Bos Mafia Playboy

Andai Masih Ada Sedikit Waktu



Andai Masih Ada Sedikit Waktu

0Tanpa terasa waktu berlalu cukup cepat. Seakan baru sekejap mata saja, mentari sudah menyapa dunia. Memberikan sinaran hangat menyambut datangnya pagi.     
0

Imelda langsung bangkit dari ranjang, begitu menyadari hari sudah pagi. Wanita itu berjalan keluar dari kamar lalu menuju dapur. Ia sengaja ingin membuatkan menu sarapan untuk suaminya. Bukan makanan yang berat, hanya beberapa potong sandwich sudah dirasa cukup untuk mereka berdua. Wanita itu juga menyiapkan dua gelas susu hangat untuk dirinya dan juga Brian.     

"Apa ada yang bisa saya bantu, Nona?" Dua orang pelayan tiba-tiba datang dan bermaksud untuk membantunya membuat sarapan. Namun Imelda tak mungkin dengan mudah menerima tawaran dari pelayan itu.     

"Tak perlu membantuku, biar aku saja. Nanti setelah selesai, bantu aku membereskan kekacauan ini." Imelda tersenyum tipis pada dua wanita beda usia yang menjadi pelayan di rumahnya. Ia dengan sengaja ingin menyiapkan sendiri sarapan untuk suaminya.     

Tak berapa lama, beberapa sandwich sudah tersaji begitu menggoda selera. Imelda mengambil nampan dan membawa dua gelas susu dan sepiring sandwich ke kamarnya.     

Begitu pintu terbuka, terlihat Brian sudah bangun dan berpakaian cukup rapi. Imelda sedikit terkejut melihat menampilkan suaminya itu. Pria itu sama sekali tak mengatakan apapun soal bisnis ataupun sesuatu yang penting.     

"Makanlah sarapanmu! Apa kamu akan pergi?" tanya Imelda sembari meletakkan nampan itu di atas meja. Ia trus memandangi wajah suaminya, menantikan jawaban apa yang akan diberikan oleh Brian kali ini.     

"Aku harus mengurus beberapa bisnis yang sedikit kacau di luar kota, Sayang. Bagaimana kalau dua hari ini kamu tetap berada di sini? Aku akan menghubungi Kak Vincent untuk menemanimu selama tinggal di sini," jelas Brian dalam wajah cemas. Sebenarnya ia tak tega meninggalkan Imelda seorang diri. Sayangnya, ketidakhadiran Martin benar-benar membuat semuanya sedikit kacau.     

Ada raut muka sedih yang diperlihatkan Brian pada istrinya. Rasanya ia ingin tetap tinggal dan terus bersama Imelda. Namun ia tak tega jika membiarkan ayahnya mengurus semua sendirian. Insiden kecelakaan yang membuat Martin terluka, membuat beberapa musuh ataupun rekan bisnis Adi Prayoga heboh. Mereka berpikir jika dalam waktu itu, pertahanan bisnis keluarga Prayoga sedang melemah.     

"Bisakah kamu menunggu aku sebentar saja, Brian?" tanya Imelda pada suaminya.     

"Apakah kamu ingin aku mengantar dirimu ke suatu tempat?" Brian tentunya sangat penasaran kemana istrinya akan pergi. Apalagi harus pergi seorang diri tanpa dirinya.     

Wanita bisa melihat kecemasan Brian terhadapnya. Terlihat sangat jelas jika pria itu tak mampu menyembunyikan perasaannya. "Aku akan mengunjungi Kak Vincent ke klinik Dokter Kevin. Setelah itu, aku ingin mengajaknya menemui Martin," jelas Imelda pada suaminya.     

"Mandilah dulu, Sayang. Aku akan menunggu sampai kamu selesai bersiap-siap." Brian pun kembali menikmati makanan di depannya. Begitu dirasa sudah kenyang, ia pun langsung mengabiskan segelas susu hangat yang sudah disiapkan oleh Imelda.     

Beberapa saat kemudian, Imelda sudah keluar dari kamar mandi. Dengan wajah segar dan aroma wangi yang tiba-tiba saja memenuhi ruangan itu. Ia pun langsung mengambil beberapa potong pakaian yang akan dipakainya.     

Tanpa rasa berdosa, Imelda melepaskan barthrobe di hadapan Brian. Seolah ia tak menganggap ada seseorang yang sedang menatap tubuh polosnya. Wanita itu benar-benar membuat Brian harus menelan saliva. Sebuah pemandangan menggiurkan terlalu menarik bagi pria itu.     

