Bos Mafia Playboy

Jebakan Penuh Hasrat



Jebakan Penuh Hasrat

Dalam sebuah tatapan penuh kemenangan, Andra Gunadi sengaja meninggalkan Brian bersama Laura berdua saja di ruangan itu.     

"Jangan ada yang berani masuk ke dalam! Bos kalian sedang bersenang-senang dengan wanita yang baru saja datang," ucap Andra Gunadi pada dua bodyguard yang datang bersama Brian di depan pintu private room.     

Kedua bodyguard itu saling memandang dalam wajah yang bingung sekaligus tak percaya. Mereka sangat tahu jika setelah menikahi Imelda Mahendra, bos-nya itu tak pernah menyentuh wanita manapun selain istrinya. Namun kedua pria bertubuh tinggi besar itu juga tak berani untuk mengusik kesenangan dari Brian Prayoga.     

Di dalam private room, Brian tiba-tiba saja terduduk di sebuah sofa besar di dalam ruangan itu. Ia masih saja memegangi kepalanya karena pandangan sudah mulai kabur. Pria itu memperlihatkan gairah di dalam dirinya yang mulai meningkat drastis. Semua terlihat dari kegelisahan dan juga keresahan Brian yang cukup jelas di depan Laura.     

Tak ingin membuang kesempatan emas di hadapannya, Laura mulai menanggalkan pakaiannya sendiri. Tanpa menyisakan apapun di tubuhnya. Dengan gerakan yang gemulai dan sangat menggoda, wanita itu berjalan lalu duduk di pangkuan Brian.     

"Lihat aku, Brian! Aku sudah siap untuk memuaskan kamu malam ini." Wanita itu mulai melepaskan beberapa kancing kemeja yang dipakai oleh Brian. Ia bisa melihat jika tubuh pria itu mulai merasa panas dan terbakar dengan gairah yang tak akan pernah bisa ditahannya.     

"Jauhi aku, Laura!" bentak Brian dengan sebuah dorongan tangan untuk membuat wanita itu turun dari pangkuannya. Suara Brian mulai tidak terlalu jelas, semakin lama obat perangsang itu semakin bekerja di dalam tubuhnya.     

Sekuat hidupnya, Brian berusaha untuk menahan gairah yang semakin memuncak di pucuk kepalanya. Namun Laura justru begitu bergairah melihat Brian yang terlihat tak berdaya. Wanita itu justru tak bisa menahan diri, bak terhipnotis oleh pesona pria yang selalu menolaknya. Tanpa rasa malu sedikit pun, Laura menempelkan tubuhnya ke Brian lalu menggosok-gosok tubuhnya sendiri pada pria yang sedang berada di ambang batasnya.     

Bahkan tanpa rasa berdosa, Laura menyentuh tubuh Brian dari balik kemejanya. Ia sudah tak tahan untuk melakukan permainan penuh hasrat dengan pria dalam dekapannya itu. Tanpa henti, wanita itu terus menggerakkan dadanya lekat di tubuh Brian yang sedikit terbuka.     

Pria itu sempat terbuai dan juga tergoda saat bulatan padat itu terus bergerak di tubuhnya. Seolah Brian sedang berjuang antara hidup dan mati, mencoba melawan gairah yang hampir meledak dari dalam dirinya.     

"Hentikan, Wanita murahan! Jangan pernah lagi kamu menjebak aku dengan cara murahan ini!" Brian kembali mendorong wanita itu dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. Laura tersungkur di lantai dingin ruangan itu dalam keadaan polos tanpa penutup apapun.     

Brian bangkit dan berjalan tertatih-tatih menuju pintu. Begitu pintu terbuka, kedua bodyguard itu sangat terkejut melihat bos-nya.     

"Bantu aku ke kamar!" perintah Brian pada dua bodyguardnya. Ia pun berjalan menuju kamar dengan dibantu dua bodyguard itu.     

Pria itu langsung merogoh saku celananya dan mengambil ponsel miliknya. Brian merasa harus menghubungi seseorang saat itu juga. Ia pun menaruh ponsel di dekat telinganya sembari terus berjalan menuju kamar.     

"Sayang. Seseorang berusaha menjebakku, mereka memberikan aku obat perangsang," ucap Brian begitu panggilan itu diterima oleh seseorang yang berada jauh dari sana.     

