Bos Mafia Playboy

Tertangkap Basah Oleh Sang Mertua



Tertangkap Basah Oleh Sang Mertua

0Davin Mahendra baru saja mendapatkan sebuah panggilan dari anak laki-lakinya, Vincent. Ia meminta agar sang ayah memberitahukan Imelda agar segera menemui dirinya di klinik saat itu juga.     
0

Tanpa membuang waktu, Davin Mahendra langsung beranjak menuju ke kamar di mana Imelda berada. Dari kejauhan terlihat jika kamar anaknya itu sedikit terbuka. Pria itu pun mempercepat langkahnya agar segera menyampaikan sebuah pesan dari Vincent itu. Ia pun segera mendorong pintu kamar dari anaknya itu.     

"Imelda! Vincent memintamu untuk menghubungi .... " Davin Mahendra langsung kehilangan kata-katanya. Sebuah pemandangan yang membuatnya tak mampu berkata-kata lagi. Pria itu langsung membalikkan badannya dan segera pergi dari sana. "Selesaikan cepat dan temui Papa!" seru Davin Mahendra sembari berjalan cepat untuk keluar dari kamar itu.     

Brian yang mendengar ucapan ayah mertuanya, langsung melepaskan Imelda dengan pelan. Rasa malu dan juga kehilangan harga dirinya, membuat ia tak bisa lagi melanjutkan permainan panasnya bersama Imelda.     

"Maaf, Sayang. Sepertinya aku sudah tak bisa melanjutkannya." Brian terlihat sangat frustrasi karena Davin Mahendra melihat betapa gilanya seorang Brian Prayoga pada sang istri. Seketika itu juga, wajahnya pucat. Ia tak tahu harus menaruh mukanya di mana.     

"Sayang .... " Baru saja ingin berucap, Brian justru kehilangan kata-katanya. Dia tak mampu mengatakan apapun kepada istrinya. Seolah otaknya mendadak kosong tak berisi apapun juga.     

Imelda yang menyadari hal itu langsung mendekati suaminya dan memegang wajah yang terlihat pucat pasi. "Brian .... Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan perasaan cemas.     

"Aku sangat malu pada Papa Davin. Papa sudah melihat kita .... " Brian tiba-tiba saja kembali terdiam tanpa suara. Ia tak mampu menahan rasa malu di dalam dirinya. Seperti sebuah pukulan keras yang langsung memukul jatuh lawannya.     

"Tak ada yang perlu kamu sesali, Brian. Papa pasti juga pernah mengalami masa-masa seperti yang kita alami sekarang," sahut Imelda dengan ucapannya yang lembut dan penuh arti kepadamu.     

Imelda cukup memahami perasaan suaminya itu. Dia hanya ingin menenangkan hati pria yang terus terdiam tanpa mengatakan apapun. Ia pun mengambil beberapa potong pakaian dan memakaikannya pada Brian. Imelda sangat mencintai suaminya itu, tak peduli seburuk apa kehidupan di masa lalunya. Sosok Brian Prayoga telah menyentuh hatinya yang paling dalam. Ia sangat yakin jika suaminya itu adalah jodoh terbaik untuknya.     

"Ayo kita temui Papa, Brian." Imelda menarik tangan suaminya dan mengajaknya menemui Davin Mahendra. Ia yakin jika ayahnya itu memiliki sesuatu yang penting untuk dikatakan.     

"Tapi, Sayang .... " Brian terlihat sangat ragu untuk mengikuti istrinya menemui sang ayah mertua.     

Dengan sekali gerakan pelan, Imelda melemparkan sebuah kecupan singkat di bibir Brian. Ia berusaha untuk menghilangkan perasaan tak nyaman di hati suaminya itu. Imelda berpikir jika sebuah ciuman mampu menghilangkan keresahan di dalam hati seseorang.     

"Aku ingin menemui Papa denganmu, Brian," pinta Imelda dalam wajah yang terlihat sedang memohon. Sangat jarang wanita itu sampai memohon kepada seseorang. Jika bukan pada Brian, ia tak ingin sampai merendahkan dirinya itu di hadapan pria lain. Bahkan dengan Davin Mahendra saja, Imelda tak pernah meminta hingga begitu memohon. Hanya Brian ... cuma Brian ... yang mampu membuat Imelda kehilangan akal sehatnya.     

