Bos Mafia Playboy

Dua Pria Mengerikan



Dua Pria Mengerikan

0Ingin rasanya Imelda berteriak sekeras mungkin. Ia sangat tak menyangka jika ayahnya sendiri sudah merahasiakan hal sebesar itu. Hal itu terasa sangat menyakitkan baginya. Lagi-lagi ia harus mendengar jika seorang Davin Mahendra masih menutupi sebuah rahasia yang cukup penting. Perempuan itu berpikir jika ayahnya itu mungkin masih merahasiakan banyak hal penting lainnya.     
0

"Duduklah bersama kami, Dokter Imelda. Kita bisa membicarakan tentang pengalihan saham yang sedang dilakukan oleh Dokter Natasya." Seorang pria yang ada di sana melontarkan ucapan tersebut.     

"Aku tidak ada hubungannya dengan segala kekacauan ini. Permisi!" Imelda meninggalkan ruangan itu begitu saja. Ia tak peduli dengan sengketa kepemilikan rumah sakit antara keluarganya dan juga ibu mertuanya.     

Hatinya merasa tertoreh sebuah luka yang begitu dalam. Imelda sangat membenci sikap ayahnya yang selalu saja menyembunyikan apapun darinya. Dengan langkah tertatih yang seolah tak berkekuatan, Imelda tiba-tiba terduduk di lantai dingin rumah sakit itu. Wanita itu tak sanggup menapaki jalan menuju ruangan Martin.     

"Sayang! Apa yang sedang terjadi padamu?" Tiba-tiba Adi Prayoga datang dan mendapati menantu kesayangannya sedang terduduk di lorong rumah sakit yang begitu sunyi.     

Imelda menengadahkan kepalanya lalu memandang ayah mertuanya dengan air mata tertahan. Ia berusaha untuk bangkit, rasanya kakinya tak sanggup untuk berdiri lagi. Seolah amarah di dalam dirinya telah melemahkan segala kekuatan yang dimilikinya.     

"Papa!" Tanpa permisi, air matanya mengalir sangat deras. Imelda benar-benar tenggelam dalam kesedihan yang bercampur dengan kekesalannya.     

Adi Prayoga ikut berjongkok di samping Imelda, ia membelai rambut kepala sang menantu. Rasanya terlalu menyakitkan harus melihat kesedihan dan juga tetesan air mata dari anak seorang wanita yang sangat dicintainya.     

"Katakan, Sayang. Sebenarnya ada apa? Papa sangat terluka melihat kesedihanmu ini," ujar Adi Prayoga dalam suara lirih yang terdengar menenangkan hati. Ia sama sekali tak bisa menebak, apa yang sedang terjadi dengan istri dari anak semata wayangnya itu.     

"Apa Papa juga mengetahui jika rumah sakit ini milik Mama Irene dan Mama Natasya?" tanya seorang wanita yang tak mampu menghentikan setiap tetes air matanya. Imelda sendiri juga bingung ... sejak kehamilannya, ia menjadi terlalu lemah dan gampang menangis. Padahal sebelumnya, ia adalah sosok wanita yang tangguh dan juga sangat kuat.     

Seakan jantung Adi Prayoga baru saja berhenti berdetak untuk beberapa saat. Ia tak menyangka jika Imelda akan mengetahui hal itu. Pria itu membantu menantunya berdiri lalu duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari mereka.     

"Tenangkan hatimu dulu, Sayang. Kamu tak perlu kecewa atau sedih dengan keputusan ayahmu, Davin Mahendra," bujuk sang bos mafia pada menantu kesayangannya.     

"Jadi Papa juga mengetahui hal itu? Kenapa kalian merahasiakan hal itu dari kami?" Kekecewaan di dalam hati Imelda semakin jelas. Ia merasa hatinya baru saja terkoyak dengan sempurna. Rasanya begitu menyakitkan, di saat semua orang di dekatnya sedang menutupi sebuah rahasia yang seharusnya diketahuinya.     

Sekuat hati dan juga tenaganya, Imelda memaksakan bangkit dari tempat duduknya. Ia tak tahan memandang sosok pria yang selama ini sangat dihormatinya, justru bersekongkol untuk mendustai dirinya.     

"Rasanya aku tak tahu lagi, siapa yang harus ku percaya? Kalian semua bersekongkol untuk menipuku dan juga Kak Vincent." Imelda langsung berlari menjauhi sosok pria yang diselimuti rasa penyesalan dan juga bersalah.     

