Bos Mafia Playboy

Alasan Eliza



Alasan Eliza

0Brian dan Imelda bisa melihat dengan jelas, seorang wanita yang keluar dari dalam klinik dengan wajah sangat geram. Pasangan itu tak tahu alasan kedatangan Eliza ke klinik Kevin. Mereka yakin jika ada hal serius yang dilakukan oleh wanita yang terlihat baru saja keluar dari sana.     
0

"Untuk apa Eliza mendatangi klinik Dokter Kevin?" Imelda bertanya-tanya dalam suara lirih. Ia sangat penasaran dengan alasan wanita itu mendatangi tempat itu.     

"Ayo keluar, Sayang. Kita bisa bertanya langsung pada Kevin," ajak Brian lalu keluar dari mobil. Kemudian ia membukakan pintu untuk istrinya.     

Mereka berdua berjalan bersaamaan dengan langkah terburu-buru. Rasanya sudah tak sabar untuk menanyakan yang baru saja terjadi kepada Kevin. Begitu masuk ke dalam, kondisi terlihat sangat hancur. Dua orang petugas kebersihan sedang membersihkan pecahan kaca yang tersebar di lantai klinik, sedang beberapa orang perawat terlihat sedang asyik bergosip.     

"Di mana Kevin?" Pertanyaan Brian itu langsung membuat para perawat sangat terkejut. Mereka semua asyik mengobrol hingga tak menyadari kedatangan Brian dan juga Imelda.     

"Dokter Kevin ada di ruangannya, Tuan," sahut seorang perawat dengan wajah sedikit takut. Semua orang yang bekerja di klinik sangat tahu sosok Brian Prayoga. Tak ada satu pun yang tak mengenal sahabat dekat dari pemilik klinik tempat mereka bekerja.     

Brian merangkul pundak Imelda lalu mengajaknya masuk ke dalam sebuah ruangan di mana Kevin berada. Tanpa mengetuk pintu, mereka berdua masuk ke dalam sebuah ruangan khas seorang dokter.     

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya Brian pada seorang pria yang sedang duduk dengan wajah sangat kesal.     

Kevin menengadahkan kepalanya lalu menatap pasangan suami istri yang baru saja masuk ke dalam ruangannya tanpa ijin.     

"Kebiasaan buruk! Kamu tak pernah mengetuk pintu jika masuk ke dalam ruanganku," keluh Kevin pada sahabat dekatnya. "Bagaimana jika aku sedang bersama dengan seorang wanita?" lanjutnya sembari tersenyum tipis pada mereka berdua.     

"Ada apa denganmu? Biasanya kamu tak masalah jika aku masuk begitu saja. Apa kamu marah gara-gara Eliza datang dan mengacaukan klinikmu?" Brian mulai tersulut emosi karena perkataan Kevin yang kurang menyenangkan. Tidak biasanya pria itu bersikap seperti itu.     

Kevin bangkit dari kursinya lalu berjalan ke arah mereka berdua. Dengan gerakan pelan, ia memijat pelipisnya sendiri. Rasanya kepalanya akan pecah mengingat kegilaan Eliza terhadap dirinya. Wanita itu berhasil membuat Kevin tak mampu mengendalikan emosi di dalam dirinya.     

"Maaf, Brian. Aku tak bermaksud seperti itu. Kepalaku terasa akan pecah menghadapi Eliza yang seperti orang tidak waras," terang Kevin pada Brian dan juga istrinya.     

"Apa yang diinginkan Eliza darimu?" Brian menjadi sangat penasaran dengan alasan wanita itu melakukan hal gila di klinik itu. Sebenarnya, ia tak heran pada sosok wanita yang bisa melakukan apa saja hanya untuk kesenangan dirinya sendiri.     

Kevin berjalan menuju ke sebuah wastafel di ruangannya itu. Ia sengaja ingin mencuci wajahnya agar sedikit lebih segar dan memperbaiki suasana hatinya.     

"Sebenarnya, apa hubungan Eliza dan juga Martin?" tanya Kevin dalam wajah yang lebih enak dipandang daripada sebelumnya. "Dia mengamuk karena aku tak bisa memberitahukan keberadaan Martin," terangnya lagi pada mereka berdua.     

Brian terdiam sejenak lalu memandang istrinya penuh arti. Ia tak yakin dengan yang akan dikatakannya itu. Pria itu berharap jika Imelda bisa membantunya untuk memikirkan sebuah alasan yang lebih masuk akal.     

