Bos Mafia Playboy

Kejutan Besar



Kejutan Besar

0Imelda tentunya sangat malu, saat Brian berusaha untuk menggodanya. Wanita itu tak bisa menyembunyikan perasaannya, ia cukup tergetar dengan ucapan suaminya yang sangat mendebarkan dadanya.     
0

"Tidak ada yang namanya mandi bersama, Brian! Kita pasti akan melakukan hal lainnya tak sekedar mandi saja," balas Imelda dalam wajah yang memperlihatkan sedikit kekecewaan di dalam hatinya.     

"Tak masalah, Sayang. Bukankah kita juga pernah melakukannya?" Brian mulai menyentuh lengan sang istri dalam belain yang penuh arti. Mengisyaratkan sebuah perasaan yang seolah tak bisa ditahannya.     

Tanpa Brian mengatakan apapun juga, Imelda sudah bisa menebaknya. Sesuatu yang sangat diinginkan oleh suaminya itu. Tak ada pikiran sedikit pun bagi Imelda untuk menolak hal itu. Namun Imelda sangat tahu, jika kondisi dan juga keadaannya sangatlah berbeda. Mereka berdua sedang tinggal di sebuah rumah yang sangat asing bagi mereka.     

"Kita tak bisa melakukannya di sini, Brian," tolak Imelda dalam wajah sedih karena tak bisa memenuhi keinginan suaminya.     

"Bukankah kita melakukannya di kamar mandi?" Brian masih tak mengerti dengan penolakan Imelda terhadap dirinya.     

Wanita itu melebarkan senyuman di wajahnya. Imelda sangat mengerti jika Brian menjadi kesal karena penolakannya itu. Dia sangat tahu jika suaminya itu tak mungkin bisa menahannya lagi, terlihat dari ekspresi wajahnya yang mulai terlihat bergairah terhadap dirinya.     

"Jangan salah paham, Brian. Kamu juga tahu jika di kamar ini telah dipasang kamera tersembunyi, bisa saja di kamar mandi juga ada. Kita harus berhati-hati selama berada di rumah ini." Dengan tutur kata lembut dan juga penuh arti, Imelda menjelaskan semuanya pada pria yang masih terdiam tanpa mengalihkan pandangan dari dirinya.     

Terlihat wajah kelegaan dalam ekspresi Brian, awalnya ia berpikir jika Imelda sengaja ingin menolaknya. Namun sedikit penjelasan dari sang istri telah membuatnya langsung memahami dan juga mengerti keinginan Imelda.     

"Aku memang sempat salah paham padamu, Sayang. Namun sekarang tidak lagi ... aku ingin segera meninggalkan tempat ini secepatnya," ucap Brian pada wanita yang sejak tadi memandang wajahnya tanpa henti.     

"Apa suamimu ini terlalu tampan?" Brian melontarkan pertanyaan itu pada wanita cantik yang sudah menawan hatinya itu.     

Sontak saja lamunan Imelda tentang suaminya hancur begitu saja. Mendadak ia kesal karena Brian baru saja merusak angan-angannya. Bahkan wanita itu terlihat mengerucutkan bibirnya karena terlalu jengkel pada suaminya sendiri.     

"Kamu memang tampan Brian. Tapi ... kamu baru saja merusak khayalan indah saat bersamamu," lontar Imelda dalam wajah penuh kekecewaan.     

"Mengapa harus berkhayal? Aku sangat nyata di dalam hidupmu, Sayang. Jika masih tak percaya, sentuh saja tubuhku." Brian langsung mengarahkan tangan Imelda untuk menyentuh dadanya. Dia ingin wanita itu merasakan degup jantungnya yang cukup keras saat bersamanya.     

Imelda memandang kedua bola mata suaminya cukup dalam. Ia merasakan sebuah perasaan aneh yang tiba-tiba saja singgah di dalam hatinya. Membuatnya tanpa alasan menjadi sangat malu terhadap sosok pria di depannya itu. Tak ingin Brian terus menatap wajahnya, Imelda membenamkan wajahnya ke dada suaminya. Mencoba menyembunyikan wajah malu-malu itu dari seorang Brian Prayoga.     

"Jangan mengatakan apapun yang sangat vulgar, Brian. Aku merasa malu mendengarnya," protes Imelda pada suaminya. Dia tetap menyandarkan kepalanya di dada Brian. Mendengar setiap detak jantung pria yang sudah menggetarkan hatinya itu.     

