Bos Mafia Playboy

Kegilaan Laura



Kegilaan Laura

0Laura benar-benar tak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Mungkin saja apa yang telah dikatakan oleh Kevin memang benar, wanita itu telah kehilangan akal sehatnya. Perasaan cintanya yang terlalu besar telah membuatnya terlihat bodoh.     
0

"Coba kamu pikir, Kevin! Bagaimana Imelda bisa memperlakukan kekasihku seperti itu? Bukankah ia hanya seorang adik perempuannya saja?" Laura melemparkan pertanyaan yang membuat pemilik klinik itu menjadi sangat geram dengan perkataannya.     

"Kamu sudah gila, Laura! Aku tak pernah menyangka jika kamu bisa berpikir sangat picik terhadap Dokter Imelda," kesal Kevin dalam sorot mata penuh kekesalan pada wanita di depannya itu.     

Wanita itu justru melemparkan senyuman sinis pada teman dekatnya itu. Seolah Laura tidak menerima ucapan Kevin kepadanya. Dia pun berjalan mendekat pemilik klinik itu lalu berbisik di dekat telinganya.     

"Tidakkah kamu memiliki pemikiran yang sama denganku? Kasih sayang Vincent terhadap Imelda terlalu berlebihan untuk seorang saudara .... " Entah setan apa yang sudah merasuki hati Laura? Wanita itu benar-benar sangat cemburu dengan kedekatan Imelda dan juga kekasih barunya itu.     

Di saat Kevin dan Laura sedang berdebat tentang masalah itu, seorang wanita terlihat berdiri di belakang pintu dalam wajah dingin tanpa ekspresi. Ia adalah Imelda Mahendra ... beberapa saat yang lalu, wanita itu tanpa sengaja telah meninggalkan ponselnya di sebuah meja dalam ruang perawatan kakaknya.     

Rasanya cukup mengejutkan saat Imelda mendengar sendiri kecemburuan Laura terhadap dirinya. Padahal sebelumnya, teman seprofesinya itu terlihat sangat cuek dan tak peduli dengan dokter-dokter pria yang selalu menggodanya. Namun dengan Vincent, ia seolah menjadi sosok wanita yang sangat berbeda.     

"Ternyata kamu bisa cemburu padaku, Dokter Laura," ucap Imelda pada seorang wanita yang baru beberapa hari menjadi kekasih kakaknya. Dia tak menyangka jika Laura bisa sangat cemburu kepadanya.     

"Dokter Imelda!" Laura sangat terkejut melihat adik dari Vincent yang tiba-tiba sudah berada di sana. Dia pikir wanita itu sudah pulang dan tak mungkin kembali ke sana. Sepertinya, nasib Laura sedikit kurang baik. Imelda harus mendengarkan ucapannya yang sangat tidak masuk akal itu.     

Dengan penuh keyakinan, Imelda melangkahkan kakinya ke arah di mana Laura berdiri. Dia memandang ke arah ranjang dan melihat Vincent sudah memejamkan mata. Tanpa menunjukkan ekspresi yang berarti, ia mendekati seorang wanita yang sudah cukup lama dikenalnya itu.     

"Aku cukup terkejut mendengar perkataanmu itu. Andai kamu bukan orang yang dicintai oleh Kak Vincent, kupastikan jika aku sendiri yang akan merobek mulutmu itu." Imelda melemparkan sebuah ungkapan amarah pada wanita di depannya itu.     

"Maafkan aku, Dokter Imelda! Aku tak bermaksud seperti itu. Jujur saja ... aku sangat cemburu saat Vincent sering menceritakan dirimu. Seolah ia lebih mencintaimu daripada aku," terang Laura dalam wajah yang cukup menyesal telah mengatakan hal itu.     

Imelda akhirnya paham alasan Laura sampai mengatakan hal itu. Dia juga sadar jika sejak dulu, kasih sayang Vincent memang terlalu besar untuknya. Namun Imelda tak pernah berpikir jika itu berlebihan di antara hubungan dua saudara.     

"Seharusnya kamu juga tahu, aku dan juga Kak Vincent adalah keluarga. Kami sudah terbiasa hidup bersama. Bagaimana kamu bisa cemburu padaku seperti itu, Laura? Aku ini hanya adik perempuan dari Kak Vincent. Kamu sangat berlebihan!" tegas Imelda pada wanita yang tiba-tiba saja dikuasai perasaan bersalah.     

