Bos Mafia Playboy

Awal Sebuah Kehancuran



Awal Sebuah Kehancuran

0Mereka semua saling memandang dalam suasana yang tiba-tiba berubah semakin menegangkan. Sebuah tatapan dingin dari Davin Mahendra berhasil membuat semua menjadi sangat mencekam dan juga menakutkan     
0

"Apa yang ingin Papa katakan pada kami? Apa ini tentang alasan Papa telah menikahi Mama?" Imelda langsung saja melemparkan pertanyaan itu. Dia tak tahan untuk tidak menanyakan hal itu pada ayahnya sendiri.     

Davin Mahendra tetap saja tetap berusaha untuk tetap tenang. Dia berpikir jika semuanya harus segera diungkapkan sebelum terlambat. Apalagi kembalinya Natasya yang tiba-tiba berhasil mengacaukan segalanya. Pria itu sedikit takut jika mantan sahabatnya itu justru akan menghancurkan keluarganya.     

"Besok lusa, Papa harus dinas keluar kota. Oleh karena itu, Papa ingin menceritakan sebuah kebenaran yang memang sudah seharusnya kalian ketahui." Davin Mahendra langsung terdiam. Dia berusaha untuk mempersiapkan hati dan juga dirinya untuk menceritakan kejadian di masa lalunya.     

"Semua kehancuran dua keluarga ini, dimulai dari satu kesalahan Papa di malam itu .... " Davin Mahendra merasakan begitu berat untuk menceritakan aib di dalam dua keluarga itu.     

Beberapa tahun yang lalu....     

Hari itu, Davin Mahendra baru saja mendapatkan sebuah promosi kenaikan jabatan. Untuk merayakan hal itu, ia berniat mengajak ketiga sahabatnya untuk bermalam di sebuah vila milik keluarganya. Dia pun langsung menemui Adi Prayoga untuk memberitahukan kabar bahagia itu. Tanpa membuang waktu, Davin Mahendra mendatangi sahabatnya itu.     

"Hey, Bro! Apakah kamu sibuk malam ini?" tanya Davin Mahendra pada sahabat dekatnya selama menjadi agen intelijen.     

Adi Prayoga langsung memandang ke arah sahabatnya itu, ia melemparkan senyuman hangat pada seseorang yang baru saja mendapatkan kenaikan jabatannya.     

"Selamat, Bro. Kamu benar-benar hebat! Haruskah aku memanggilmu dengan sebutan 'Pak'?" Adi Prayoga langsung terkekeh geli mendengar ledekkannya pada sang sahabat. Mereka berdua mengobrol beberapa saat untuk membicarakan pesta perayaan yang akan mereka lakukan untuk Davin Mahendra.     

"Kita ajak Irene dan juga Natasya sekalian. Kita berempat bisa menghabiskan malam sambil menikmati suasana pegunungan yang tentu saja sangat menyenangkan." Davin Mahendra ingin mengajak dua sahabatnya yang lain untuk bergabung merayakan kenaikan jabatannya.     

"Aku akan menghubungi Irene. Sepertinya kekasihku itu sedikit sibuk akhir-akhir ini. Biar dia yang mengajak Natasya, mereka kan bekerja di rumah sakit yang sama," sahut Adi Prayoga pada sahabatnya itu.     

Mereka berdua menyiapkan sebuah pesta perayaan khusus hanya untuk mereka berempat. Kedekatan mereka benar-benar tak bisa terpisahkan. Apalagi, Adi Prayoga dan juga Irene juga akan segera meresmikan hubungan mereka. Sedangkan Natasya, adalah sahabat terdekat Irene. Mereka berhubungan sejak SMA. Bahkan keluarga Irene yang telah membiayai kuliah Natasya hingga menjadi seorang dokter. Hal itu yang membuat Natasya selalu merasa berhutang budi pada sahabatnya itu.     

Beberapa jam kemudian, keempat sahabat itu sudah berada di sebuah vila milik keluarga Mahendra. Berbagai macam makanan maupun minuman sengaja disiapkan oleh Davin Mahendra untuk merayakan promosi kenaikan jabatannya.     

"Apa yang akan kita lakukan malam ini?" tanya Natasya yang masih mengeluarkan barang-barangnya dari mobil     

Irene melihat sekeliling vila, terlihat suasana begitu nyaman dan cukup menyenangkan. "Sepertinya kita akan pesta hingga pagi," sahutnya sembari berjalan masuk menyusul Adi Prayoga dan juga Davin Mahendra.     