Mau tak mau, Brian pun akhirnya menuruti keinginan wanita cantik yang sedang mengandung anaknya itu. Ia langsung merapikan rambut dan pakaiannya lalu keluar kamar bersama Imelda. Brian harus menekan segala rasa malu di dalam dirinya, ia tak ingin membuat Imelda kecewa dan menjadi sedih karena penolakannya.     

Dengan langkah pelan yang terlihat penuh keraguan, Brian dan Imelda mendatangi Davin Mahendra di ruang kerjanya. Mereka masuk ke ruangan itu dalam langkah yang bersaamaan.     

"Apa yang tadi ingin Papa katakan pada kami?" tanya Imelda dalam posisi masih berdiri di dekat suaminya. Ia melemparkan tatapan tajam dengan sedikit perasaan malu terselip di hatinya. Tak bisa dipungkiri, Imelda sebenarnya juga cukup malu dengan kejadian di kamarnya beberapa saat yang lalu itu.     

Davin Mahendra meletakkan beberapa dokumen di tangannya lalu memandang pasangan suami istri yang baru saja tertangkap basah olehnya itu. Dia bisa melihat wajah sangat malu yang ditunjukkan oleh Brian.     

"Tak perlu malu seperti itu, Brian. Papa sangat mengerti dengan kalian berdua. Hanya saja ... kamu harus lebih berhati-hati karena kehamilan Imelda masih sangat muda," ujar Davin Mahendra tanpa menyalahkan menantunya yang tertangkap basah sedang melakukan hubungan yang begitu menggairahkan dalam pintu yang terbuka.     

"Maaf, Pa. Aku tidak bermaksud untuk tidak sopan berada di rumah ini. Kupikir pintu kamar sudah tertutup rapat bahkan telah terkunci." Brian mencoba menjelaskan situasi dan juga kondisi yang dialaminya itu. Dia tidak dengan sengaja melakukan hal itu di depan ayah mertuanya sendiri. Sepenuh hati, ia menyesali segala perbuatannya yang terlihat sangat gila itu.     

Davin Mahendra bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Brian. Kemudian ia menepuk pundak suami dari anaknya itu dengan penuh perasaan.     

"Aku mengerti, Brian. Kamu tak perlu menjelaskannya lagi pada Papa." Sebuah senyuman hangat yang begitu tulus terukir di wajah Davin Mahendra. Pria itu jarang sekali tersenyum pada orang lain. Namun senyuman yang baru saja ditunjukannya itu memperlihatkan ketulusan seorang ayah kepada anaknya.     

"Terima kasih, Pa," ucap Brian dalam ketulusan di dalam dasar hatinya. Ia benar-benar berterima kasih karena ayah mertuanya sama sekali tak menyalahkannya. Walau bagaimanapun, Brian tetap saja bersalah karena tidak memeriksa kondisi sekitar.     

Suasana yang tadi terasa sangat menegangkan berubah hangat dan sangat nyaman. Davin Mahendra menyuruh mereka berdua untuk duduk di kursi yang berada di ruang kerjanya itu. Begitu anak dan menantunya sudah duduk, ia juga ikut duduk bersama mereka berdua.     

"Papa baru saja mendapatkan telepon dari klinik Dokter Kevin. Vincent ingin bertemu dengan kalian berdua, sepertinya suasana hatinya sedang buruk. Sayangnya, aku tak mengerti dengan yang dikatakannya itu. Yang kudengar jika ia sedang bertengkar dengan pacar barunya itu. Dan kamu, Imelda. Penyebab pertengkaran mereka adalah kamu," jelas Davin Mahendra cukup detail pada mereka berdua. Bahkan tak ada sesuatu pun yang terlewat dari keterangannya.     

Brian pun langsung mengingat sesuatu yang sedang dilewatkannya kemarin. Ia langsung menatap Imelda penuh arti. Dia yakin jika istrinya itu ada hubungannya dengan pertengkaran antara kekasih itu.     

"Apa yang terjadi, Sayang. Aku sudah menduga jika ada yang tidak beres dengan kalian. Bagaimana aku bisa lupa tak menghubungi Kevin kemarin?" Brian melemparkan tatapan tajam penuh tanda tanya besar pada istrinya. Ia sangat tahu jika Imelda menyembunyikan sesuatu darinya. Sejak kemarin ia sudah sangat penasaran, namun Brian justru melupakan hal penting itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.