"Mereka mencampurkan obat perangsang dalam minumanku. Namun aku berhasil kabur, apa yang harus aku lakukan sekarang, Sayang? Rasanya seluruh tubuhku akan meledak." Brian mencoba untuk menjelaskan semua yang sedang dirasakannya. Tak ada harapan lain untuknya selain Imelda.     

Wanita di dalam ponselnya itu menyuruh Brian untuk mengalihkan ke panggilan video. Brian langsung menyalakan tampilan video dalam ponselnya bersamaan dengan dirinya sampai di kamar.     

"Apa kamu sudah berada di kamar?" tanya seorang wanita yang berbicara dengan Brian melalu panggilan video.     

Brian memberikan isyarat agar dua bodyguard itu untuk pergi. Ia pun mengarahkan kamera ponselnya ke arah kamar hotel yang sedang dipakainya. "Aku sudah berada di kamar, Sayang," jawabnya.     

"Tenanglah, Brian! Aku akan membantumu. Sekarang, tarik nafasku dalam-dalam lalu berjalanlah ke kamar mandi," suruh Imelda dalam layar ponselnya itu.     

Pria itu benar-benar berjalan ke kamar mandi dengan langkah yang tidak stabil. Brian pun kembali memandang wanita cantik yang berada di layar ponselnya itu.     

"Aku sudah di sini, Sayang," ucap Brian dalam wajahnya yang mulai memerah dan terlihat sangat gelisah.     

"Penuhi bathtub dengan air dingin lalu lepaskan seluruh pakaian di tubuhmu. Masuklah ke dalam bathtub, biarkan air itu tetap mengalir. Berendamlah sampai tubuhmu merasa lebih baik." Imelda mencoba untuk menjelaskan secara detail pada suaminya. Bahkan wanita itu terlihat sangat cemas meskipun sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik.     

Brian meletakkan ponsel itu ke sebuah titik di mana Imelda bisa melihat dirinya saat masuk ke dalam air. Ia ingin memperlihatkan semua yang dilakukannya itu pada wanita yang sangat dicintainya.     

Dengan berpegang pada dinding, Brian benar-benar masuk ke dalam bathtub berisi air dingin itu. Ia merasa tubuhnya berangsur lebih baik meskipun sakit di pucuk kepalanya masih sangat terasa. Pria itu memejamkan matanya, menikmati setiap aliran air yang terus mengalir tanpa henti. Dalam beberapa menit, Brian membiarkan dirinya berada di dalam air. Ia berharap cara yang dilakukannya atas petunjuk sang istri itu benar-benar berhasil.     

"Brian! Brian! Apa kamu baik-baik saja?" Imelda terlihat sedang berteriak dalam ponsel itu karena terlalu panik melihat Brian yang memejamkan matanya tanpa bergerak sedikit pun.     

Mendengar teriakkan Imelda yang seolah telah menyadarkan dirinya, perlahan ia membuka mata dan memandang ke arah ponsel itu berada. Pria itu dapat melihat wajah cemas yang diperlihatkan Imelda dalam panggilan video yang masih berlangsung.     

Brian bangkit dari air lalu menyambar sebuah handuk yang tergantung tak jauh darinya. Ia pun langsung menutupi tubuhnya dengan selembar handuk putih yang di sediakan oleh pihak hotel.     

"Aku tak terlalu baik-baik saja, Sayang," ucap Brian sembari mengambil ponselnya lalu menatap layar yang memperlihatkan kecemasan Imelda terhadapnya. Seolah wanita itu sangat tak berdaya melihat keadaan suaminya itu.     

"Kirimkan lokasimu sekarang juga. Aku akan menyuruh Dokter Kevin untuk memastikan kondisimu, Brian. Rasanya aku ingin langsung menghilang saja dan menyusul mu ke sana." Imelda memperlihatkan kesedihan dalam setiap kata ataupun ucapannya via panggilan video.     

Brian lalu keluar dari kamar mandi tanpa mematikan panggilan itu dari Imelda. Ia lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan memandang wajah cantik wanita yang dicintainya yang nampak di layar ponselnya.     

"Pesanlah beberapa minuman hangat. Kamu harus menghangatkan tubuhmu," bujuk Imelda dengan suara cemas melihat wajah suaminya yang terlihat pucat. "Brian! Brian! Apa kamu mendengarku!" Imelda berteriak cukup nyaring dari dalam panggilan video dalam ponsel itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.