Bos Mafia Playboy

Martin Adalah Milikku



Martin Adalah Milikku

0Martin sangat terkejut mendengar permintaan Eliza terhadap dirinya. Semua yang sudah dilakukannya, semata-mata hanya untuk menenangkan hati wanita yang sedang dilanda kesedihan itu. Namun tanggapan wanita itu justru melebihi harapan Martin. Ia tak menyangka kalau Eliza akan mengatakan hal itu kepadanya.     
0

"Bukannya aku ingin menolak permintaanmu, kamu tahu sendiri jika aku hanya mencintai Imelda. Aku tak ingin memulai segala sesuatu dengan kebohongan," jelas Martin penuh dengan perasaan ragu dan juga tak tega pada wanita di hadapannya.     

"Aku masih ingat dengan hal itu. Mari kita mencoba untuk memulai sebuah hubungan baru. Kita sama-sama tahu jika Brian dan juga Imelda adalah pasangan yang tak mungkin terpisahkan." Eliza tiba-tiba terdiam, ia ingin melihat ekspresi wajah Martin setelah mendengar perkataannya. "Atau jangan-jangan, kamu ingin .... " Wanita itu sengaja tak melanjutkan ucapannya.     

Tanpa menyelesaikan perkataannya, Martin sangat tahu dengan seseatu ya sedang dipikirkan oleh wanita di depannya itu. Ia tak mungkin melakukan hal bodoh yang akan menyakiti Brian dan juga Imelda.     

"Jangan berpikir yang tidak-tidak tentang diriku. Meskipun aku sudah mencintai Imelda sejak lama, bahkan saat ia masih duduk di bangku SMA. Namun tak pernah terbersit di benakku untuk merebut Imelda dari Brian," ungkap Martin pada wanita yang sejak tadi terus menatapnya tanpa berpaling sedikit pun.     

Sebuah jawaban dari Martin itu, justru membuat Eliza semakin mengagumi sosok pria yang ada di depannya itu. Selain ia adalah sosok penyelamatan bagi Eliza, pria itu juga menunjukkan sikap yang sangat bijaksana dalam memutuskan apapun.     

"Apa yang membuatmu melakukan hal itu?" Eliza menjadi sangat penasaran dengan alasan Martin bisa melakukan perbuatan semulia itu pada Brian dan juga Imelda.     

"Ada sesuatu yang tak mungkin kukatakan padamu. Lagipula hubungan kita tak sedekat itu untuk saling mengungkapkan masa lalu satu sama lain," sahut Martin sembari memberikan sebuah tatapan lembut penuh arti.     

Tak peduli dengan masa lalu yang telah dilalui oleh Martin, wanita itu semakin yakin untuk menjalani hubungan lebih dekat dengan pria di depannya. Bahkan Eliza sudah membulatkan hatinya untuk menaklukkan sosok pria yang terlihat begitu peduli pada hidupnya.     

"Mari kita mulai hubungan ini. Aku tak peduli dengan segala masa lalu di dalam hidupmu. Keyakinan di dalam hatiku sudah memilihmu untuk menjadi penjaga hidupku. Haruskah aku bersujud di kakimu agar kamu mau menerimaku, Martin?" Dengan gerakan cepat, Eliza benar-benar sudah berlutut di hadapan pria itu. Ia sama sekali tak peduli dengan apapun lagi.     

Tanpa mereka berdua sadari, Johnny Hartanto sudah berdiri di depan pintu kamar Martin. Ia mendengar dan menyaksikan sendiri saat adik perempuannya seolah sedang melamar seorang pria yang tak lain adalah temannya sendiri. Johnny Hartanto tak pernah membayangkan jika Eliza bisa begitu mudah melepaskan Brian, seorang pria yang dicintainya sejak masih kuliah.     

"Apa yang kamu lakukan, Eliza?" seru Johnny Hartanto pada adik perempuan satu-satunya. "Cepat bangunlah!" Ia mencoba untuk membuat Eliza bangkit dari hadapan Martin.     

"Kak! Biarkan aku memperjuangkan pria yang benar-benar pantas untuk aku cintai. Kalau dulu Kakak melarang aku mengejar Brian Prayoga ... apa Kakak juga akan melakukan hal yang sama terhadap perasaanku pada Martin?" Eliza melontarkan sebuah pertanyaan yang berhasil membuat seorang Johnny Hartanto seakan mendapatkan sebuah tamparan keras.     

