Bos Mafia Playboy

Pasangan Yang Menggairahkan



Pasangan Yang Menggairahkan

0"Apakah yang sudah aku lakukan itu akan mempengaruhi perkembangan bayi di dalam perut Imelda?" Sebuah pertanyaan langsung dilemparkan Brian karena terlalu khawatir dengan kondisi istri dan juga calon bayinya.     
0

Kevin tersenyum penuh arti pada sahabatnya itu. Dia tahu dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Brian. "Bukan seperti yang kamu pikirkan. Selama kamu melakukannya dengan lembut tentu saja tidak akan bermasalah dengan bayimu. Hanya saja posisimu yang berada di kamar mandi itu yang terlalu berbahaya. Bisa saja kalian tergelincir saat melakukan gerakan yang tiba-tiba di kamar mandi," jelas Kevin dalam segala kesabaran di dalam hatinya.     

Penjelasan dari Kevin cukup membuka titik terang bagi Brian. Dia pun bisa bernafas lega karena apa yang dilakukannya tidak berbahaya bagi ibu dan bayinya. Namun dia masih sangat bingung dengan kondisi dirinya. Padahal Imelda saja bisa baik-baik saja berada cukup lama di bawah guyuran air.     

"Bagaimana dengan sakit kepala yang aku rasakan ini? Kalau demamnya, bisa saja karena terlalu lama berada di dalam air." Brian kembali bertanya pada seorang dokter yang sangat dipercayainya. Seorang dokter yang juga sahabat baginya.     

"Sebenarnya, sakit kepala yang kamu alami saat dan setelah melewati puncak kenikmatan, sering kali disebabkan oleh peningkatan drastis tekanan darah yang kemudian menyebabkan pembuluh darah melebar. Hal itu akan semakin terasa bila kamu banyak bergerak." Kevin mencoba menjelaskan alasan sakit kepala yang dialami Brian setelah berhubungan suami istri dengan Imelda.     

"Dan untuk demam yang kamu alami ... aku akan mengabarimu setelah mendapatkan hasilnya. Mungkin saja kamu hanya kurang istirahat atau kelelahan biasa." Kevin mengambil sesuatu di kotak obatnya. Kemudian bersiap untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh Brian. "Suntikan ini akan membuatmu terlihat baik-baik saja," ujar Kevin sambil menyuntikkan obat di lengan sahabatnya.     

Brian terlihat semakin bingung dengan yang baru saja dilakukan oleh Kevin. "Apa yang kamu suntikan ke tubuhku?" tanyanya sangat penasaran.     

"Itu hanya vitamin saja. Tunggu sepuluh menit lagi, kondisimu akan lebih baik." Kevin mencoba menyakinkan Brian agar mempercayai dirinya. Dia hanya berpikir untuk melakukan yang terbaik bagi sahabatnya itu.     

Belum juga sepuluh menit, Imelda sudah menyusul mereka berdua. Dia melihat Kevin baru membereskan barang-barang miliknya. "Apa yang baru saja kamu berikan, Dokter Kevin?" tanyanya sangat penasaran.     

"Aku hanya menyuntikkan vitamin saja pada Brian. Sepertinya dia hanya kelelahan dan juga kurang istirahat." Kevin langsung berdiri dan berniat untuk segera kembali ke klinik. "Aku harus segera pergi, sebentar lagi jam pemeriksaan untuk pasien," pamitnya sebelum keluar dari kamar pasangan suami istri itu.     

Imelda langsung mendekati suaminya dengan kecemasan yang memuncak di pucuk kepalanya. "Maaf, Brian. Mungkinkah ini gara-gara aku meminta untuk melakukannya lagi, hingga tenagamu terforsir?" sesal wanita itu pada suaminya.     

"Bukan begitu, Sayang. Kamu sama sekali tak bersalah. Aku yang ingin kita melakukannya berkali-kali di bawah guyuran air. Ternyata tubuhku tak sekuat dirimu," jelas Brian sambil tersenyum hangat pada wanita cantik yang sedang duduk di sebelahnya.     

Wanita itu langsung menunjukkan wajah malu-malu dengan senyuman yang merekah begitu indah di wajah cantiknya. Imelda merasa berbunga-bunga saat membayangkan kelembutan Brian terhadapnya. Hatinya selalu saja berdebar-debar setiap kali pria di sebelahnya itu menyentuh dirinya.     

