Bos Mafia Playboy

Johnny Hartanto Menelepon!



Johnny Hartanto Menelepon!

0Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Kevin, seluruh orang di dalam ruangan itu langsung memandang ke arah dokter kepercayaan keluarga Prayoga. Tentunya hal itu cukup mengejutkan bagi mereka semua, terlebih Vincent.     
0

"Apa maksudmu, Kevin? Hubungan apa yang terjalin antara Martin dan Eliza?" sahut Vincent dalam dua pertanyaan sekaligus. Ia terlalu penasaran dengan sesuatu yang sedang disembunyikan sahabatnya itu.     

"Jangan menyebarkan gosip yang tidak benar, Kevin. Tak ada hubungan apapun antara aku dan juga Eliza." Martin mencoba menjelaskan pada mereka semua jika tak ada hubungan apapun antara dirinya dan anak perempuan dari keluarga Hartanto itu.     

Sebuah senyuman kecut dilayangkan Kevin pada ketiga orang di dalam ruangan itu. Ia sangat yakin ... tak mungkin jika mereka tak memiliki hubungan apapun, Eliza bisa mengamuk di klinik miliknya pagi-pagi.     

"Tadi pagi Eliza mengamuk di klinik. Ia mengamuk karena tak bisa menemukanmu, Martin," jelas Kevin pada sosok pria yang terlihat cukup terkejut dengan penjelasannya.     

"Astaga! Aku lupa jika berjanji akan menemuinya kemarin." Martin terlihat sangat terkejut saat mengingat sesuatu yang dikatakannya kepada Eliza. Bahkan ia ingat jika wanita itu mengancam akan menghilangkan nyawanya sendiri. "Apakah kalian memiliki nomor Eliza?" tanya Martin dalam wajah sangat panik.     

Imelda bmemberikan ponsel miliknya pada Martin. Bukan berarti ia memiliki nomor wanita itu, hanya ada nomor Johnny Hartanto di sana.     

"Aku memang tak memiliki nomor Eliza, tetapi ada nomor kakaknya di sana. Johnny Hartanto sempat memberikan nomor telepon miliknya saat aku dan Brian bertemu mereka di rumah sakit." Imelda bisa melihat kepanikan di wajah Martin. Seolah hal buruk sedang terjadi.     

Secepat kilat, Martin menyambar ponsel milik anak dari bos-nya itu. Ia langsung menghubungi wanita itu, sayangnya tak ada jawaban dari Eliza. Akhirnya ia pun menghubungi kakak kandung dari Eliza, JohnnyHartanto. Dalam beberapa saat, panggilan itu sudah diterima oleh sang empunya nomor.     

"Aku Martin. Apa kamu mengetahui keberadaan Eliza?" tanya Martin dalam posisi ponsel yang berada di telinganya.     

"Jadi kamu sedang tak bersamanya?" Lagi-lagi Martin semakin panik setelah mendengar jawaban dari Johnny Hartanto. "Bisakah kamu membantuku menemukan Eliza?" tanyanya dalam nada memohon. Dia berpikir jika Johnny Hartanto adalah harapan terakhirnya.     

"Baiklah, terima kasih. Cepat kabari aku jika sudah menemukannya." Panggilan itu akhirnya berakhir dan Martin langsung mengembalikan ponsel pada sang empunya.     

Tak ada yang mengerti dengan kekhawatiran Martin akan Eliza. Tidak biasanya ia akan begitu gelisah dalam menghadapi seorang wanita. Namun yang terlihat kali ini sangat berbeda, Martin begitu putus asa saat tak bisa memastikan keadaan Eliza.     

"Apa yang sebenarnya terjadi, Martin? Mengapa wajahmu mendadak sangat pucat setelah melakukan pembicaraan via telepon?" tanya Vincent yang juga ikut cemas dengan sahabatnya itu.     

Pria itu terlihat sangat frustrasi, Martin takut jika Eliza benar-benar nekat melakukan hal gila itu. Perasaan cemas benar-benar telah menguasai hati dan juga dirinya. Ia sudah tak mungkin menutupi hal itu dari semua orang.     

"Eliza mengancam akan mengakhiri hidupnya jika aku tak menemuinya kemarin. Dan sekarang ... aku tak bisa menghubunginya. Johnny Hartanto juga tak mengetahui keberadaan adiknya itu," ungkap Martin dengan nafas tertahan. Baru kali ini ia merasakan begitu takut kehilangan seorang wanita. Padahal hubungan keduanya sama sekali tak dekat.     

