Bos Mafia Playboy

Kebenaran Yang Ditutupi Vincent



Kebenaran Yang Ditutupi Vincent

0Baru saja Vincent keluar dari ruang perawatan Brian, pasangan yang baru menikah itu langsung memandang satu sama lain. Terlihat sangat jelas ada kegelisahan di hati Imelda setelah kepergian kakak lelaki satu-satunya. Wanita itu pun menatap suaminya penuh arti, seolah sedang mengharap ijin darinya untuk mengejar Vincent. Untung saja, Brian langsung memahami arti tatapan dari istrinya. Pria itu memberikan anggukkan kepala sebagai tanda setuju untuk Imelda. "Kejarlah, Kak Vincent. Jangan sampai dia pergi dengan kemarahan, Sayang," ucap Brian dengan sangat lembut sambil mengulas senyuman tulus di wajahnya yang masih terlihat sedikit pucat.     
0

Tanpa berpikir panjang, Imelda langsung berlari kecil dan keluar dari ruangan itu. Untung saja, Vincent belum terlalu jauh. "Tunggu, Kak!" serunya sambil terus berlari mengejar kakaknya. Bahkan Imelda lupa jika dirinya sedang mengandung hingga berlari tanpa memikirkan janin di dalam rahimnya.     

"Bodoh! Kenapa kamu harus berlari?" kesal Vincent pada wanita yang terlihat terengah-engah dengan nafas yang tidak teratur. "Cukup panggil saja aku. Tak mungkin aku akan mengabaikan ataupun meninggalkan adik kesayanganku ini." Pria itu menyentil kening Imelda lalu membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Terlukis begitu indah dan sangat nyata jika Vincent begitu menyayangi wanita yang berdiri di sebelahnya. Sebuah tatapan hangat dan penuh arti tersirat dari bola matanya. Caranya memperlakukan Imelda juga sangat lembut dan penuh perasaan, orang bisa mengira mereka adalah pasangan kekasih yang dimabuk cinta. Padahal jelas-jelas mereka adalah kakak beradik yang saling menyayangi. Dengan sangat hati-hati, Vincent menarik tangan adiknya dan mengajaknya berjalan ke arah pintu keluar. "Temani Kakak mengobrol sebentar saja di taman. Aku masih sangat merindukan adik kecilku ini." Sebuah cubitan lembut mendarat di pipi Imelda yang mulai sedikit berisi dan terlihat menggemaskan.     

Wanita itu langsung melebarkan senyuman cantik di wajahnya. Imelda sangat bahagia melihat kakaknya kembali ke tanah air. Setelah beberapa tahun dia tak melihat Vincent, rasanya perasaan rindu dan sayang semakin memuncak di ubun-ubun kepalanya. "Aku juga sangat merindukan Kak Vincent. Hari itu setelah kematian Mama, Kakak langsung menghilang begitu saja. Rasanya aku sangat kecewa pada Papa, saat mendengar Papa mengirim Kakak ke perbatasan di daerah konflik," ungkap Imelda dengan wajah sedih dan suara yang cukup lirih. Dia menatap Vincent dengan sorotan mata yang mulai berkaca-kaca, seolah wanita itu sudah tak sanggup membendung air matanya.     

Tiba-tiba saja, pelukan hangat diberikan Vincent pada adik kesayangannya. Dia ingin menenangkan hati seorang wanita yang pernah ditinggalkannya di saat terburuk di dalam hidupnya. Vincent merasa sangat bersalah telah meninggalkan Imelda setelah hari pemakaman ibunya. Keegoisannya ternyata membuat adik kesayangannya begitu terluka. Pria itu merasa sangat bertanggung jawab terhadap penderitaan adiknya. Bahkan ... kepulangan Vincent kali ini karena mendengar adiknya menikahi seorang Prayoga. Dia berpura-pura tak mengetahui pernikahan Imelda dan Brian. Padahal selama bertahun-tahun, pria itu menyewa seseorang untuk mengawasi adiknya. Sialnya ... kejadian di night club yang menjadi petaka bagi Imelda, luput dari pengawasan mata-matanya. Pada saat itu, Imelda sedang menyamar hingga orang tak bisa mengenalinya. "Papa tak pernah mengirimku ke daerah konflik." Vincent langsung menghentikan ucapannya. Dia melihat wanita di hadapannya cukup terkejut mendengar kebenaran itu.     