"Sayang ... jangan tersenyum seperti itu. Rasanya aku jadi tidak tahan untuk memakanmu lagi," goda Brian sembari mencubit pipi Imelda yang tampak menggemaskan baginya.     

Imelda justru terkekeh mendengar Brian sengaja menggodanya. Dia justru menenggelamkan wajahnya di dada sang suami. Bahkan dia bisa mendengar setiap debaran jantung dan juga hembusan nafas pria yang sangat dicintainya.     

"Brian ... mengapa jantungmu berdetak lebih cepat dari biasanya?" Seolah tak mengerti arti dari semua itu, Imelda pura-pura bertanya pada suaminya. Dia merasa senang saat Brian selalu menggodanya dan menggetarkan hatinya.     

Sebuah kecupan hangat dihadiahkan Brian di kening Imelda. Pria itu ingin menunjukkan betapa besarnya perasaan cinta itu kepada sang istri. "Sayang ... bukankah kamu seorang dokter? Tentu saja kamu jauh lebih paham dariku." Seketika itu juga Brian sengaja meremas dada istrinya dengan lembut.     

"Apakah jantungmu serasa akan melompat keluar?" goda Brian pada wanita hamil yang berstatus sebagai istrinya yang sah.     

"Brian! Kamu sengaja bukan? Ihhh ... dasar!" Imelda mencubit perut Brian lalu menenggelamkan diri di dalam pelukan suaminya itu. Dia seolah telah melupakan insiden semangkuk bubur yang menciptakan ketegangan di antara mereka.     

Tiba-tiba saja, Imelda seolah baru saja mengingat sesuatu. Dia langsung melepaskan diri dari pelukan hangat suaminya. Kemudian dia memandang Brian dengan tatapan penuh arti. "Aku melupakan sesuatu." Imelda terkekeh kecil di hadapan pria yang terlihat bingung terhadap dirinya.     

"Ada apa, Sayang?" tanya Brian sembari membelai kepalanya.     

"Martin datang mencari kamu, Brian. Namun sekarang dia sedang berbicara empat mata dengan Papa. Sepertinya ada hal serius yang ingin dikatakannya," terang wanita yang terus memandangi wajah tampan suaminya itu.     

Pria itu terlihat sangat penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Martin kepadanya. Brian merasa tak ada bisnis penting yang harus dilakukannya selama beberapa hari terakhir. "Apa yang akan dikatakan Martin kepadaku?" gumamnya pelan.     

"Kamu tak ingin menyusul mereka ke ruang kerja?" tanya Imelda sembari menyandarkan kepala di pundak suaminya.     

"Aku lebih memilih untuk berduaan saja denganmu, Sayang." Brian mengatakan hal itu dengan wajah serius dan juga dalam balutan suara yang menenangkan hati. Membuat Imelda langsung terhipnotis dengan suaminya sendiri.     

Terlihat sangat jelas, bunga-bunga seolah bermekaran di wajah Imelda. Wanita itu terlihat sangat bahagia berada di samping suaminya. Entah sihir apa yang sudah Brian berikan, hingga membuat Imelda tanpa daya, bahkan sampai mabuk atas cinta yang Brian berikan kepadanya.     

Dengan perlahan dan pasti, Brian mendekatkan wajahnya lalu menyesap bibir Imelda yang terasa sangat manis baginya. Seolah madu saja tak ada apa-apanya dari manisnya bibir wanita yang dicintainya itu. "Bibirmu terlalu manis, Sayang. Bagaimana jika aku diabetes?" Dalam suasana yang sangat romantis, tiba-tiba Brian melemparkan lelucon pada istrinya.     

Mendadak Imelda sangat kesal pada suaminya. Padahal dia sudah mengharapkan sesuatu yang lebih dari suaminya itu. "Aku akan pergi saja," kesalnya lalu bangkit dan bermaksud meninggalkan suaminya.     

Secepat kilat, Brian langsung menyambar tangan Imelda dan membuat wanita itu terduduk di pangkuannya. Sebuah ciuman hangat langsung mendarat begitu saja di bibir Imelda yang merekah dan selalu terlihat sangat menggoda.     

Di tengah sebuah ciuman hangat yang mulai memanas, seseorang datang dan langsung memberikan tepukan tangan beberapa kali pada pasangan itu.     

"Kalian benar-benar pasangan yang menggairahkan." Entah itu pujian atau sindiran rasanya sama saja     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.