Bos Mafia Playboy

Cinta Yang Menghilangkan Akal Sehat



Cinta Yang Menghilangkan Akal Sehat

0Brian tak bisa lagi menahan hasratnya untuk segera ke toilet. Pria itu bangkit dari kursinya lalu berjalan cepat ke sebuah toilet yang berada di pojok restoran. Saking terburu-buru, Brian tak menyadari ada seseorang yang sedang menyusulnya ke toilet. Pria itu langsung masuk ke toilet pria dan menutup pintunya rapat.     
0

Begitu selesai dengan urusannya di dalam toilet, Brian langsung keluar dan mendapati Eliza yang sudah berdiri di depan wastafel yang berada di antara toilet pria dan wanita. "Untuk apa kamu mengikuti sampai ke toilet?" ketus Brian pada wanita yang berprofesi sebagai jaksa itu.     

"Ayolah, Brian. Setidaknya kamu masih menginginkan aku sedikit saja," goda Eliza dengan tangan yang mulai meraba seorang pria yang telah membuatnya benar-benar gila. Ia tak peduli dengan reputasinya sebagai jaksa yang cukup ternama. Di otak Eliza, hanya ada seorang Brian Prayoga tak ada yang lain. Bahkan ia memilih untuk menjadi jaksa semata-mata agar bisa membantu Brian jika terlibat masalah hukum.     

"Jauhi aku! Jangan pernah mengusik hidupku!" Dengan sedikit dorongan pelan saja, Brian berhasil membuat Eliza sedikit menjauhinya. Dia sudah tak tahan dengan sikap murahan yang dilakukan Eliza kepadanya.     

Untung saja sedikit dorongan Brian tak membuat wanita itu terjatuh ke lantai. Eliza hanya berada sedikit jauh saja dari pria itu. Saat melihat Brian hendak keluar dari sana, dengan gerakan cepat ... Eliza memeluk suami dari Imelda Mahendra itu.     

"Kumohon, Brian. Biarkan aku memelukmu sebentar saja." Eliza benar-benar memohon pada pria beristri itu, seolah ia telah kehilangan harga dirinya. Dia tak peduli dengan pemikiran Brian kepadanya, Eliza hanya ingin mencurahkan perasaannya pada pria yang menjadi cinta pertamanya itu.     

Dengan sekuat tenaga, Brian mencoba melepaskan Eliza yang sedang memeluk tubuhnya sangat erat. Dia sama sekali tak tergoda atau pun tergerak untuk menyentuh wanita itu.     

"Kamu sudah gila, Eliza! Aku ini pria beristri, tak pantas kamu memperlakukan aku seperti itu," tegas Brian dalam amarah yang semakin membakar dirinya.     

"Aku tak peduli, Brian. Bahkan aku sangat rela jika hanya menjadi wanita simpanan bagimu." Dengan lantang dan penuh keyakinan, Eliza menanggapi perkataan Brian kepadanya. Ia telah melupakan harga dirinya sebagai seorang wanita terhormat dari keluarga Hartanto.     

"Dasar tidak waras!" Brian mendorong wanita itu dan meninggalkannya begitu saja. Ia tak peduli dengan perasaan Eliza yang mencintainya sejak mereka berdua kuliah dalam satu universitas yang sama.     

Eliza terduduk tak berdaya dalam hati yang benar-benar hancur karena penolakan Brian untuk yang kesekian kalinya. Dia tak peduli harus menunggu ataupun harus mengorbankan apapun, asal ia bisa bersanding dengan pria yang dicintainya, Brian Prayoga.     

Di sisi yang lainnya, Brian tentunya langsung meninggalkan Eliza dan kembali ke sebuah meja yang tadi sudah dipesannya bersama Kevin dan juga istrinya, Imelda. Namun sayangnya ... ia tak melihat sang istri di tempat yang dipesannya tadi. Hanya terlihat Kevin duduk seorang diri sembari menatap layar ponsel miliknya.     

"Di mana Imelda?" Dalam wajah panik, Brian menghampiri sahabatnya itu dan menanyakan keberadaan istrinya.     

"Dokter Imelda mengatakan kurang enak badan dan pulang duluan. Dia sudah menunggu cukup lama di sini dan kamu malah berduaan dengan Eliza di toilet itu," terang Kevin yang juga ikut kesal karena Brian terlalu lama berada di dalam toilet.     

