Bos Mafia Playboy

Alasan Dari Sebuah Kebencian



Alasan Dari Sebuah Kebencian

0Arya Gunadi masih belum mempercayai semua yang telah terjadi. Ia juga tak percaya jika kemunculan Natasya justru ingin menghancurkan keluarganya. Yang lebih tak masuk akal, bagaimana jika Natasya yang meminta Andra untuk mencampurkan obat perangsang pada minuman Brian?     
0

"Apakah yang memerintahkan untuk memberikan obat perangsang pada Brian Prayoga juga Natasya?" tanya seorang pria yang sudah tak lagi muda seperti Andra Gunadi.     

"Wanita itu berjanji akan membantu kita untuk lepas dari tekanan Adi Prayoga. Hal itu juga yang membuatku langsung bersedia untuk mengikuti seluruh rencananya." Andra tak ingin menutupi apapun dari ayahnya. Walau bagaimanapun juga, pria tua itu yang selama ini membesarkan dirinya. Apalagi setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk berpisah, Andra memilih hidup bersama ayahnya. Sedangkan wanita yang telah melahirkannya, memilih tinggal di luar negeri.     

Tanpa memikirkan lebih dalam lagi, Arya Gunadi langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia tak ingin membuang waktu dan memperkeruh hubungan antara keluarganya dan juga keluarga Prayoga.     

"Kirimkan alamat hotel di mana Brian Prayoga berada. Papa akan meluruskan segalanya sebelum semakin memburuk dan juga membahayakan keluarga dan juga bisnis kita." Arya Gunadi langsung keluar dari rumah itu untuk menemui sosok pria yang tak berapa lama baru saja meninggalkan rumah itu.     

Dengan langkah cepat, Arya Gunadi masuk ke dalam mobil dengan dua orang pria yang bekerja untuknya. Mereka langsung melajukan mobilnya menuju ke sebuah hotel di mana anak dari sang bos mafia itu menginap.     

Beberapa menit perjalanan, mobil itu berhenti di depan sebuah hotel berbintang yang cukup ternama di sana. Arya Gunadi menemui petugas hotel dan memintanya untuk memberitahukan kedatangannya pada tamu hotel yang sedang dicarinya itu.     

Menunggu sebentar saja, Brian dan juga Imelda keluar dengan pakaian yang masih sama ketika mereka berdua mendatangi kediaman Gunadi. Ada perasaan aneh yang bercampur rasa penasaran yang diperlihatkan oleh sosok pria yang berjalan bersama Imelda Mahendra. Pasangan itu tersenyum hangat menyambut Arya Gunadi yang secara khusus menemui mereka.     

"Bukankah kita baru saja bertemu Pak Arya Gunadi? Apakah Anda sudah sangat tidak sabar untuk kembali menemui aku dan juga wanita cantik di sebelahku ini?" Brian sengaja melontarkan sebuah perkataan yang tidak terlalu serius untuk memulai pertemuan kembali di antara mereka.     

"Ada hal penting yang ingin aku katakan pada papamu. Namun aku berpikir jika berbicara denganmu juga tak ada bedanya. Kalian berdua adalah pasangan ayah dan anak yang cukup hebat," puji Arya Gunadi pada sosok pria yang justru merasa sangat bingung setelah mendengar jawaban dari pria tua di hadapannya.     

Sama seperti suaminya, Imelda juga sudah sangat tidak sabar untuk mendengar sesuatu yang sepertinya sangat penting bagi mereka.     

"Lebih baik kita langsung saja ke intinya, tak perlu bermain teka-teki di antara kita, Tuan Arya Gunadi." Kali ini Imelda berbicara terlalu sopan pada rekan bisnis ayah mertuanya itu. Bukan karena rasa hormat yang ingin ditunjukkannya, ia sudah tidak tahan untuk sekedar berbasa-basi.     

Arya Gunadi sengaja menarik nafasnya cukup dalam sebelum mengungkapkan kebenaran yang telah diketahuinya. Meskipun ada sedikit keraguan di dalam hatinya, ia hanya tak ingin memperburuk hubungan baik antara dirinya dan keluarga Prayoga.     

"Baru saja aku menyeret Andra ke rumah. Dia mengatakan jika semua yang telah dilakukannya padamu karena hasutan seorang wanita yang baru dikenalnya." Pria tua itu memberikan jeda dalam ucapannya. Ia sengaja tak langsung mengatakan sesuatu yang tentunya akan membuat mereka sangat terkejut.     