Tanpa ragu-ragu lagi, Laura langsung berlutut di kaki Imelda. Ia merasa sangat berdosa pada seorang rekan dokter dan juga adik dari kekasihnya itu.     

"Kumohon maafkan aku, Dokter Imelda ... Aku terlalu bodoh hingga mengatakan hal itu tanpa memikirkannya terlebih dulu," sesal Laura dalam suara bergetar dan air mata yang tertahan di pelupuk matanya.     

Laura sangat menyesali perkataannya sendiri, ia telah dibutakan dengan perasaan cemburu yang sangat berlebihan. Kecemburuan telah menghilangkan akal sehatnya. Semua ucapan Imelda berhasil memberikan sebuah tamparan yang membuat menjadi tersadar atas kebodohannya itu.     

"Berdirilah, Dokter Laura. Kuharap kamu tidak berpikir bodoh seperti itu lagi. Apalagi kamu juga tahu jika aku sudah memiliki Brian sebagai suamiku," jelas Imelda pada wanita yang dipaksanya untuk segera bangkit dari hadapannya.     

Mau tak mau, Laura bangkit dengan wajah yang sudah dipenuhi oleh air mata. Ia berpikir jika Imelda masih berbaik hati untuk menerima ungkapan maafnya.     

"Terima kasih, Dokter Imelda. Aku berjanji untuk tidak mengulangi kebodohanku ini," ucap Laura pada wanita yang masih menatap tajam ke arahnya.     

"Ada apa ini, Sayang." Tiba-tiba saja Brian menyusul Imelda karena terlalu lama menunggu di luar. Brian merasa ada yang tidak beres di antara mereka semua. Sedangan Vincent terlihat masih memejamkan matanya karena terlelap.     

Dengan sedikit terkejut, Imelda langsung memeluk suaminya. Ia tak ingin Brian mengetahui kesalahpahaman di antara mereka berdua. "Tak ada apa-apa, Brian. Kak Vincent hanya merasa dadanya sedikit sakit, membuat kami berdua menjadi sangat khawatir," sahut Imelda dengan senyuman yang hangat dan penuh arti kepada suaminya.     

Brian bisa merasakan jika istrinya itu sedang menutupi sesuatu darinya. Namun ia memilih untuk tak membahas hal itu dulu. Setidaknya, Imelda harus beristirahat dulu karena sudah seharian berada di luar.     

"Sebaiknya kita pulang saja dulu, aku tak ingin kamu kelelahan karena terlalu lama berdiri, Sayang." Dengan tutur kata lembut, Brian membujuk Imelda untuk segera meninggalkan klinik itu. Dia merasakan ada ketegangan dan juga suasana tak nyaman yang begitu terasa di dalam ruangan itu.     

Laura seperti telah kehilangan kata-katanya. Dia tak bisa membayangkan, apa yang akan dilakukan oleh Brian jika ia mendengar perkataannya untuk Imelda. Sangat beruntung saat Imelda tak mengatakan apapun pada istrinya. Segalanya bisa berubah menjadi bencana jika keluarga Prayoga mendengar kebodohannya itu.     

"Kevin! Nanti aku akan menghubungimu," ucap Brian sebelum mengajak Imelda keluar dari ruangan itu. Dia ingin segera membawa istrinya itu untuk pergi dari antara mereka.     

Mendengar ucapan Brian kepada sahabatnya itu, kedua wanita itu saling memandang lalu beralih menatap Kevin yang terlihat gelisah. Imelda melemparkan tatapan penuh arti pada sosok pria pemilik klinik itu. Dia sangat berharap jika Kevin tak mengatakan apapun pada suaminya.     

Begitu pasangan itu meninggalkan klinik, Kevin langsung saja mendekati Laura. "Kamu bisa melihatnya sendiri ... setelah semua yang kamu katakan terhadap Dokter Imelda, ia masih saja berusaha melindungimu di depan Brian. Apa kamu pernah membayangkan, apa jadinya jika Adi Prayoga mengetahui perbuatanmu itu? Bukan hanya akan kehilangan Vincent, kamu juga bisa kehilangan nyawamu," terang Kevin pada wanita yang tak mampu berkata-kata lagi.     

"Lalu ... untuk apa Brian akan menghubungimu, Kevin? Bagaimana jika Brian mengetahui semuanya ini?" Laura sangat panik dan juga gelisah membahayakan apa yang mungkin saja terjadi.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.