"Tunggu, Sayang!" Adi Prayoga bermaksud untuk menghentikan menantunya. Namun Imelda justru mengabaikan panggilan dari ayah mertuanya itu. Rasanya ia tak tahan dengan dadanya yang seolah akan meledak. Ia sangat penasaran dengan sebuah kebodohan yang telah dilakukan oleh Davin Mahendra.     

Tanpa keraguan sedikit pun, Adi Prayoga melangkahkan kakinya menuju ke sebuah ruangan di mana Davin Mahendra dan juga beberapa orang dewan direksi sedang berbincang serius. Sampai di depan pintu, ia langsung mendorong lalu masuk ke dalam ruangan itu tanpa permisi.     

"Keluarlah, Mahendra! Aku ingin berbicara padamu," lontar Adi Prayoga dengan tiba-tiba. Seisi ruangan tentunya langsung terkejut dengan kedatangan mantan suami dari pihak yang berseteru.     

"Katakan saja di sini!" sahut Davin Mahendra dalam tatapan tajam dengan wajah sangat dingin. Terlukis sangat jelas jika pria itu sama sekali tak menyukai sahabat dekatnya itu.     

Dalam sekali gerakan saja, Adi Prayoga sudah berhasil menarik sahabatnya itu untuk keluar dari sana. Tanpa rasa berdosa, ia melepaskan genggaman tangannya sembari mendorongnya pelan.     

"Apa-apaan kamu, Prayoga!" kesal Davin Mahendra. Sebuah tatapan yang cukup menakutkan terpampang sangat jelas pada pria itu.     

"Bagaimana kamu bisa melakukan kebodohan yang membuat Imelda mengetahui sengketa kepemilikan rumah sakit ini?" Adi Prayoga tentunya sangat marah pada kecerobohan yang dilakukan oleh suami dari wanita yang sangat dicintainya itu.     

Davin Mahendra membalas sikap kasar dari pria di depannya itu. Bahkan ia juga mendorong Adi Prayoga untuk memberikan serangan balasan padanya. Bukan karena ia membenci sahabatnya itu, hubungan mereka memang tidak berjalan dengan baik.     

"Kamu pikir aku sengaja!" teriak Davin Mahendra pada seorang pria yang berdiri di hadapannya dengan wajah. Ia tak terima dengan tuduhan sepihak dari besannya itu.     

"Lalu .... Bagaimana Imelda bisa mengetahui semuanya? Tidakkah kamu sendiri yang bilang, jika akan memberitahukan begitu sengketa ini selesai?" Adi Prayoga sengaja meninggikan nada suaranya karena sudah tak tahan kecerobohan dari Davin Mahendra.     

Secepat kilat, Davin Mahendra menarik kerah baju milik pria yang sudah terbakar dalam amarah. Ia sendiri juga cukup terprovokasi dengan ucapan Adi Prayoga yang terlalu menyalahkannya.     

"Kamu pikir aku sebodoh itu, Prayoga? Imelda tak sengaja mendengarnya sendiri. Ia tiba-tiba masuk dalam pertemuan rahasia antara aku bersama beberapa direksi tadi," jelas Davin Mahendra tanpa melepaskan tangannya yang masih menarik kerah baju sahabatnya itu.     

"Imelda merasa jika kita sudah menipunya. Ia sangat kecewa dan sampai menangis tanpa henti." Adi Prayoga mencoba menjelaskan keadaan Imelda yang begitu menyedihkan. Ia tak tega dan juga tak rela jika menantunya itu tenggelam dalam kesedihan dan juga kekecewaannya.     

Secara pelan namun pasti, Davin Mahendra melepaskan tangannya dari Adi Prayoga. Dia tak menyangka jika Imelda bisa menangis hanya untuk hal seperti itu. Sebagai seorang ayah, Davin Mahendra sangat mengerti dengan sikap dari anak perempuannya. Ia menyesal telah membuat anak perempuannya kecewa. Semua yang dilakukannya, hanya untuk kebaikan Imelda dan juga Vincent Prayoga.     

Sejak dua pria itu bersitegang dalam suasana yang cukup mencengangkan, tanpa mereka sadari seseorang sudah memperhatikan perbincangan serius di antara keduanya. Ia cukup terkejut mendengar penuturan dan ucapan saling tuduh di antara Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra.     

"Apalagi yang sedang mereka sembunyikan? Dua pria yang sangat mengerikan, aku semakin tak memahami mereka berdua," gumam seseorang yang tak jauh dari tempat kedua pria yang saling berseteru.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.