"Mungkinkah wanita yang bersama Martin pagi kemarin adalah Eliza?" Imelda memikirkan hal itu sejak melihat wanita itu pergi dengan sangat kesal. Menurutnya, tak ada alasan lagi bagi Eliza untuk menemui suaminya. Hanya Martin, kemungkinan seseorang yang berhubungan dengan seorang wanita yang pernah tergila-gila dengan suaminya itu.     

"Aku juga berpikir seperti itu, Sayang. Mungkin saja, Eliza mengamuk setelah tak bisa menghubungi Martin. Ia kehilangan ponsel dan juga laptopnya. Hal itu pasti mempersulit komunikasi di antara mereka," sahut Brian dalam penjelasan yang panjang dan juga lebar. Ia tak menyangka jika Imelda memiliki pemikiran yang sama seperti dirinya. Seolah mereka benar-benar dua pribadi dalam sepikir dan juga sehati.     

Bukannya semakin paham, Kevin justru semakin bingung mendengar pembicaraan antara suami dan istri itu. Lama-lama, ia pun justru kembali kesal pada mereka berdua.     

"Tidak bisakah kalian berdua menjelaskan padaku semuanya? Lalu, di mana Martin sekarang? Sejak tadi aku juga sudah mencoba untuk menghubunginya," sahut Kevin memecahkan pembicaraan serius antara Brian dan juga wanita yang sedang mengandung itu.     

"Martin terluka gara-gara menyelamatkan kami berdua, Dokter Kevin. Ia sedang menerima perawatan di rumah sakit tempat Laura bekerja," jawab Imelda dalam wajah sedih karena membuat Martin harus terlibat dalam insiden itu. Terlebih, pria itu harus merelakan dirinya terluka karena menyelamatkan dirinya.     

"Maksudmu, Martin telah terluka? Bagaimana kondisinya sekarang?" Kevin semakin penasaran dengan seorang pria yang sangat dipercaya oleh Adi Prayoga itu. Tidak biasanya Martin melakukan kebodohan yang cukup fatal hingga harus terluka.     

Dengan sangat terburu-buru, Kevin langsung membereskan barang-barangnya. Ia semakin tak sabar untuk memastikan kondisi Martin. Dia berpikir jika tangan kanan dari Adi Prayoga itu sampai masuk ke rumah sakit, pasti kondisinya cukup buruk. Kecemasan dan juga kekhawatiran menyerang sudut hatinya, Kevin tak bisa membayangkan keluarga Prayoga tanpa Martin.     

"Ayo kita ke rumah sakit sekarang!" ajak Kevin dengan tidak sabar pada Brian dan juga Imelda.     

"Tunggulah sebentar! Aku dan Imelda ingin mengunjungi Kak Vincent dulu. Atau ... kamu bisa berangkat duluan, Kevin," balas Brian pada pria yang sudah sangat tak sabar untuk mengetahui kondisi Martin.     

Brian dan juga Imelda lalu meninggalkan ruangan itu menuju ke tempat di mana Vincent berada. Belum juga masuk ke dalam, mereka bisa mendengar jika Laura sedang bersama dengan kakak laki-laki dari Imelda itu.     

Dengan langkah tertahan, Imelda menarik suaminya agar tak mengganggu mereka berdua. Ia pun memandang suaminya dalam sorot mata yang sulit diartikan.     

"Lebih baik kita langsung ke rumah sakit saja. Aku bisa menemui Kak Vincent nanti sore atau besok pagi saja, Brian," ucap Imelda dalam keraguan yang mendalam. Wanita itu hanya ingin menjaga hubungan Vincent dan juga Laura. Keributan yang terjadi pada mereka beberapa waktu lalu, membuat jarak di antara dirinya dan juga Laura.     

"Tapi, Sayang ... " Brian tak yakin dengan keputusan Imelda untuk tak menemui Vincent sebelum dirinya akan pergi. "Aku akan menitipkan kamu pada Kak Vincent," lanjutnya.     

Wanita itu kembali memandang wajah suaminya, sangat terlihat jika Brian begitu khawatir akan dirinya.     

"Aku akan baik-baik saja, Brian. Percayalah! Tak akan terjadi hal buruk selama kamu pergi," sahut Imelda menyakinkan suaminya yang terlalu cemas.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.