Dari kejauhan, Adi Prayoga keluar dari vila itu dan membantu dua orang perempuan yang kesulitan membawa barang-barangnya. "Biar aku yang membantu kalian berdua," tawar Adi Prayoga pada kedua sahabatnya itu.     

"Kenapa kita harus jauh-jauh kesini?" gerutu Irene pada kekasihnya. Wanita itu sebenarnya tak begitu menyukai acara pesta-pesta semacam itu. Dia lebih suka menghabiskan waktu di rumah sakit atau berdiam diri bersama kekasihnya saja.     

"Sudahlah, Sayang. Jika bukan karena Davin Mahendra yang mendapatkan promosi, aku lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersamamu saja. Anggap saja ini seperti pesta lajang sebelum kita menikah." Adi Prayoga mencoba untuk membujuk Irene agar bisa merasa nyaman dengan pesta kecil-kecilan itu.     

Begitu masuk ke dalam, mereka duduk di sebuah meja ala restoran Jepang dengan alas duduk langsung di atas lantai. Banyak menu makanan yang dipanggang ataupun makanan berkuah yang tersaji di meja besar di depan mereka.     

Setelah sesi makan malam selesai, Davin Mahendra masuk ke dalam lalu keluar dengan membawa beberapa minuman di dalam botol. Dia tersenyum penuh arti memandang ketiga sahabatnya itu. "Aku ingin kita bersenang-senang malam ini," cetus Davin Mahendra dengan sebuah lirikan mata ke arah Adi Prayoga.     

"Maaf. Aku tak bisa ikut minum bersama kalian, biar Natasya aja yang menemani kalian berdua." Irene langsung menolak ajakan sahabatnya itu. Bukan tanpa alasan, Irene memang tak pernah mencoba minuman beralkohol.     

"Aku akan mencobanya sedikit saja, besok pagi aku harus berjaga di IGD," jelas Natasya sembari mengambil segelas minuman yang baru saja dituangkan oleh Davin Mahendra.     

Adi Prayoga sedikit tak enak karena Irene menolak minuman yang ditawarkan oleh Davin Mahendra. Ia pun berpikir untuk membujuk kekasihnya itu agar mau minum bersama dengan mereka semua.     

"Ayolah, Sayang. Bukankah besok kamu libur? Kita bisa minum sedikit saja," bujuk Adi Prayoga pada wanita yang sangat dicintainya.     

"Kamu tahu sendiri jika aku tak bisa meminumnya," protes Irene pada bujukan Adi Prayoga.     

Pria itu lalu mendekatkan telinganya dan berbisik pada Irene. "Kumohon, Sayang. Sekali saja, aku tak enak pada Davin Mahendra. Dia sudah menyiapkan semua ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kita mengecewakannya," ucap Adi Prayoga lirih sembari mengecup kening Irene.     

"Jangan pamer kemesraan pada kami!" ketus Natasya saat melihat kemesraan di antara mereka. Dia sangat kesal karena mereka melarang dirinya untuk membawa sang kekasih. Davin Mahendra ingin pesta itu hanya untuk mereka berempat saja.     

Irene hanya tersenyum melihat kekesalan Natasya pada mereka. "Seharusnya kamu juga mengajak kekasihmu ikut bersama di sini," sahut Irene sembari memeluk lengan sang kekasih.     

"Sang tuan rumah sudah memberitahu, katanya ini pesta khusus buat kita saja. Aku sangat cemburu melihat kalian berdua," keluh Natasya pada mereka semua.     

Seolah sedikit menyesal karena telah melarang Natasya mengajak kekasihnya, ia pun mendekati wanita itu. Memandangnya penuh arti sembari melemparkan senyuman hangat. "Jika kamu ingin memeluk seseorang, aku bisa menggantikan kekasihmu itu, Natasya," goda Davin Mahendra sambil mengedipkan matanya untuk menggoda wanita di sampingnya.     

"Jangan macam-macam kamu, Mahendra! Aku bisa saja menjadi pembunuh berdarah dingin jika sedang muak dengan tingkah konyolmu." Mereka semua langsung terkekeh geli mendengar jawaban yang sekaligus menjadi ancaman bagai Davin Mahendra. Natasya benar-benar tak suka dengan gurauan yang sedikit berlebihan baginya.     

"Kamu terlalu meremehkan aku, Natasya. Jangan kaget jika aku berhasil menaklukkan hatimu," balas Davin Mahendra sambil terus tersenyum menggoda sahabatnya itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.