"Seorang wanita?" Imelda mengulang ucapan Arya Gunadi dalam rasa penasaran yang sangat jelas di wajahnya.     

Arya Gunadi menganggukkan kepalanya dalam sebuah tatapan penuh arti pada pasangan di hadapannya itu. Ia semakin ragu mengatakan hal yang sepertinya akan sangat mengejutkan mereka berdua.     

"Natasya! Wanita itu yang sengaja menghentikan pengiriman barang ke gudang papamu," sahut Arya Gunadi yang membuat pasangan itu saling memandang dalam sorot mata ketidakpercayaan. "Wanita itu juga yang menyuruh Andra untuk menjebakmu dengan obat perangsang," lanjutnya lagi pada mereka berdua.     

"Dan bodohnya lagi .... Andra bisa langsung mempercayai Natasya. Padahal mereka sama sekali tak pernah berjumpa sebelumnya. Apa yang sebenarnya terjadi antara Natasya dan juga papamu, Brian Prayoga?" Bukannya mengharapkan sebuah jawaban dari Brian Prayoga, pria tua itu hanya tak bisa menahan diri untuk tak mengatakan hal itu. Semua yang sedang terjadi terasa tidak masuk akal baginya.     

Kekecewaan Imelda kepada ibu mertuanya semakin dalam. Ia sama sekali tak menduga jika wanita itu terlalu tega. Bahkan berbagai cara dilakukannya untuk memisahkan dirinya dan juga Brian. Hal itu benar-benar sangat melukai hatinya. Selama hidupnya, ia tak pernah memiliki kesalahan pada wanita itu. Namun, mengapa Natasya begitu membencinya dan selalu berusaha untuk menghancurkan pernikahannya?     

"Jika Anda begitu penasaran dengan jawaban atas pertanyaan itu, lebih baik bertanya langsung pada Papa. Lagipula, Papa sudah menunggu pengiriman Anda sejak kemarin. Aku tak yakin jika seorang Adi Prayoga bisa sabar untuk menunggu hingga besok lusa." Bukan berusaha untuk menakut-nakuti Arya Gunadi, suami dari Imelda itu hanya sekedar mengingatkan saja. Dia sangat tahu, bagaimana ayahnya bertindak selama ini.     

"Aku sangat mengenal Adi Prayoga. Sepulang dari sini, aku akan menyiapkan barangnya lalu langsung berangkat malam ini juga. Rasanya tak tenang jika harus membuat sosok sangat berpengaruh seperti Adi Prayoga untuk menunggu pria seperti diriku." Arya Gunadi langsung bangkit dari tempat duduknya lalu pamit untuk pergi dari tempat itu. Ia mengatakan harus melakukan banyak persiapan untuk melakukan pengiriman nanti malam.     

Begitu pria tua itu pergi, Imelda langsung menyentuh lengan suaminya dan memandangnya sangat lembut. Ia tak bisa menutupi kecemasan yang tersorot di dalam matanya.     

"Brian! Apa kamu pernah tau, apa sebenarnya alasan Mama hingga sangat membenciku?" tanya seorang wanita yang merasa sangat tertekan dengan kebencian ibu mertuanya. Bahkan sudah beberapa kali, Natasya melakukan banyak hal nekat pada anaknya sendiri.     

"Aku tidak yakin, Sayang." Brian merasa tak yakin dengan sebuah alasan yang selama ini terpikirkan di dalam kepalanya. Ia juga tak mengetahui secara pasti, alasan di balik kebencian Natasya kepada seorang wanita yang sudah menjadi istrinya yang sah.     

Tanpa diduga, Imelda justru menarik lengan Brian untuk menghentikan langkahnya.     

"Lihatlah, wajahku!" pinta wanita yang sedang mengandung penerus dari keluarga Prayoga dan juga Mahendra.     

Brian langsung melakukan apa yang diinginkan oleh istrinya. Ia pun menatap lembut wanita itu sembari memberikan sebuah belaian penuh arti.     

"Ada apa, Sayang?" tanya Brian pada istrinya.     

"Apa kamu masih mengingat wajah Mama Irene? Apakah aku sangat mirip dengannya?" Imelda melemparkan pertanyaan balasan untuk suaminya itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.