Bos Mafia Playboy

Menerobos Atau Menyelinap



Menerobos Atau Menyelinap

0Imelda masih berdiri dalam kegelisahan yang menyelimuti hatinya. Dia masih sangat penasaran dengan alasan Jeffrey yang tiba-tiba datang ke kediaman keluarga Mahendra. Menurutnya, hal itu tentu sangat aneh dan juga cukup mencurigakan. Seolah pria itu sedang mencari tahu tentang sesuatu yang ingin diketahuinya.     
0

Dalam kegelisahan yang tak kunjung hilang, Imelda tak menyadari saat Brian sudah memperhatikan dirinya sejak tadi. Ia sengaja tak langsung menemui Imelda karena ingin melihat istrinya itu tanpa sebuah perasaan yang ditutupinya.     

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Sayang?" Brian sengaja mengejutkan wanita yang terlihat tidak tenang dan juga sangat bingung.     

"Brian! Sejak kapan kamu berdiri di sana?" Terlukis ekspresi terkejut di wajah cantik Imelda yang terlihat sedikit lelah.     

Tanpa menjawabnya lebih dahulu, Brian justru memberikan sebuah pelukan hangat dan penuh cinta pada wanita yang dinikahinya beberapa waktu yang lalu. Rasanya ... ia tak rela melihat Imelda terus gelisah.     

"Tenanglah, Sayang. Jangan terlalu dipikirkan terlalu keras. Kita bisa meminta Martin untuk membantu kita," hibur Brian pada wanita yang sangat dicintainya.     

"Tidak bisakah kita meminta Martin ke sini sekarang?" Imelda mengatakan hal itu dengan nada memohon. Bahkan ia telah melupakan jika Martin tak mungkin mendatangi kediaman Mahendra.     

Belum sempat menghubungi Martin, tiba-tiba saja Marco mendatangi rumah itu. Dia tersenyum hangat pada Brian dan juga anak dari atasannya itu. Marco sengaja datang ke rumah itu atas perintah dari Davin Mahendra.     

"Apa kabar, Imelda? Bos memintaku datang untuk mengambil beberapa pakaian untuknya. Sepertinya beliau tidak akan pulang untuk beberapa hari ke depan." Marco menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke rumah itu. Dia datang ke sana atas perintah pribadi dari atasannya itu.     

"Apa Papa ada dinas di luar kota, Marco?" tanya Imelda dalam wajah yang sangat penasaran.     

Marco tak langsung menjawab pertanyaan Imelda, ia justru mengambil sebotol air mineral yang tersedia di atas meja. Dalam satu tegukan saja, ia berhasil membuat botol itu menjadi kosong. Bukan karena kehausan, Marco sebenarnya sedikit takut menghadapi anak dari atasannya itu.     

"Apakah sudah setahun kamu tak minum, Marco?" sindir Brian pada sosok pria muda yang bergabung dengan badan intelijen itu.     

"Di luar terlalu terik, rasanya aku sangat dehidrasi," elak Marco tanpa berani menatap pasangan suami istri yang sejak tadi terus memandangnya. Ia merasa jika dirinya sedang berada antara hidup dan mati. Tatapan tajam dari Brian dan juga Imelda membuatnya seolah terhimpit dan sangat menyesakkan.     

"Aku datang ke sini atas perintah Bos Davin Mahendra. Sebaiknya kamu segera menyiapkan beberapa pakaian untuk papamu, Imelda." Jawaban Marco itu terdengar sangat bodoh bagai Imelda.     

Wanita itu tentunya langsung memicingkan mata dengan senyuman sinis di bibirnya. Imelda bisa melihat wajah ketakutan yang sengaja ditutup oleh Marco. Bahkan tanpa memandang pria itu, ia bisa mendengar setiap perkataannya yang terdengar bergetar.     

"Apa Papa sengaja menghindari aku?" tanya Imelda dalam wajah dingin yang terlihat cukup menakutkan. "Atau menghindari suamiku?" Belum juga Marco menjawab pertanyaannya, Imelda sudah melemparkan pertanyaan lagi pada pria di hadapannya itu.     

Brian mulai merasakan ketegangan di antara mereka, ia pun berusaha untuk membuat keadaan menjadi lebih kondusif. "Sudahlah, Sayang. Siapkan saja pakaian untuk Papa. Jangan membuat Marco ketakutan seperti itu, lihatlah! wajahnya sudah terlihat sangat pucat," bujuk Brian pada istrinya.     

