Bos Mafia Playboy

Jatuh Cinta Pada Menantu Sendiri



Jatuh Cinta Pada Menantu Sendiri

0Natasya langsung mendatangi rumah sakit yang dibangunnya bersama Irene. Begitu mendengar kabar menghilangnya Martin dari rumah sakit di pinggiran kota, wanita itu langsung bergegas dengan cepat. Ia sangat yakin jika pria yang baru saja menjadi pahlawan bagi Brian dan Imelda akan disembunyikan di rumah sakit itu.     
0

Di temani oleh seorang petinggi rumah sakit, Natasya sengaja ingin memeriksa sendiri keadaan rumah sakit. "Apakah kamar-kamar di lorong dihuni oleh pasien?" tanyanya pada seorang pria yang berdiri tepat di sebelahnya.     

"Menurut informasi yang saya dapatkan, semua kamar di sini kosong. Jika Anda berkenan, Anda bisa memastikannya sendiri," jelas seorang pria yang berdiri tepat di sebelah Natasya.     

Dan benar saja ... Natasya langsung membuka sebuah kamar yang yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Kamar itu benar-benar kosong dan tak berpenghuni itu. Terlihat aura kekecewaan yang cukup kental tersirat di sorot matanya.     

"Bagaimana dengan kamar itu?" Natasya menunjuk ke sebuah kamar di mana Martin dan juga Adi Prayoga berada di dalam sana.     

"Anda bisa langsung memeriksanya juga," sahut pria yang menemani Natasya memeriksa beberapa kamar yang dicurigainya.     

Baru saja Natasya ingin memutar handle pintu kamar perawatan Martin, tiba-tiba saja ....     

"Mama! Apakah Mama sedang menjenguk seseorang?" tanya Imelda yang tiba-tiba saja datang bersama Brian. Wanita itu sengaja memaksakan sebuah senyuman palsu pada ibu mertuanya. Meskipun hatinya berdebar hebat karena terlalu cemas jika Natasya benar-benar membuka pintu kamar itu.     

Dalam ekspresi yang juga terkejut, Natasya membalikkan badannya lalu memandang Brian dan juga Imelda. Seketika itu juga, ibu dari Brian itu seolah telah kehilangan kata-katanya.     

"Kalian juga di sini?" tanya Natasya diiringi sebuah senyuman hangat penuh arti. Diam-diam, wanita itu memperhatikan Imelda. Ia sangat membenci Irene karena telah membuatnya terjebak dalam hubungan tanpa cinta.     

"Sebenarnya ada insiden kecil yang menimpa kami, Ma. Jadi aku ingin memastikan kondisi bayi di dalam perutku. Apakah Mama mau menemaniku untuk menemui dokter?" Imelda sengaja menanyakan hal itu. Setidaknya itu bisa menghentikan Natasya untuk masuk ke dalam sebuah ruangan di mana Martin berada.     

Seperti biasa, Natasya selalu memperlihatkan sisi terbaik di dalam penampilannya. Wanita itu mengembangkan sebuah senyuman lebar yang penuh arti pada anak dan juga menantunya.     

"Sepertinya Mama harus pergi, sebentar lagi ada rapat penting yang tak bisa kuhindari." Sebuah suara lembut terdengar di antara mereka. Natasya langsung meninggalkan mereka begitu saja, tanpa mengatakan apapun lagi. Dia tak ingin anaknya itu mencurigai dirinya.     

"Lihatlah! Dia lari seperti seorang wanita yang tidak bertanggung jawab. Setidaknya Mama bisa pamit atau apalah padaku dan juga kamu, Sayang," kesal Brian pada wanita yang sudah cukup lama meninggalkan dirinya. Meskipun Brian berupaya untuk melupakan kesalahan Natasya, lagi-lagi wanita itu selalu melakukan sebuah kejahatan yang bisa melukai Imelda maupun bayinya.     

Imelda hanya bisa tersenyum simpul sembari mengajak Brian kembali masuk ke ruang perawatan Martin. Namun sebelumnya, ia sengaja memastikan jika tidak ada seseorang yang mencurigakan di sekitar sana. Setelah itu, barulah ia mengajak Brian untuk masuk ke dalam.     

"Apakah kalian bertemu Natasya di luar?" tanya Adi Prayoga dalam wajah yang sedikit cemas jika keberadaan Martin diketahui oleh mantan istrinya.     

