adi Prayoga tanpa ada ekspresi apapun yang terlukis di wajahnya.     

Martin sangat terkejut mendengar hal itu. Banyak hal yang tak terduga yang di antara keluarga Mahendra dan juga Prayoga. Seolah ia langsung kehilangan kata-katanya mendengar keserakahan Natasya akan sesuatu yang bukan menjadi miliknya.     

"Bagaimana dengan Davin Mahendra? Apakah dia membiarkan mantan istri Anda merebut semuanya?" tanya Martin lagi dengan rasa penasaran yang semakin memuncak dari sebelumnya.     

"Davin Mahendra sedang mengusahakan yang dia bisa. Sayangnya, Natasya mendapatkan dukungan orang-orang yang cukup berpengaruh besar dalam dunia hukum," terbang Adi Prayoga lagi.     

Martin merasa jika beberapa serangan yang ditujukan pada Imelda berasal dari Natasya juga. Beberapa kali ia menyaksikan sendiri jika hanya Imelda yang menjadi sasaran mereka. Hal itu menambah keyakinannya jika semua kekacauan itu berasal dari Natasya.     

"Mungkinkah semua serangan yang ditujukan untuk Imelda berasal dari mantan istri Anda, Bos?" Sekuat hati dan segenap keyakinannya, Martin berusaha memberanikan diri untuk menanyakan hal itu. Ada keyakinan dan juga keraguan di dalam hatinya yang menuntut dirinya untuk mendapatkan pencerahan.     

"Aku juga memikirkan hal itu. Namun kita kesulitan untuk membuktikan hal itu karena Natasya tidak bekerja sendirian. Terlalu banyak orang yang berada di belakangnya," jelas Adi Prayoga.     

Tiba-tiba saja, Brian dan juga Imelda sudah berada di dalam ruangan itu. "Siapa yang di belakang siapa, Pa?" Sebuah pertanyaan dari Imelda membuat jantung dua pria tadi seolah langsung melompat keluar.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.