Dengan wajah yang sedikit terpaksa, Imelda akhirnya masuk ke dalam kamar ayahnya untuk menyiapkan beberapa pasang pakaian yang akan dibawa Marco untuk Davin Mahendra. Dia sangat yakin jika Marco sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka berdua.     

Sedangkan Brian, menarik tangan Marco dan membawanya ke teras samping. Ia tak ingin jika Imelda mendengar pembicaraan mereka.     

"Benarkah Papa Davin sengaja menghindari kami?" Brian menanyakan hal itu pada adik dari seorang pria yang bekerja untuk Adi Prayoga.     

"Sebenarnya ada permasalahan apa? Bos terlihat sangat sedih dan tak mengatakan apapun lagi selain memintaku untuk mengambil pakaiannya. Selain itu, beliau mengajukan cuti untuk beberapa hari ke depan. Ia tinggal di rumah dinas yang disediakan oleh kantor," jelas Marco pada menantu dari keluarga Mahendra itu. Sebenarnya, Davin Mahendra sudah melarangnya untuk mengatakan hal itu pada siapapun, tetapi Marco tak tega melihat mereka.     

"Jangan katakan hal itu pada Imelda. Bos bisa membunuhku nanti," lanjut Marco dengan wajah ketakutan membayangkan Davin Mahendra murka terhadap dirinya.     

Brian juga tak berniat mengatakan hal itu pada istrinya. Dia tak ingin membuat Imelda semakin cemas dan juga mengkhawatirkan ayahnya. Ia berpikir akan lebih baik jika Imelda menganggap ayahnya sedang menjalankan misi rahasia di luar kota bahkan luar negeri.     

"Apa kamu sudah bertemu Martin?" tanya Brian dengan tiba-tiba.     

Marco terlihat sedikit terkejut mendapatkan pertanyaan itu. Namun ia tak mungkin membohongi seseorang yang sudah banyak berjasa terhadap keluarganya. Marco sangat tahu jika kakak laki-lakinya itu pernah berhutang nyawa pada sosok Brian Prayoga. Terlebih, selama ini keluarga Prayoga sudah banyak membantu dirinya dan juga Martin.     

"Tadi Kak Martin mendatangi apartemen dengan seorang wanita yang terlihat sangat mabuk. Aku juga tak tahu siapa wanita itu. Sepertinya bukan wanita murahan, pakaian dan dandanannya seperti wanita terhormat," jelas Marco dengan penuh keraguan. Ia tak yakin pada ucapannya itu. Pria itu takut jika kakaknya akan marah jika ia menceritakan hal itu pada orang lain.     

"Wanita? Selama ini Martin tak pernah menyentuh wanita manapun. Kira-kira, siapa wanita itu?" Brian terlihat sangat penasaran pada sosok wanita yang bersama dengan Martin di apartemen adiknya. Bahkan selama ini, pria itu tak pernah tertarik dengan wanita manapun. Entah itu wanita terhormat ataupun wanita murahan.     

Marco juga sama sekali tak mengetahui wanita yang bersama dengan kakaknya. Setelah Martin datang, ia pun langsung pergi dari apartemennya.     

"Setelah sampai di lokasi Papa Davin, kirim lokasinya padaku. Aku ingin berbicara dengan Papa," pinta Brian pada sosok pria yang jauh lebih muda darinya.     

"Asal kamu tahu saja, Brian. Tidak sembarang orang bisa masuk ke sana," terang Marco pada suami dari Imelda Mahendra itu.     

"Tak masalah. Aku bisa menerobos masuk atau menyelinap ke dalam." Brian sebenarnya tak terlalu yakin akan melakukan hal segila itu. Bukan karena takut tertangkap, ia hanya tak ingin terlibat dengan birokrasi yang rumit dan juga tidak jelas menurutnya.     

Tanpa sadar, mereka berdua sama sekali tak mengetahui kedatangan Imelda di dekat pintu samping rumah itu. Seolah wanita itu telah mendengar pembicaraan mereka sejak lama.     

"Ke mana kamu akan menyelinap masuk, Brian?" Sebuah pertanyaan dari Imelda tentunya langsung membuat dua pria itu sangat terkejut. Seakan jantung mereka ingin segera melompat keluar saja.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.