Bos Mafia Playboy

Tak Perlu Berpakaian Sexy Untuk Menggoda Pria Lain



Tak Perlu Berpakaian Sexy Untuk Menggoda Pria Lain

0Ada percikan api amarah yang mulai membakar setiap sudut hatinya. Membayangkan para pria di villa menatap Imelda saja, sudah cukup untuk membakar hatinya.     
0

"Kami? Siapa yang kamu sebut dengan kata 'kami' itu?" tanya Brian dengan suara yang terdengar cukup keras pada pria di sebelahnya.     

"Maaf, Tuan. Diam-diam kami mengagumi sosok Nona Imelda. Sejak istri Anda tinggal di villa, para bodyguard dan juga pekerja begitu senang dengan keberadaan Nona Imelda," ungkap pria yang sudah cukup lama bekerja untuk keluarga Prayoga.     

Tak bisa menahan dirinya lagi, Brian menarik kerah baju pria di kursi kemudi itu. Memandangnya sangat tajam dengan geram. Dia merasa tak terima jika mereka semua diam-diam memperhatikan istrinya.     

"Brengsek! Berani-beraninya kalian semua!" Brian berteriak dan bersiap untuk memberikan pelajaran pada pria itu. Namun tiba-tiba saja ...     

"Brian! Brian!" Sebuah ketukan terdengar dari luar kaca mobil itu. Seorang wanita berdiri di sebelah Brian dengan pakaian santai yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.     

Mendengar suara yang sangat dikenalnya, Brian melepas tangannya dari pria di sebelahnya itu. Ia pun langsung keluar dari mobil dan berdiri di depan istrinya.     

"Ada apa, Sayang?" tanya Brian dalam suara yang sangat lembut dan penuh perasaan. Sangat berbeda dengan sosok dirinya saat berada di dalam mobil tadi.     

"Brian! Bukankah tadi aku memintamu untuk membelikan cake cokelat saat di rumah sakit?" tanya Imelda dalam wajah begitu manja yang membuat Brian tak tahan untuk memeluk wanita itu.     

Tanpa berpikir sedikit pun, Brian langsung mengangkat Imelda dan menggendongnya ala bridal style menuju ke dalam rumah. Ia tak peduli saat beberapa orang langsung melemparkan tatapan aneh pada mereka.     

"Turunkan aku, Brian! Apa yang kamu lakukan?" protes Imelda karena terlalu malu menjadi bahan tontonan bagi orang-orang yang bekerja untuk ayahnya. Ia sangat malu saat Brian membawanya dengan sangat mendebarkan. Wanita itu bisa memandangi wajah suaminya dengan sangat dekat. Dengan irama detak jantung Brian dan juga hembusan nafas seorang pria yang membawanya ke dalam pelukan hangat tubuhnya.     

Brian sama sekali tak menghiraukan perkataan Imelda. Ia tetap membawanya masuk sampai ke dalam kamarnya. Kemudian dengan sangat pelan, ia membaringkan Imelda di sebuah ranjang besar yang berada di kamarnya. Tanpa diduga, pria itu langsung saja mendaratkan sebuah ciuman di bibir Imelda. Menikmati betapa lembut dan juga menggodanya ketika bibir itu saling menyatu.     

Pasangan itu semakin memperdalam ciuman yang cukup menggairahkan itu. Namun di tengah-tengah ciuman mereka, Imelda justru mendorong suaminya agar sedikit menjauh.     

"Tidakkah kamu kasihan padaku, Brian?" lontar Imelda dalam wajah sedih dengan bibir yang sengaja dikerucutkan.     

Pria itu justru menjadi sangat bingung. Brian takut jika tanpa sengaja ia melukai istrinya. Dalam wajah sangat cemas dan juga penuh tanya, ia pun duduk lebih dekat dari Imelda. Memandang wanita itu dengan sangat penasaran.     

"Apa yang terjadi, Sayang? Apa aku baru saja menyakitimu? Di mana yang sakit, Sayang?" Brian semakin cemas karena wanita itu tak kunjung memberikan jawaban atas pertanyaannya. Sedangkan Brian semakin dirudung kecemasan dan juga rasa takut di dalam hatinya.     

"Aku sangat lapar, Brian. Di mana kue yang kuminta tadi," sahut Imelda tanpa perasaan berdosa sedikit pun.     

