Bos Mafia Playboy

Melakukan Itu Dengan Eliza ?



Melakukan Itu Dengan Eliza ?

0Imelda kembali mengeluarkan ponsel miliknya saat terdengar bunyi yang cukup nyaring. "Johnny Hartanto menelepon!" seru wanita itu dalam wajah panik.     
0

Secepat kilat, Martin menyambar ponsel itu dan menerima panggilan dari kakak Eliza itu. "Apakah Eliza sudah ditemukan?" Pertanyaan itu yang langsung dikatakan oleh seorang pria yang masih belum bisa berjalan itu.     

"Apa! Apa yang terjadi dengan Eliza?" Martin terlihat sangat panik dan juga sedikit takut. Ia sangat takut jika wanita itu benar-benar akan kehilangan nyawanya. "Tunggu saja di ruang tunggu. Aku akan menemuimu." Martin mengembalikan ponsel itu pada Imelda. Ia begitu gelisah setelah menerima panggilan itu.     

"Kevin! Antar aku ke ruang tunggu di bawah," pintanya pada seorang dokter yang juga sahabat dari Brian Prayoga.     

Mereka semua merasa bingung dengan kegelisahan dan juga perasaan cemas yang ditunjukkan oleh Martin. Tak pernah sekalipun ia begitu gelisah hingga tak suaranya menjadi sedikit bergetar seperti itu.     

"Apa yang sebenarnya terjadi Martin?" tanya Vincent dalam tatapan penuh tanya dan juga ikut cemas.     

"Eliza ... ia juga sedang dirawat di sini. Aku harus melihat kondisinya sekarang. Rasanya aku sangat takut jika ia sampai kehilangan nyawanya," sahut Martin yang sudah duduk di sebuah kursi roda yang baru saja disiapkan oleh Kevin.     

Mereka berempat berjalan bersama dengan Martin duduk di sebuah kursi roda. Dengan terburu-buru, beranjak menuju ke ruang tunggu di dekat IGD. Rasanya sudah sangat tak sabar untuk melihat kondisi Eliza yang juga sedang dirawat di rumah sakit itu.     

Begitu keluar dari pintu lift, terlihat Johnny Hartanto duduk sendiri dengan wajah cemas dan juga sangat sedih. Pria itu tak mampu menyembunyikan kekhawatirannya akan kondisi Eliza. Walau bagaimanapun, wanita itu adalah saudara perempuan satu-satunya.     

"Bagaimana kondisi Eliza?" Martin langsung melontarkan pertanyaan itu hingga membuatnya seorang Johnny Hartanto sangat terkejut.     

"Sepertinya ... Eliza ingin mengakhiri hidupnya. Untung saja aku dapat menyelamatkannya. Mungkinkah hal ini gara-gara Brian Prayoga lagi?" Johnny Hartanto tak menyadari jika Imelda juga datang bersama Martin. Ia hanya menyadari kehadiran teman lamanya itu.     

Imelda sangat memahami kecemasan Johnny Hartanto pada adiknya. Ia sangat tahu bagaimana rasanya di saat saudaranya sedang berjuang antara hidup dan mati. Wanita itu pernah merasakannya di saat Vincent terluka beberapa waktu lalu.     

"Sepertinya ini tidak ada hubungannya dengan suami saya, Pak Johnny Hartanto," sahut Imelda dalam suara lembut namun cukup menyakinkan. Tentunya ia tak mau jika Brian ikut terlibat dalam kekacauan itu.     

"Dokter Imelda! Bagaimana Anda juga mengenal Martin?" Ada rasa penasaran yang tiba-tiba merasuki sudut hati Johnny Hartanto. Jujur ... ia menjadi semakin bingung menarik benang merah antara Imelda Mahendra dan juga sahabat lamanya itu.     

Imelda sengaja tak langsung memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Iya menduga jika Martin tak mengatakan pekerjaan yang sedang dilakoninya. Wanita itu sengaja memberikan Martin kesempatan untuk mengatakan hal itu sendiri.     

"Sebenarnya, aku bekerja pada keluarga Adi Prayoga. Maaf, aku tak mengatakan hal ini sebelumnya," sesal Martin karena tak berkata jujur sejak awal. Ia takut jika Johnny Hartanto akan membenci dirinya karena bekerja pada keluarga dari seorang pria yang membuat adiknya menderita.     

