Bos Mafia Playboy

Seperti Pasangan Kekasih



Seperti Pasangan Kekasih

0Brian baru saja melepaskan penutup terakhir di tubuh Imelda. Seutas senyuman bahagia tercetak begitu jelas di wajahnya. Dia menjadi sangat tidak sabar untuk menyatukan dua tubuh itu menjadi satu. Pria itu melemparkan penutup terakhir yang dipakainya lalu bersiap untuk melakukannya dengan sangat lembut.     
0

Baru juga beberapa detik, mereka bersentuhan bersamaan hadirnya getaran hebat di tubuh pasangan itu ... suara gedoran pintu yang begitu keras membuat hancur momen yang sudah dibangunnya sejak tadi. Brian bermaksud mengabaikan seseorang yang berada di depan pintu kamarnya. Sayangnya, suara itu justru semakin keras, seolah akan menghancurkan pintu kamar. "Siapa itu? Mengganggu saja!" gerutu Brian dengan wajah kesal.     

"Keluar saja dulu, aku akan memakai pakaianku," ucap Imelda dengan ucapan lembut namun menyimpan kekecewaan yang besar.     

Dengan tak bersemangat, Brian kembali memakai pakaiannya. Kemudian membuka pintu kamarnya untuk melihat siapa yang menggangu aktivitas dengan istrinya. "Apa kamu sudah bosan hidup?" teriak Brian sambil membuka pintu tanpa melihat seseorang yang berdiri di hadapannya.     

"Kak Vincent!" Tiba-tiba saja wajah Brian memucat seketika, saat melihat kakak iparnya yang datang menggangunya.     

Vincent tersenyum kecut melihat kekesalan adik iparnya. Dia menatap pria di depannya dengan penuh arti. "Aku tidak bosan hidup. Namun aku justru bosan melihatmu, Brian!" tegasnya dengan suara dingin yang mampu membekukan seluruh isi ruangan.     

"Maaf, Kak. Aku tidak tahu kalau Kakak yang datang," sesal Brian karena mengatakan ucapan tidak sopan pada saudara laki-laki dari istrinya. Dia merasa tak enak hati pada Vincent yang sudah datang jauh-jauh dari rumahnya.     

Tanpa menunggu dipersilahkan oleh sang tuan rumah, Vincent langsung duduk di kursi ruang tengah. Dia memandang suami dari adiknya itu dengan tatapan kesal. "Cepat panggilkan adikku," ucapnya pada Brian.     

Belum juga Brian kembali ke kamarnya untuk memanggil Imelda, wanita itu sudah keluar dari persembunyiannya. Imelda langsung tersenyum menyambut Vincent yang sudah duduk sambil memandanginya. "Kak Vincent! Apakah ada yang tertinggal di sini?" tanyanya. Dia pun langsung duduk di kursi sebelah kakaknya.     

Vincent memperhatikan adiknya yang terlihat cantik dan lebih segar. Dia sangat yakin jika adik perempuannya itu baru selesai mandi. "Apa kalian baru saja melakukan .... " Dia sengaja tak melanjutkan ucapannya, tak ingin membuat Imelda menjadi malu.     

"Kami belum melakukan apa-apa, Kak Vincent lebih dahulu menggedor pintu kamarku," kesal Imelda sambil mengerutkan bibirnya. Dia sengaja memperlihatkan kekesalan pada sosok kakak yang sangat disayanginya.     

"Benarkah kalian belum melakukannya?" Vincent menanyakan hal itu sambil terkekeh membayangkan Brian yang gagal melakukan hubungan suami istri dengan Imelda. Dia yakin jika adik iparnya itu pasti sangat frustrasi. Pria itu pun tersenyum penuh kemenangan sambil melirik Brian yang masih berdiri tak jauh dari mereka.     

Seolah telah kehilangan mukanya, Brian pun memilih untuk mendinginkan dirinya. "Aku pamit untuk mandi dulu," ucapnya lalu kembali masuk ke dalam kamar.     

Seketika itu juga, Vincent kembali menertawakan adik iparnya. Dia tak tahan melihat wajah frustrasi pada suami Imelda itu. Puas tertawa, Vincent langsung memandang lembut adiknya. Melukiskan senyuman penuh kasih sayang. "Di mana ponselmu? Papa mengatakan tak bisa menghubungimu. Papa juga memintaku untuk datang ke sini agar bisa memastikan sendiri keadaanmu," terang Vincent pada adiknya.     

"Ponselku jatuh dan hancur, sepertinya aku harus membeli yang baru," jelas Imelda dengan cukup menyakinkan.     