Brian menarik rambutnya sendiri, ia telah melupakan hal itu. Lagi-lagi pria itu harus memikirkan sebuah jawaban yang harus bisa diterima oleh istrinya. Terdiam sejenak lalu berpikir agar tak sampai salah paham terhadap Imelda.     

"Maafkan aku, Sayang. Saat akan membeli kue itu, aku bertemu Papa Adi di kedai kopi. Dia terlihat sangat sedikit dan juga cukup cemas. Oleh karena itu, aku sampai melupakan jika akan membeli kue untukmu, Sayang." Brian berusaha untuk menjelaskan hal itu agar sang istri tidak salah paham dan menjadi marah.     

"Sudahlah, Brian. Yang penting kamu jangan sengaja untuk melupakannya," jawab Imelda singkat. Wanita itu lalu turun dari ranjang kemudian berjalan ke arah pintu. "Tidak bisakah kamu menemaniku ke dapur?" pintanya pada sang istri.     

Tanpa memberikan jawaban, Brian tentunya langsung menyusul istrinya. Pasangan itu lalu pergi ke dapur untuk mencari beberapa bahan makanan yang bisa di masak. Begitu membuka lemari pendingin, Imelda justru terlalu bingung melihat banyak bahan makanan di dalam sana.     

"Apa yang harus kita masak, Brian?" tanya Imelda dalam wajah bingung berhadapan langsung dengan berbagai bahan makanan yang tak pernah dimasaknya.     

"Aku juga tak tahu, Sayang. Selama ini aku tak pernah memasak. Baru-baru ini masuk dapur pun hanya untuk membuat jus saja untukmu," jawab seorang pria yang juga sangat bingung melihat Imelda yang kebingungan.     

Pasangan itu saling memandang satu sama lain, mereka berdua benar tidak tahu yang harus dilakukannya. Untung saja, seorang pelayan datang ke dapur.     

"Apa yang ingin Anda makan sekarang, Nona?" tanya seorang pelayan yang baru saja mendatangi pasangan suami istri yang berada di dapur itu.     

Imelda tersenyum mendengar pertanyaan itu pada dirinya. Ia pun bangkit dari depan lemari pendingin dan berjalan mendekati seorang pelayan paruh baya yang bekerja di rumahnya itu.     

"Buatkan aku semangkuk sup hangat untuk kami berdua. Kami akan menunggu di ruang tengah," jawab Imelda sebelum mengajak Brian untuk menunggu bersama di sebuah kursi di ruang tengah.     

Mereka berdua menunggu sembari menyalakan televisi yang berada di sana. Wanita itu justru menyandarkan kepalanya di pundak Brian. Membuat Brian tersenyum senang melihat sikap manja sang istri.     

"Sayang. Apakah kamu sengaja berpakaian sexy untuk menggoda para pria di rumah ini?" cetus Brian karena merasa jika Imelda sedikit berpakaian terbuka pada malam itu.     

Mendengar pertanyaan Brian, wanita itu langsung memandang suaminya itu penuh arti. Ia tersenyum tipis pada seorang pria di sebelahnya. Dapat terlihat sangat jelas jika Brian sangat cemburu pada istrinya. Imelda pun tak mampu menyalahkan pria itu.     

"Apakah kamu sedang cemburu, Brian?" tanya Imelda dengan suara lirih yang penuh arti. "Jika aku berniat untuk menggoda para pria di rumah ini ... tentunya aku tak akan memakai pakaian Sexy di depan mereka. Aku justru akan memperlihatkan tubuh sexy ku pada mereka semua." kesal Imelda pada suaminya sendiri. Ia sama sekali tak marah, ia berpikir jika tuduhan suaminya itu sudah sangat berlebihan baginya.     

Brian tentunya sangat panik akan hal itu, ia tak ingin membuat Imelda menjadi kesal ataupun marah padanya. Namun yang baru saja diucapkannya tak mungkin dicabut lagi.     

"Maafkan aku, Sayang. Aku sama sekali tak pernah berpikir seperti itu," sesal Brian pada wanita yang duduk di sebelahnya. Ia sangat menyesali ucapannya sendiri. Pria itu pun menjadi merasa sangat bersalah pada Imelda.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.