"Cukup! Kak Vincent selalu menutupi kekejaman Papa!" sahut Imelda dengan nada suara yang cukup tinggi dengan kekesalan yang begitu jelas tercetak di wajahnya. Wanita itu merasa sangat mengenal ayahnya yang begitu kejam dan tak berperasaan. Imelda bahkan sempat sangat membenci sosok Davin Mahendra. Sosok pria dingin yang mementingkan pekerjaan di atas segalanya.     

Vincent bisa melihat kebencian Imelda itu pada ayahnya. Dia ingin memperbaiki hubungan ayah dan anak yang sudah cukup memburuk itu. Sebagai anak sulung dari keluarga Mahendra, Vincent sangat menginginkan sebuah hubungan yang baik di keluarganya. Terutama antara Imelda dan ayahnya, Davin Mahendra. "Itu memang benar, Imelda. Aku meninggalkan pergi atas kemauanku sendiri. Saat itu, aku tidak bisa menerima kepergian Mama yang begitu tiba-tiba. Rasanya aku seperti tak mampu menerima semua itu. Apalagi setelah aku melihat Mama bersama .... " Vincent hampir saja kelepasan mengatakan sebuah kebenaran yang sudah berhasil ditutupinya selama bertahun-tahun.     

"Bersama siapa, Kak?" Imelda sangat penasaran pada ucapan pria yang tiba-tiba saja menghentikan ucapannya. Dia merasa jika kakaknya sedang menutupi sebuah rahasia yang sangat besar.     

"Itu ... Mama bersama Papa sudah bersiap untuk menghadiri sebuah upacara pelantikan atas jabatan Papa yang baru. Sayangnya, Papa harus melewatkan acara peresmian itu karena kabar kecelakaan yang menewaskan Mama." Vincent mencoba mengatakan hal itu dengan setenang mungkin. Rasanya begitu menyakitkan mengingat hari paling mengerikan di dalam hidupnya. Segala kesedihan dan juga kehancuran seolah menghantamnya begitu keras. Dia pernah berpikir untuk ikut hancur bersama kepergian ibunya, Irene. Untung saja, bayangan wajah Imelda selalu membuatnya terus kuat mengahadapi kehidupan yang begitu menyakitkan baginya.     

Imelda langsung terdiam, pikirannya melayang jauh di hari kepergian wanita yang sangat dicintainya. Seorang dokter bedah hebat yang sangat dikagumi oleh banyak orang. Imelda sangat mengidolakan sosok Irene di dalam hatinya. Alasan itu juga yang membuatnya bertekad menjadi seorang dokter bedah seperti wanita yang sudah melahirkannya. "Apakah Kak Vincent akan tinggal di sini lebih lama?" tanyanya dengan wajah yang masih terlihat sedih. "Aku tak ingin Kakak meninggalkan aku lagi," tambahnya dengan nada memohon.     

"Aku memang sudah mengajukan permohonan mutasi. Sebagai seorang Kakak, aku juga ingin menjaga dan juga melindungimu. Aku tak yakin jika pria brengsek itu bisa memastikan keselamatanmu," jelas Vincent sambil tersenyum kecil memandang wajah adiknya.     

"Bagaimana Kak Vincent bisa berpikir jika Brian sangat brengsek? Bukankah hubungan kalian berdua pernah sangat baik?" tanya Imelda dengan wajah yang sangat tidak sabar untuk mendengar penjelasan kakaknya.     

Rasanya begitu mengesalkan harus menjawab semua pertanyaan dari adiknya sendiri. Lama-lama Vincent terlihat sangat gemas pada sosok wanita di sampingnya itu. Dia pun mencubit kedua pipi Imelda dengan pelan dan tentu saja penuh perasaan. "Haruskah aku memperlihatkan gambar Brian bersama wanita-wanita murahan itu?" kesalnya sambil melemparkan tatapan lembut pada adiknya. Pria itu mengerutkan keningnya karena merasa semakin tak nyaman dengan pertanyaan yang diajukan oleh Imelda. "Seingatku ... aku tak terlalu dekat dengan Brian. Pertemuan kami hanya kebetulan karena kami sama-sama menemani wanita yang sudah melahirkan kami untuk makan siang bersama," jelasnya pada sang adik.     

Wanita itu langsung mengerucutkan bibirnya mendengar penjelasan Vincent kepadanya. Imelda merasa jika alasan itu tak bisa memuaskan rasa penasaran di dalam dirinya. Dia pun menatap Vincent dengan penuh arti sambil bersandar di lengan kakak kesayangannya. "Apakah Kak Vincent sedang menyembunyikan sesuatu dariku?" Rasanya Imelda sudah tak sanggup menahan diri untuk tidak menanyakan hal itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.