"Apa kalian berdua bertengkar?" tanya anak laki-laki dari Davin Mahendra itu.     

Imelda tak langsung menjawab pertanyaan itu. Dia memilih untuk terdiam sambil memandangi wajah tampan kakaknya. "Sebenarnya, aku tak bertengkar dengan Brian. Aku sangat cemburu melihat seorang wanita menghampiri suamiku. Rasanya, seluruh hatiku terbakar hebat begitu menyakitkan. Kekesalan di dalam hatiku, membuatku kalap dan melemparkan ponselku sendiri ke dinding," jelasnya tanpa ada kebohongan sedikit pun.     

"Kamu bisa cemburu pada pria playboy itu? Sepertinya kamu benar-benar sudah jatuh cinta pada Brian Prayoga. Bahkan kecemburuan sudah berhasil membakar hatimu juga," ledek Vincent dengan tatapan mata yang seolah masih tak bisa percaya pada penjelasan adiknya.     

"Apa Kak Vincent sudah menanyakan alasan Papa menghilangkan barang bukti itu?" Imelda sengaja mengalihkan pembicaraan mereka. Dia tak ingin jika Vincent terus mengungkit tentang perasaan di dalam hatinya. Mau bagaimanapun, Imelda memang mencintai Brian Prayoga. Hal itu tak mungkin bisa dipungkirinya.     

Lagi-lagi Vincent tersenyum kecut pada adiknya. Dia tak suka jika wanita di hadapannya itu sengaja menghindari pembahasan tentang Brian Prayoga. "Kamu sengaja mengalihkan pembicaraan kita," kesalnya dengan wajah dingin.     

"Bukan begitu, Kak. Aku lebih memilih kita membicarakan hal yang lebih penting saja," kilah Imelda dengan wajah panik. Dia tak menyangka jika Vincent akan menyadari hal itu.     

"Hal itu juga penting bagiku. Kebahagiaanmu adalah yang paling penting bagiku, Imelda. Aku akan melakukan apapun untuk kebahagiaan dan juga keselamatanmu," ungkap Vincent dengan ucapan tulus dan cukup menyakinkan. Semua perkataan Vincent memanglah bukan kebohongan. Dia sudah melakukan banyak hal untuk memastikan keamanan adik kesayangannya itu.     

Imelda bangkit dari tempat duduknya dan berpindah ke samping Vincent. "Aku sangat menyayangimu, Kak. Percayalah! Jika aku pasti akan bahagia bersama Brian, jangan meragukan hal itu lagi." Sebuah pelukan hangat yang penuh kasih sayang diberikan Imelda pada kakaknya. Dia sangat menyayangi kakak kesayangannya yang pernah meninggalkan dirinya di hari yang terberat di dalam hidupnya.     

"Lepaskanlah pelukanmu! Brian bisa cemburu melihat kita berdua," goda Vincent sambil senyum-senyum membelai kepala adiknya. Dia sebenarnya tak peduli jika adik iparnya itu harus cemburu. Vincent memang sengaja menggoda wanita yang sedang memeluknya itu.     

Imelda seolah juga tak peduli dengan ucapan kakaknya. Sejak kecil, dia selalu dimanjakan oleh Vincent. Pria itu telah memberikan kasih sayang dan juga banyak hadiah yang pasti akan disukai oleh seorang wanita. "Aku tak peduli, Kak. Rasanya aku ingin kembali menjadi anak-anak, di mana saat itu Kak Vincent memberikan aku banyak cinta dan juga hadiah," ungkapnya tanpa memperhatikan sekeliling.     

Tak jauh dari pasangan adik kakak itu, Brian sudah berdiri dan melihat momen kedekatan Imelda dan kakaknya. Dia bisa melihat jika Imelda sangat menyayangi Vincent, begitu pula sebaliknya. "Kalian berdua terlihat sangat mesra. Orang luar bisa berpikir jika kalian adalah sepasang kekasih," goda Brian pada mereka berdua.     

Mendengar suara suaminya, Imelda langsung melepaskan pelukannya. Dia pun bangkit dari kursinya dan menarik Brian untuk duduk bersama Vincent. Imelda pun berada di antara dua laki-laki tampan yang sangat dicintainya itu. "Aku sangat bahagia bisa duduk bersama dua orang pria tampan di sampingku," ucapnya sambil melirik kedua pria di sebelah.     

"Jika bukan karenamu, aku tak ingin duduk bersama Brian Prayoga," cetus Vincent tanpa memikirkan perasaan aduk iparnya sedikit pun.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.