Bos Mafia Playboy

Janji Yang Tak Main-Main



Janji Yang Tak Main-Main

0Mendadak Imelda langsung kehilangan kata-katanya. Dia tak tahu harus mengatakan apalagi kepada suaminya. Tak bermaksud untuk menyembunyikan hal itu, Imelda hanya tak ingin membuat beban Brian bertambah lebih banyak lagi.     
0

"Itu hanya kesalahpahaman saja, Brian. Laura merasa cemburu akan kedekatan Kak Vincent terhadapku," jelas Imelda dalam rasa bersalah karena menyembunyikan hal itu dari suaminya sendiri.     

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini, Imelda? Bagaimana kekasih Vincent bisa sangat cemburu padamu? Bukankah ia juga tahu jika kalian berdua bersaudara?" Davin Mahendra mulai menunjukkan wajah kesal atas penjelasan singkat dari anaknya itu. Tentu saja ia sangat marah saat ada sesuatu yang membuat kedua anaknya menjadi bermasalah.     

Sontak saja Imelda langsung memandang pria di sampingnya itu. Seolah ia sedang memohon pada Brian untuk menyelamatkan dirinya dari seorang Davin Mahendra. Wanita itu tak ingin menghadapi kemarahan ayahnya yang terkadang cukup menakutkan. Meskipun kemarahannya jauh lebih mengerikan dibandingkan ayahnya sendiri.     

Untung saja, Brian cepat mengerti dengan isyarat yang dikirimkan Imelda terhadapnya. Dengan penuh keyakinan dan juga cinta yang begitu besar, Brian menggenggam tangan Imelda sembari memandang wajah ayah mertuanya.     

"Biar aku yang mengantarkan Imelda ke klinik, Pa. Aku pastikan jika semua akan baik-baik saja." Brian mencoba untuk meminta ijin pada ayah mertuanya agar ia sendiri yang mengurus semuanya. Sang ayah mertua tak perlu ikut campur dalam pertengkaran kecil di antara mereka itu.     

"Aku serahkan Imelda dan juga masalahnya padamu, Brian. Papa juga harus segera kembali ke markas sekarang juga." Davin Mahendra bangkit dan segera membereskan semua dokumen penting miliknya sebelum kembali ke markas.     

Tanpa menunggu lagi, Brian mengajak Imelda untuk segera ke klinik milik Kevin. Ia ingin semuanya segera diselesaikan dengan sangat baik.     

Begitu masuk ke dalam mobil, Brian pun melajukan mobilnya secepat mungkin menuju ke tempat di mana Vincent dan Laura berada. Mereka berdua sangat penasaran, apa yang sebenarnya telah terjadi pada Vincent. Mereka tak ingin jika hubungan Vincent dan Laura menjadi kacau hanya karena kesalahpahaman di antara mereka saja.     

Dalam beberapa menit saja, Brian sudah membawa Imelda sampai di depan klinik itu. Terlihat mobil milik Laura masih terparkir di halaman parkir klinik itu. Mereka berdua langsung masuk ke dalam sebuah ruangan, di mana Vincent harus menjalani perawatan di sana.     

Begitu membuka pintu kamar itu, terlihat Kevin, Vincent dan Laura sudah berada di dalam sana. Imelda berjalan penuh keyakinan ke arah kakaknya yang sedang duduk dengan bersandar di atas ranjang.     

"Kenapa Kak Vincent memintaku datang ke sini?" tanya Imelda dalam wajah penasaran sekaligus tidak sabar untuk menunggu jawaban dari kakaknya itu.     

Vincent memandang Imelda penuh rasa sesal. Dia sangat menyesal saat adik kesayangannya itu diperlakukan dengan buruk oleh kekasihnya sendiri. Meskipun kemarin Vincent tidak sadar karena obat tidur yang disuntikkan oleh Kevin, meskipun samar-samar ia mendengar pertengkaran di antara mereka.     

"Apa kamu tak marah saat Laura mengatakan hal buruk padamu?" tanya Vincent dalam wajahnya yang masih sedikit pucat antara sadar dan tak sadar.     

"Itu hanya kesalahpahaman, Kak. Tak ada yang terjadi di antara kita berdua." Imelda mencoba untuk menjelaskan jika mereka berdua sama sekali tak melakukan sesuatu yang mempengaruhi hubungan keduanya.     

Vincent tersenyum sini melirik dua wanita di dalam hidupnya. Dia sama sekali tak mengerti mengapa kedua wanita itu memilih untuk merahasiakan hal itu.     