"Jangan bilang kamu mulai menginginkan tubuhku ini, Sayang," goda Brian pada istrinya.     

Tanpa berpikir panjang, Imelda langsung memberikan gigitan pelan di dada suaminya. Dia terlalu gemas pada sosok pria yang selalu menggodanya itu     

"Sakit, Sayang!" seru Brian saat sang istri mulai menggigit pelan dadanya itu hingga meninggalkan sedikit bekas di kulitnya. Dia bukan kesakitan dalam artian yang sebenarnya. Brian hanya ingin mengerjai istrinya saja agar Imelda menjadi panik.     

"Maaf ... maaf, Brian. Aku terlalu gemas padamu," sahut Imelda dalam perasaan bersalah karena telah membuat suaminya itu kesakitan.     

Tanpa permisi atau mengatakan apapun pada istrinya, Brian langsung mendaratkan sebuah ciuman lembut di bibir Imelda. Sepertinya pasangan-pasangan pada umumnya, Brian melakukan sebuah ciuman yang cuma dalam dan juga sangat mendebarkan bagi Imelda. Wanita itu tak hanya diam saja, Imelda juga membalas setiap hisapan dan juga permainan lidah Brian di dalam mulutnya. Hingga sebuah ketukan pintu menghancurkan keromantisan di antara mereka berdua.     

"Sial! Siapa yang malam-malam begini berani mengetuk pintunya," kesal Brian cukup geram. Dia paling tak senang jika harus menghentikan sesuatu saat belum selesai untuk menyelesaikannya.     

"Bukalah dulu, Brian. Siapa tahu itu penting?" Imelda mencoba menenangkan hati Brian yang mulai kesal karena sebuah ketukan pintu yang sudah mengganggu kebersamaan mereka berdua.     

Brian langsung berjalan menuju pintu kamar itu, kemudian ia membuka pintunya. Terlihat seorang pelayan sudah berdiri di depan pintu dengan membawa beberapa makanan di tangannya.     

"Selamat malam, Tuan. Ini menu makan malam untuk Tuan dan Nyonya." Pelayan itu membawa masuk satu nampan besar berisi beberapa macam menu makanan yang sudah diletakkannya di atas meja. Setelah selesai menaruh dan menyiapkan menu makan malam, pelayan itu hendak meninggalkan kamar. Namun Imelda berusaha untuk menghentikannya.     

"Tunggu! Jangan pergi dulu!" Imelda segera menghampiri pelayan itu dan berdiri tepat di sampingnya. "Bantu aku menghabiskan makanannya. Aku terlalu kenyang karena memakan kue yang aku beli tadi." Imelda mencoba untuk membujuk perempuan muda itu.     

"Tapi Nyonya .... " Ingin rasanya pelayan itu menolak permintaan Imelda. Namun ia sangat ingat, betapa kejamnya wanita hamil itu jika sedang marah. Seolah tak ada pilihan lain, pelayan itu akhirnya menghabiskan beberapa makanan yang disukainya dan menyisakan beberapa karena tak sanggup lagi menampung makanan itu.     

Melihat makanannya tinggal tersisa sedikit, Imelda mencari sebuah kantong plastik dan meminta pelayan itu untuk membuang sisa makanan di atas meja.     

"Jika Mama menanyakan makanannya, katakan saja aku sangat menyukainya. Kalau perlu katakan saja jika kami berdua sudah menghabiskan makanan itu. Tapi ingatlah! Jangan katakan pada siapapun jika kami membuang makanannya." Imelda kembali memberikan sejumlah uang pada pelayan itu karena telah membantunya membuang makanan sampah yang di sajikan oleh ibu mertuanya.     

Pelayan itu terlihat sangat senang dan langsung mengucapkan terima kasih lalu keluar dari sana.     

"Apakah makanan itu juga mengandung obat tidur?" tanya Brian dalam wajah yang cukup terkejut karena Imelda kembali membuang makanan yang sudah disiapkan oleh Natasya.     

Imelda hanya tersenyum simpul pada suaminya, ia langsung mengambil beberapa makan yang sudah dibelinya saat dalam perjalanan menemui Martin.Dia sangat yakin jika akan ada pertunjukan besar malam nanti.     

"Kita tunggu dan lihat saja, Brian. Kejutan besar apa yang akan terjadi malam ini?" ucap Imelda dalam sebuah senyuman penuh arti.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.