Seketika itu juga, Brian menarik rambutnya sendiri. Dia benar-benar merasa sangat bodoh karena tak segera kembali begitu selesai dari toilet. Sebuah penyesalan yang datang sudah sangat terlambat baginya.     

"Mengapa kamu tak mengantar Imelda untuk pulang?" Sebuah pertanyaan yang terdengar sedang menyalahkan Kevin karena tak memastikan sendiri jika Imelda pulang dengan selamat.     

"Kamu pikir ... Dokter Imelda wanita yang begitu mudah. Aku sudah menawarkan diri untuk mengantarnya, ia langsung menolak tawaranku. Lalu ... aku bisa apa?" Kevin sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik yang bisa dilakukannya. Lagi-lagi Dokter Imelda langsung menolak dirinya tanpa berpikir panjang.     

Tanpa berpikir lagi, Brian memberikan kartu kredit miliknya kepada Kevin lalu berlari ke halaman klinik untuk mengambil mobilnya. Dia harus segera menemukan Imelda secepatnya. Brian sangat khawatir jika hal buruk sampai terjadi pada istrinya itu.     

Dengan kecepatan yang cukup tinggi, Brian kembali ke rumah kediaman Mahendra. Sampai di sana, ia sama sekali tak menemukan Imelda di rumah itu. Dia pun memutuskan untuk bertanya pada bodyguard yang berjaga di rumah itu.     

"Apa kalian melihat Imelda pulang?" tanyanya kepada beberapa pria tinggi besar yang berjaga di dekat gerbang.     

"Bukankah Nona Imelda meninggalkan rumah bersama Anda, Tuan?" Sebuah pertanyaan yang membuat Brian langsung panik dan langsung masuk kembali ke dalam mobilnya. Ia kembali melajukan mobilnya untuk mencari keberadaan sang istri.     

Seolah tanpa henti, Brian terus menghubungi ponsel Imelda. Namun wanita itu sama sekali tak menerima semua panggilan yang sudah dilakukannya. Untung saja, Davin Mahendra sedang tidak berada di rumah. Andai pria tua itu tahu jika Brian sampai kehilangan Imelda, tentunya ia tak mungkin bisa selamat dari amukan ayah mertuanya itu.     

"Kemana kamu, Sayang?" gumam Brian dalam kegalauan dan juga kecemasan di dalam hatinya. Ia benar-benar tak bisa berpikir dengan benar, otaknya mendadak tak berguna baginya. Beberapa kali, Brian hanya bisa menghujat dirinya sendiri. Tak berdaya, saat tak bisa menemukan wanita yang dicintainya itu.     

Sekuat hati dan juga jiwanya, Brian mencoba untuk tenang. Menarik nafasnya cukup dalam lalu kembali menghembuskan nafasnya keluar. Dia harus berpikir jernih agar dapat mencari keberadaan Imelda.     

Dia pun mengingat saat Kevin mengatakan jika Imelda pulang ke rumah. "Rumah yang mana? Mungkinkah ia pergi ke vila?" Brian bertanya pada dirinya sendiri tanpa menghentikan laju mobilnya secepat mungkin.     

Brian pun langsung mendatangi sebuah rumah yang selama ini disebutnya vila. Ia berharap jika Imelda pulang ke rumah itu. Begitu sampai di depan rumah, Brian langsung menuju ke kamarnya. Tetap saja ia tak menemukan wanita yang sedang mengandung anaknya itu.     

"Apa istriku kembali ke sini?" Brian bertanya pada seorang pelayan yang kebetulan akan membersihkan kamarnya.     

"Sejak Anda dan Nyonya pergi, beliau tidak pernah kembali ke sini, Tuan," jawab pelayan itu dengan sangat sopan dan juga ramah.     

"Sial! Kemana Imelda pergi?" Ingin rasanya Brian berteriak sekeras mungkin. Rasanya dia sudah tak tahan lagi untuk segera menemukan istrinya.     

Pria itu akhirnya mengambil ponselnya lagi, dan kembali menghubungi Imelda. Namun tetap saja, wanita itu tak menjawab panggilannya. Seolah tak ada lagi jalan lainnya, Brian memutuskan untuk menghubungi Martin. Dia berpikir jika hanya Martin yang bisa menemukan Imelda. Pria itu sangat hebat dalam mencari keberadaan seseorang.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.