Martin langsung menatap teman lamanya itu dengan tanda tanya besar. "Bagaimana kamu bisa masuk, Johnny?" tanyanya dengan wajah penasaran.     

"Bukankah pintunya tidak terkunci?" jawab Johnny Hartanto.     

Mendengar jawaban Johnny Hartanto itu, Martin dan Eliza langsung saja melemparkan tatapan heran. Mereka berdua masih tak percaya dengan jawaban dari seorang pengacara di depannya itu. Jelas-jelas mereka melihat sendiri saat Eliza sangat kesulitan untuk membuka pintunya. Wanita itu bahkan terlihat sangat frustrasi karena tak bisa membukanya.     

"Tidak bisakah kamu menerima permintaan adik perempuanku, Martin? Kasihan Eliza harus terus berlutut di hadapanmu." Johnny Hartanto ikut memohon kepada Martin agar menerima permintaan dari Eliza.     

"Bangunlah, Eliza. Jangan sampai Johnny Hartanto memutuskan pertemanan kami karena ulahmu." Martin pun sedikit memaksa wanita yang sudah berlutut sejak tadi di hadapannya itu. Sebenarnya ia tak tega melihat Eliza yang tampak menyedihkan. Namun ia sangat ragu untuk bersanding dengan seorang wanita terhormat seperti Eliza Hartanto. "Lagipula ... aku tak pantas bersanding denganmu," lanjutnya dengan penuh keyakinan.     

Eliza sudah berdiri di depan Martin, menatap pria itu sangat tajam. Sebuah pandangan penuh arti yang penuh keyakinan. "Aku yang memutuskan, kamu pantas atau tidak untukku," tegasnya.     

Dengan sangat tiba-tiba, Eliza mengecup bibir Martin tanpa persetujuan dari pria itu. Dia tak peduli jika Martin akan menolaknya. Bahkan ia tak peduli pada Johnny Hartanto yang masih berada di ruangan itu.     

"Hentikan, Eliza!" Johnny Hartanto terlihat murka saat mendapati adiknya bersikap murahan pada Martin. Ia tak menyangka jika adik perempuan satu-satunya itu bisa bersikap tak tahu malu di hadapannya. Dia pun menarik Eliza agar tak melakukan hal yang lebih gila pada temannya itu.     

Seolah tanpa dosa, Eliza justru tersenyum penuh kemenangan pada dua pria di sebelahnya itu. Ia merasa sangat bangga bisa menunjukkan kedekatannya pada Martin.     

"Mulai hari ini, Martin adalah milikku. Aku akan menghancurkan siapapun yang merebutnya dariku," tegas Eliza sembari memandang dua pria itu secara bergantian.     

"Sepertinya kamu masih sangat mabuk!" balas Johnny Hartanto. Ia sama sekali tak memahami kegilaan yang dilakukan oleh Eliza. Pria itu hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil memandangi adik perempuannya yang bertingkah di luar batas.     

Wanita itu justru memperlihatkan senyuman licik yang penuh arti pada Martin dan juga Johnny Hartanto. Eliza sangat sadar dengan ucapannya, ia akan melakukan apapun untuk mendapatkan hati Martin.     

"Bukankah Kakak pernah ingin menjodohkan aku dengan temanmu? Mungkinkah temanmu itu adalah Martin?" Eliza sengaja menanyakan hal itu pada Johnny Hartanto. Ia masih mengingat dengan jelas, saat kakaknya itu datang menemuinya dan mengatakan ingin mengenalkan seorang pria pada dirinya.     

"Benar. Namun melihat kegilaan yang sudah kamu lakukan, aku menjadi sangat malu pada Martin. Aku tak mungkin menjodohkannya dengan wanita sepertimu. Tentu saja, Martin juga akan menolak permintaanmu itu," terang Johnny Hartanto tanpa mengetahui hal apa saja yang telah dilakukan oleh mereka berdua sebelum kedatangannya.     

Eliza tersenyum penuh kemenangan pada Johnny Hartanto. Ia merasa sudah mendapatkan hati Martin meskipun pria itu tak mengatakan apapun padanya. Rasanya terlalu membahagiakan saat mengetahui perjodohan tentang dirinya dan juga Martin.     

"Apa Kakak ingin mengetahui apa saja yang sudah kulakukan bersama Martin tadi? Kami berdua sudah melakukan .... "Dengan gerakan cepat, Martin kembali membungkam Eliza dengan ciuman dari bibirnya. Sepertinya pria itu sudah melupakan keberadaan temannya itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.