Bos Mafia Playboy

Skandal Lain



Skandal Lain

0Sebuah pertanyaan yang diucapkan oleh Laura cukup mengejutkan pria yang duduk di sebelahnya. Tak pernah diduga sebelumnya, jika wanita itu akan menanyakan hal yang menurut Vincent sangat konyol.     
0

"Apa yang kamu tanyakan itu, Laura? Bagaimana kamu bisa berpikiran sangat sempit seperti itu? Dari awal aku menerimamu sebagai kekasihku, aku tak pernah peduli dengan masa lalumu. Seandainya saat itu kamu mengatakan sudah tak gadis pun, aku akan menerimamu sebagai kekasihku." Ucapan panjang lebar dari Vincent langsung membuat wanita itu menjatuhkan air matanya sangat deras. Ia tak menyangka jika kekasihnya itu sama sekali tak mempermasalahkan tentang sesuatu yang masih dianggap tabu oleh banyak orang.     

Laura menjatuhkan dirinya dalam pelukan kekasihnya. Ia terisak dalam kepedihan dan juga tangis yang cukup dalam. Wanita itu merasa sangat beruntung bisa mendapatkan Vincent di dalam hidupnya. Rasanya segala kebahagiaan telah berkumpul dan menghampiri kehidupannya.     

"Terima kasih, Vincent," ucap Laura sangat tulus pada kekasihnya itu.     

Tanpa mereka berdua sadari, Brian dan juga Imelda sudah berdiri tak jauh dari pasangan kekasih itu duduk. Mereka saling memandang dalam perasaan sangat penasaran karena pemandangan di depannya.     

"Apa kalian berdua baik-baik saja?" Imelda pastinya sangat menghawatirkan pasangan kekasih yang justru terlihat sangat menyedihkan itu. Ia tak ingin jika mereka sengaja menyembunyikan sesuatu yang penting darinya.     

Mendengar suara yang terdengar familiar, Vincent melepaskan pelukan erat dari kekasihnya. Ia pun memalingkan wajahnya ke arah pasangan suami istri yang berdiri tak jauh darinya.     

"Apa kalian sudah cukup lama berdiri di sana?" tanya Vincent Mahendra pada adik perempuan dan juga adik iparnya.     

"Sejak kalian saling memeluk erat dan seolah tak mungkin bisa dipisahkan lagi," ledek Brian sembari mengulum senyuman penuh kemenangan pada sang kakak ipar.     

Vincent lalu bangkit dari kursinya tanpa melepaskan genggaman tangan dari kekasihnya. Pria itu sudah bersiap untuk kembali ke kota kelahirannya.     

"Ayo kita pulang sekarang," ajak Vincent pada mereka semua.     

Mereka berempat berjalan menuju ke pintu keluar dari hotel itu. Belum sempat melewati pintu, Brian melihat seseorang yang sangat dikenalinya baru saja masuk ke dalam restoran yang berada tak jauh dari lobby.     

"Tunggulah di sini sebentar. Aku ingin memastikan sesuatu." Brian meninggalkan mereka semua menuju ke restoran di dekat lobby hotel. Dengan langkah yang seolah sedikit mengendap-endap, ia memasuki restoran dalam penuh kewaspadaan.     

Dalam langkah pelan yang cukup menyakinkan, Brian menghampiri dua orang wanita yang sedang duduk di sebuah meja paling pojok. Pria itu tersenyum sinis melihat pemandangan yang terlihat sangat mengerikan baginya.     

"Sudah kuduga sebelumnya!" Ucapan Brian itu tentunya sangat mengejutkan dua wanita yang sedang duduk bersama dan terlibat pembicaraan yang cukup serius.     

"Brian!" Dua wanita itu mengatakan ucapan yang sama di waktu yang hampir bersamaan.     

Entah mengapa Brian tiba-tiba tertawa lepas di hadapan mereka berdua. Ada kekecewaan dan juga kepedihan dalam sorot wajahnya. Lagi-lagi, ia harus dikecewakan oleh seorang wanita yang seharusnya selalu mendukung dan juga melindunginya.     

"Lama-lama, aku menjadi sangat muak dengan kelakuan Mama yang sangat menjijikkan ini. Aku malu terlahir dari rahimmu," kesal Brian pada seorang wanita yang tak lain adalah Natasya.     

"Ini hanya kesalahpahaman saja, Brian! Mama bisa jelaskan padamu." Natasya ingin berkilah dan menghindari kesalahan fatalnya. Namun, ia sudah tertangkap basah dan tak mungkin bisa menyelamatkan dirinya.     