"Mengapa harus minta maaf kepadaku? Aku tak masalah di mana kamu bekerja, asal kamu masih berhubungan baik denganku." Terlihat sedikit kekecewaan di dalam mata Johnny Hartanto. Bukan karena ia kecewa dengan pekerjaan yang dijalani oleh temannya itu, pria itu kecewa karena Martin tak pernah mengatakan jika sangat mengenal sosok pria yang membuat Eliza menjadi semakin gila.     

Martin memandang teman lamanya itu dengan penuh arti. Dia sangat menyesali ketidakjujurannya sejak awal. Hal itu tentunya mengecewakan Johnny Hartanto.     

"Namun wajahmu berkata lain. Kamu terlihat sangat kecewa padaku," sahut Martin dalam rasa bersalahnya.     

"Aku hanya kecewa karena kamu tak mengatakan jika mengenal Brian Prayoga. Soal pekerjaanmu, aku sama sekali tak masalah mengenai hal itu," ungkap Johnny Hartanto diiringi sebuah senyuman tipis di bibirnya. Pria itu sama sekali tak marah ataupun membenci teman lamanya itu. Hanya sedikit kekecewaan yang akan berangsur hilang dengan sendirinya.     

Kevin yang juga berada di sana bermaksud ingin memecahkan ketegangan di antara dua pria itu. Ia pun sengaja menyela pembicaraan mereka berdua.     

"Lalu ... bagaimana keadaan Eliza?" tanya Kevin yang juga ikut penasaran pada kondisi wanita itu. Meskipun ia sempat kesal pada Eliza, setidaknya mereka berdua pernah menjadi teman satu universitas.     

"Dokter sedang menanganinya. Selain melukai pergelangan tangannya, Eliza juga meminum obat tidur melebihi takaran. Dia menjadi tak sadarkan diri sejak aku menemukannya," jelas Johnny Hartanto pada mereka semua.     

Seolah langit baru saja runtuh di hadapan Martin. Ia tak menyangka jika Eliza tak main-main dengan ucapannya. Pria itu merasa sangat berdosa telah membuat adik dari teman lamanya itu harus berjuang antara hidup dan mati. Ingin rasanya ia berlari dan memeluk wanita yang mulai membuat hatinya bergetar hebat. Dia merasa sangat bodoh tak mengerti dengan kesungguhan Eliza. Hanya penyesalan yang dirasakannya saat itu.     

"Semua adalah kesalahanku, Johnny. Aku berjanji untuk menemui Eliza kemarin. Sayangnya, aku mengalami kecelakaan dan ponselku dan juga laptop milikku hancur. Hal itu membuatku tak bisa menghubungi Eliza." Martin mencoba menjelaskan hal itu pada Johnny Hartanto. Namun kakak dari Eliza itu bukannya mengerti malah menjadi bingung dengan penjelasan dari teman lamanya itu.     

"Tunggu, Martin! Apakah kalian berdua benar-benar telah melakukan hubungan itu di apartemenmu kemarin?" tanya Johnny Hartanto.     

Sontak saja Imelda, Vincent dan juga Kevin langsung terbatuk-batuk karena terkejut. Mereka bertiga tak mempercayai dengan sesuatu yang baru saja didengarnya. Segalanya terasa sangat mengejutkan bagi mereka. Seorang pria yang selama ini anti terhadap wanita, tiba-tiba bisa melakukan hubungan terlarang dengan Eliza Hartanto. Benar-benar di luar dugaan.     

"Kamu salah paham! Aku dan Eliza belum melakukan apapun,"sahut Martin sangat cepat.     

"Belum? Jadi kamu benar-benar berniat untuk melakukannya dengan Eliza?" tegas Vincent dalam mata yang membulat sempurna karena cukup terkejut dengan sahabat dekatnya itu.     

Mereka pun justru menertawakan ekspresi Martin yang menjadi salah tingkah. Terlihat jika pria itu seolah telah jatuh hati pada Eliza Hartanto. Tanpa henti, mereka terus menyindir Martin atas perasaannya terhadap adik dari Johnny Hartanto itu.     

Tanpa mereka sadari, seorang wanita cantik yang sudah berumur sedang memperhatikan mereka semua. Dengan langkahnya yang anggun, ia berjalan menuju ke arah mereka semua.     

"Kebetulan sekali kalian berkumpul di sini!" seru seorang wanita itu dalam sebuah senyuman yang terlihat sangat hangat dan juga cukup lembut. Tentunya hal itu tak bisa mengelabui Imelda atas kepalsuan yang sedang dipertontonkan.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.