Tak tahan dengan tingkah Imelda yang seolah semakin menggodanya, Brian bangkit dari kursinya lalu mendekati sang istri. Dengan cukup lembut, ia memberikan pelukan pada seorang wanita yang baru memakai pakaian dalamnya saja.     

"Apa kamu sengaja menggodaku, Sayang?" tanya Brian setengah berbisik di telinga Imelda. Pria itu tentunya tak sanggup untuk menahan dirinya agar tak menyentuh sosok wanita yang selalu membuatnya bergairah.     

"Apakah aku harus malu dengan suamiku sendiri? Kalau begitu keluarlah dulu, aku akan memakai pakaianku," sahut Imelda dalam wajah yang mulai memerah dan tampak malu-malu.     

Brian justru mengambil pakaian istrinya dan membantu untuk memakainya. Ia benar-benar bersikap seperti seorang suami idaman yang begitu pengertian kepada suaminya itu.     

"Biar aku yang membantumu memakai baju," bujuknya sembari memasangkan pakaian milik Imelda.     

Tentu saja itu bukan pertama kalinya Brian membantu Imelda untuk berpakaian. Namun tetap saja, wanita itu selalu berdebar hebat setiap kali bersentuhan dengan sang suami. Rasanya jantung di dalam dadanya ingin melompat keluar dari tempatnya.     

"Brian ... " lirih Imelda pada pria yang mulai mengancingkan kemeja yang sedang dipakainya. "Kiss me, Brian!" pintanya tanpa basa-basi.     

Seolah bisa membaca pikiran Imelda, pria itu langsung saja mendaratkan sebuah ciuman hangat yang sangat lembut bibir sang istri. Ia bisa merasakan jika istrinya itu mulai terbakar gairah di dalam dirinya. Kemeja yang tadinya sudah rapi, berubah kembali berantakan dengan beberapa kancing yang sudah terbuka.     

Dengan gerakan cepat namun tetap sangat lembut, Brian berhasil membuat Imelda memejamkan matanya. Menikmati setiap sentuhan suaminya yang membuatnya mengeluarkan suara desahan panjang karena rasa nikmat yang tak terbantahkan.     

Meski cuma sebentar saja, Imelda cukup senang mendapatkan pelampiasan hasrat di dalam dirinya. Wanita itu terus saja tersenyum setiap kali memandang Brian.     

"Terima kasih, Brian. Maaf membuatmu harus repot-repot mengurus diriku dulu," sesal Imelda dalam senyuman tipis yang penuh arti. Ia sadar, jika kelakuannya pagi itu sedikit keterlaluan.     

"Aku justru sangat senang jika kamu terus menggodaku, Sayang." Secepat kilat, Brian mengecup hangat bibir Imelda. "Andai masih ada sedikit waktu lagi, aku ingin kembali menyatukan tubuh kita, Sayang. Rasanya sangat nikmat dan juga hangat berada di dalam tubuhmu," goda Brian pada seorang wanita yang mulai terlihat malu-malu karena ucapan suaminya.     

Mereka berdua langsung merapikan pakaiannya lalu keluar menuju ke tempat di mana mobil Imelda berada.     

"Yang mana mobilmu, Sayang?" tanya Brian pada wanita yang berjalan bersamanya.     

"Jangan berpura-pura tak tahu mobilku, Brian! Bukankah sudah bertahun-tahun kamu sering mengintai aku diam-diam," sindir Imelda dengan senyuman penuh kemenangan pada suaminya sendiri.     

Brian merasa sangat malu karena tertangkap basah telah memata-matai Imelda. Hal itu seolah telah melukai harga dirinya sebagai seorang pria. Dia pun langsung masuk ke dalam mobil milik istrinya dan duduk di kursi kemudi.     

"Kita langsung menemui Kak Vincent saja, Sayang," ajak Brian pada seorang wanita yang duduk di sebelahnya. Mereka berdua pun melajukan mobilnya menuju ke klinik     

Kevin. Rencananya, Brian akan segera pergi setelah memastikan istrinya benar-benar sudah aman bersama kakaknya.     

Baru saja sampai di depan klinik Kevin, terlihat ada keributan di dalam klinik. Brian menjadi cemas melihat keadaan itu.     

"Jangan keluar dulu, Sayang. Sepertinya ada seseorang yang membuat kekacauan di dalam klinik," ucap Brian untuk menahan Imelda agar tidak keluar hingga kondisi lebih kondusif.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.