Mereka masih tak percaya jika Eliza akan melakukan hal segila itu pada dirinya sendiri. Apalagi hal itu berhubungan dengan sosok pria yang menjadi orang kepercayaan dari keluarga Prayoga.     

"Bukankah Eliza sangat mencintai Brian? Mengapa ia mengancam bunuh diri jika kamu tak menemuinya, Martin?" Imelda semakin penasaran dengan alasan kedekatan di antara mereka. Ia sama sekali tak bisa menebak ataupun membayangkan mengenai hubungan mereka berdua.     

"Sebenarnya aku sempat menolongnya beberapa kali. Bahkan aku pernah menggagalkan usahanya untuk bunuh diri beberapa waktu yang lalu," terang Martin pada mereka semua.     

Sebuah jawaban yang cukup mengejutkan dan juga sulit dipercayai oleh mereka. Tak pernah menyangka jika Martin dan juga Eliza sudah menjalani hubungan sedekat itu. Dan semakin jelas, jika wanita itu seolah telah jatuh cinta pada sosok saudara laki-laki dari Marco.     

Di antara mereka semua, Kevin yang paling terkejut. Selama beberapa tahun ia mengenal Martin, tak sekalipun pria itu seorang wanita. Bahkan ia terkesan sangat menjauhi berbagai model wanita yang mendekatinya. Tak jarang para wanita yang ditolaknya itu berpikir jika Martin adalah penyuka sesama jenis. Belakangan, Kevin mengetahui jika Imelda adalah cinta pertamanya. Namun hal yang didengar dan juga dilihatnya sekarang, membuatnya sulit mempercayai itu.     

"Apakah kamu telah jatuh cinta pada Eliza, Martin?" Sebuah pertanyaan dari Kevin tiba-tiba ditanyakannya. Ia sangat penasaran dengan hubungan di antara mereka. Jika hanya untuk seorang Eliza Hartanto, untuk apa Martin menolak banyak wanita yang bahkan lebih baik dari jaksa muda itu.     

"Mana mungkin aku jatuh cinta pada wanita itu! Aku hanya khawatir jika hal buruk terjadi terhadapnya. Selain itu aku sudah berjanji untuk menemuinya." Martin mencoba untuk menahan diri agar tak memperlihatkan perasaannya. Setengah mati ia menutupi sebuah beban yang dirasakannya sangat berat. Ia juga tak menyangka jika kekhawatirannya akan Eliza bisa begitu besar. Seolah telah menyesakkan dadanya.     

Imelda tersenyum sinis mendengar penjelasan dari Martin. Jelas-jelas sudah sangat terlihat jika pria itu begitu peduli pada Eliza Hartanto. Walaupun Martin tak mengakuinya, Imelda bisa menebaknya sendiri.     

"Tak perlu berkilah, terlalu jelas terlihat jika kamu sangat peduli pada Eliza. Tanpa kamu mengatakan apapun juga, kita bisa melihatnya," sindir Imelda pada pria yang semakin tenggelam dalam kegelisahannya. Ia sangat yakin jika Martin tanpa sadar telah jatuh cinta pada seorang wanita yang selama ini tergila-gila pada suaminya.     

"Apa-apaan kamu, Imelda! Bukankah kamu juga tahu jika aku hanya mencintaimu saja?" balas Martin dalam keraguan yang terlalu ketara meskipun ia berusaha untuk menutupinya. Pria itu masih sangat yakin jika hatinya hanya untuk Imelda saja. Namun memikirkan Eliza membuat ia sangat gelisah. Bahkan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.     

Wanita itu hanya tersenyum mendengar jawaban Martin kepadanya. Bagaimanapun juga, setiap manusia pasti akan jatuh cinta dengan cara tak terduga. Sama seperti dirinya dan juga Brian yang sudah jatuh cinta begitu dalam. Meskipun berawal dari kesalahan, Imelda benar-benar sudah mencintai suaminya itu.     

"Sepertinya kamu benar-benar telah jatuh cinta, Martin," ledek Kevin sembari meliriknya dalam senyuman penuh arti. Sama seperti Imelda, Ke ini juga sangat yakin jika pria yang duduk di ranjang itu sudah jatuh cinta pada Eliza.     

Tak berapa lama, terdengar suara ponsel milik Imelda. Wanita itu mengambil dari dalam tas dan menatap layar dengan wajah terkejut. "Johnny Hartanto menelepon," ucapannya lirih.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.