"Mama Natasya sudah pergi, Pa," jawab Imelda pada ayah mertuanya. Ia bisa melihat jika sosok Adi Prayoga terlihat sangat khawatir dan juga cemas.     

Adi Prayoga berjalan ke arah pintu lalu berhenti sebelum benar-benar keluar. "Aku akan pergi dulu mengurus beberapa masalah kecil. Jangan tinggalkan Martin sendirian di sini," pamit pria itu pada anak dan juga menantunya. Ia pun langsung pergi dari tempat itu dalam wajah yang terlihat tidak tenang. Seolah ada sesuatu hal yang mengusik hatinya.     

Brian, Imelda dan juga Martin hanya bisa melihat kepergian Adi Prayoga yang terkesan sedikit tergesa-gesa. Sayangnya, mereka semua sama sekali tak tahu dengan tujuan Adi Prayoga kali ini.     

Di sebuah lantai tertinggi di rumah sakit itu, Adi Prayoga berjalan dalam langkah yang sangat meyakinkan. Ia tak peduli lagi dengan segala ancaman yang akan dilakukan oleh Natasya terhadap dirinya. Toh mereka sudah cukup lama bercerai dan tak saling berhubungan satu sama lain. Ditambah lagi, anak-anak dari keluarga Prayoga dan juga Mahendra juga sudah mengetahui skandal yang menimpa kedua keluarga itu.     

"Apakah Natasya ada di dalam?" tanya Adi Prayoga pada seorang wanita yang bekerja sebagai sekertaris Natasya di kantor rumah sakit itu.     

"Beliau ada di dalam, Tuan," sahut wanita muda yang masih cukup cantik itu. Wanita itu sangat tahu siapa pria yang baru saja menerobos masuk ke ruangan atasannya itu. Sudah beberapa kali, Adi Prayoga mendatangi Natasya selama ini di rumah sakit itu.     

Tanpa keraguan sedikit pun, Adi Prayoga menerobos masuk ke dalam sebuah ruangan kantor yang cukup dengan pemandangan keindahan kota. Ia langsung melihat wanita itu sedang duduk begitu nyaman di kursi kerjanya.     

"Hentikan kegilaanmu, Natasya!" teriak Adi Prayoga tiba-tiba.     

Wanita itu langsung meletakkan berkas di tangannya lalu menatap tajam pria yang baru saja menerobos masuk ke dalam ruangannya. Natasya bangkit dari tempat duduknya, kemudian berjalan ke arah Adi Prayoga dalam langkah pelan namun cukup menyakinkan.     

"Apa yang membawamu ke sini, Prayoga?" Sebuah pertanyaan yang terdengar sangat bodoh bagi Adi Prayoga. Natasya sengaja ingin memprovokasi pria yang mendatanginya dalam wajah penuh amarah.     

"Jangan berlagak bodoh kamu, Natasya! Kamu sangat tahu apa yang sedang aku bicarakan. Apa kamu sebegitu gilanya hingga ingin membunuh anak dan juga menantumu sendiri?" Adi Prayoga tak mampu menahan dirinya lagi. Amarah telah membakar hati dan juga otaknya. Segala kejahatan mantan istrinya itu sudah berada di ambang batas.     

Wanita itu tersenyum sinis memandang seorang pria yang pernah menikahinya karena sebuah janji bodoh yang pernah diucapkannya. Natasya masih saja tak terima dengan masa lalunya yang begitu memilukan. Apa yang dilakukannya terhadap Imelda hanyalah sebuah dendam kecil atas keegoisan Irene terhadap dirinya.     

"Aku tak pernah berniat untuk membunuh anakku sendiri, Prayoga. Tentunya aku sangat mencintai Brian. Karena terlalu besar kasih sayangku untuk Brian, tentunya aku ingin Brian mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan juga lebih bahagia. Sepertinya kebahagiaan itu bukan dengan Imelda Mahendra. Oleh karena itu, aku harus menghabisi menantu kesayanganmu itu agar Brian mendapatkan kebahagiaannya," ucap Natasya tanpa rasa berdosa sedikit pun.     

"Kamu benar-benar sudah gila, Natasya! Aku tak akan membiarkanmu menyentuh Imelda sedikit pun," seru Adi Prayoga dengan wajah sangat geram.     

"Apa kamu mulai jatuh cinta pada menantumu sendiri, Prayoga? Bukankah dia sangat mirip dengan Irene?" sindir Natasya pada mantan suaminya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.