Seakan langit menjadi hitam, badai akan segera datang. Tanpa sadar, kedua mata Brian mulai berkabut. Ia berusaha untuk tak terbawa dalam segala kegilaan di dalam hatinya.     

"Apa untungnya bagi Mama untuk menjebakku bersama wanita murahan ini?" lontar Brian pada seorang wanita yang seolah telah kehilangan kata-katanya karena ketahuan melakukan kegilaan itu.     

"Apa kamu ingin Mama jujur?" Natasya justru melemparkan pertanyaan balasan pada anak semata wayangnya. Tanpa rasa bersalah, ia justru memandang Brian dalam sebuah tatapan yang terlalu sulit diartikan.     

Brian tak ingin mendengar alasan Natasya menjebaknya bersama seorang wanita murahan yang duduk tak jauh darinya. Apapun alasan wanita itu, ia yakin jika itu pasti sebuah alasan bodoh yang tidak masuk akal. Pria itu pun bermaksud untuk meninggalkan kedua wanita itu tanpa mengetahui hal penting yang mereka bicarakan.     

"Mama ingin memisahkan kamu dari Imelda Mahendra. Sampai kapanpun, Mama tak akan pernah rela kamu menjadi suami dari anak seorang wanita yang sudah menghancurkan hidupku," tegas Natasya dalam suara yang tidak terlalu keras namun begitu jelas.     

"Apa salahku, Ma? Alasan apa yang membuat Mama sangat membenci aku?" Tiba-tiba saja, Imelda sudah berdiri di belakang suaminya. Ia mendengar dengan jelas setiap penolakan Natasya akan dirinya. Hal itu benar-benar sangat menyedihkan dan juga memilukan baginya.     

Sebuah senyuman kecut penuh kekecewaan terukir di wajah Natasya. Ia sengaja memperlihatkan rasa tidak sukanya terhadap menantu yang berasal dari keluarga Mahendra itu.     

"Semua adalah kesalahan mamamu! Setelah Irene menjadikan aku budaknya dan mematuhi semua ucapannya, bagaimana ia bisa merebut Adi Prayoga dariku? Bagaimana ia tega bersenang-senang dia atas penderitaanku?" Natasya mengungkapkan kepahitan yang selama ini tersimpan di dalam hatinya. Ia tak rela Brian memiliki hubungan dengan sebuah keluarga yang sudah menghancurkannya.     

"Sudahlah, Sayang. Tak perlu mendengarkan sebuah alasan yang tak masuk akal itu. Lebih baik kita meninggalkan dua wanita menjijikan ini." Brian membujuk Imelda yang terlihat sangat terpukul dengan perkataan ibu mertuanya. "Dan kamu, Laura! Sekali lagi kamu mencoba mengusik kehidupanku, akan kupastikan jika kamu akan kehilangan nyawamu," ancam seorang pria yang pernah menjalin hubungan satu malam pada wanita bayaran yang sengaja disewa Natasya untuk menjebaknya.     

Brian dan Imelda langsung meninggalkan mereka berdua. Pasangan itu tak sadar jika sejak Imelda menyusul suaminya, Vincent ikut mendengar segala ucapan kasar dan juga memuakkan dari seorang wanita yang dulu selalu bersama ibunya. Vincent sangat ingat, saat mereka menghabiskan waktu bersama. Ia sedikit terkejut akan kebencian Natasya kepada ibunya. Padahal seingat Vincent, hubungan mereka berdua sangat dekat seperti saudara perempuan yang saling mencintai. Namun sosok wanita yang dilihatnya sekarang sangatlah berbeda.     

"Selain perselingkuhan itu, apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh Mama terhadap Tante Natasya? Bagaimana dia bisa sangat membenci Mama hingga seperti itu?" Vincent terus saja menanyakan hal itu di dalam hatinya. Ia sangat penasaran dengan sebuah kebenaran yang terlalu banyak ditutupi.     

"Apakah ada skandal lain yang masih ditutupi oleh dua keluarga itu?" Lagi-lagi Vincent hanya bisa bertanya dalam hati. Ada rasa penasaran yang seolah telah mencekik dirinya.     

"Apa yang Kak Vincent lakukan di sana?" Imelda berada tak jauh dari tempat pria itu berdiri. Wanita itu berhasil mengejutkan kakak laki-lakinya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.