"Jangan pikir aku bodoh, Imelda. Meskipun tubuhku tertidur, aku masih mendengar segala kekacauan dan juga keributan di antara kalian," sahut Vincent dalam wajah geram karena kedua wanita itu sama sekali tak ada yang mengatakan apapun padanya.     

Tak ada yang menyahut atau memberikan jawaban pada ucapan Vincent. Mereka semua tak mau menambahkan suasana menjadi lebih buruk lagi .     

"Maaf, Kak. Aku tak ada maksud apapun," sesal Imelda pada seorang pria yang sudah cukup lama meninggalkan dirinya.     

"Aku tak butuh kata maaf darimu!" tegas Vincent pada wanita cantik yang datang bersama Brian Prayoga.     

Saat itu juga, Vincent langsung melemparkan tatapan tajam pada kekasihnya, Laura. Wanita itu masih saja terdiam sejak kehadiran Imelda dan Brian di ruangan itu. Tak peduli bagaimanapun, kekacauan di antara mereka baru berakhir saat itu juga. Vincent sangat tahu jika kekasihnya itu sangat cemburu terhadap kedekatannya dengan Imelda.     

"Laura .... Kamu bisa memutuskannya sekarang!" tegas Vincent pada kekasihnya yang baru.     

"Apa maksudmu, Vincent? Apa yang harus aku putuskan sekarang? Aku sama sekali tak mengerti dengan ucapanmu itu," sahut Laura dalam wajah cemas dan juga bingung pada ucapan dari kekasih barunya itu.     

"Jika kamu tak bisa menerima Imelda sebagai adikku ... lebih baik kita akhiri saja hubungan kita ini. Tidakkah kamu tahu, aku pernah meninggalkan Imelda di saat-saat terburuk di dalam hidupnya." Vincent menghentikan perkataannya, merasakan rasa sakit yang mendalam karena rasa penyesalannya pada sang adik.     

"Sampai detik ini pun, aku merasa sangat berdosa meninggalkan Imelda di hari ia baru saja kehilangan Mama." Tiba-tiba saja suara Vincent bergetar hebat, ia mengingat kebodohannya di masa lalu. Ingin rasanya ia mengutuk perbuatannya sendiri. Dia merasa menjadi pria tak bertanggung jawab karena meninggalkan adiknya sendiri.     

"Cukup, Kak!" teriak wanita yang sedang mengandung penerus dari keluarga Prayoga dan Mahendra itu.     

Tanpa sadar, Imelda meneteskan air mata. Dia mengingat dengan jelas pada hari itu. Semua orang pergi dan membiarkan dirinya merasa sendirian. Seolah ia tak memiliki tujuan di dalam hidupnya. Semua perkataan Vincent itu hanya menambahkan luka yang semakin dalam di dasar hatinya.     

Brian memberikan sebuah pelukan, begitu menyadari Imelda begitu sedih dan terluka karena ucapan kakak iparnya.     

"Lebih baik Kak Vincent tak menyeret Imelda dalam hubungan percintaan kalian. Istriku pasti akan ikut bahagia jika Kak Vincent juga bahagia." Brian sengaja meluruskan apa yang seharusnya diluruskan. Ia tahu jika Imelda pasti lebih mementingkan kebahagiaan dari kakaknya itu.     

Sebuah tatapan tajam dilemparkan Vincent kepada Laura. Sebuah perasaan ragu tiba-tiba singgah di dalam hatinya. Dia mulai meragukan wanita yang baru beberapa hari menjadi kekasihnya itu.     

"Jika Imelda tidak bahagia, aku juga tak akan mengejar kebahagiaanku. Aku tak peduli jika harus terus menderita seumur hidupku," tegas Vincent dengan sebuah lirikan mata ke arah kekasihnya.     

"Jangan lakukan itu, Vincent. Kumohon! Aku sangat mencintaimu, tak peduli dengan apapun lagi. Bantu aku untuk memperbaiki diriku, Vincent. Aku berjanji tidak akan cemburu ataupun iri kepada Dokter Imelda. Jika hal itu sampai terjadi, aku sendiri yang akan meninggalkan dirimu." Atas perasaan cintanya yang mendalam terhadap Vincent, Laura baru saja mengikrarkan sebuah janji yang tidak main-main. Entah ia mampu atau tidak, Laura akan berusaha menempati janjinya.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.