Bos Mafia Playboy

Pendarahan Hebat



Pendarahan Hebat

0Happy Reading     
0

Davin Mahendra menatap dingin Alex dengan wajah yang terlihat begitu mengerikan. "Daripada mengurusi dosaku, lebih baik segera datangkan dokter terhebat yang bisa menyelamatkan Brian." Pria itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan seseorang yang menjadi tangan kanannya itu begitu saja.     

Sedangkan Alex hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa mampu membalas ucapan atasannya. Dia masih tak bisa mengerti dengan ego dua pria yang sudah saling membenci begitu lama. Alex sangat tahu, bagaimana Adi Prayoga selalu berusaha untuk melindungi atasannya itu. Sayangnya, Davin Mahendra masih saja membenci sahabatnya itu. Bahkan pernah sekali, dia menembakkan sebuah peluru di lengan Adi Prayoga saat melakukan penyergapan bersama beberapa anak buahnya. Entah itu sengaja atau tidak, Davin Mahendra seolah tanpa ampun ingin menghabisi sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Alex sangat prihatin dengan hubungan persahabatan antara mereka berdua.     

Sebuah mobil baru saja berhenti di depan lobby rumah sakit milik BIN. Davin Mahendra menghentikan langkahnya dan memandang ke arah depan lobby. Pria itu cukup penasaran dengan sebuah mobil yang biasanya dipakai untuk menjemput seorang tamu penting. Tak berapa lama, terlihat serombongan dokter dan juga staf lainnya yang didampingi oleh anak buahnya. Rombongan itu pun langsung berjalan menuju ke arah Davin Mahendra.     

"Bos. Ini tim Dokter Alfred, mereka adalah tim dokter terbaik yang di datangkan langsung dari rumah sakit militer di Amerika," terang salah satu anak buah Davin Mahendra pada sang atasan.     

Mereka pun saling menyapa sebentar sebelum akhirnya menuju ke ruang ICU di mana Brian Prayoga masih belum melewati masa kritisnya. "Lakukanlah yang terbaik untuk pasien. Aku tak ingin mendengar hal buruk sedikit pun terjadi pada orang yang telah menyelamatkan seluruh anak buahku," tegas Davin Mahendra pada tim dokter yang masih berdiri di hadapannya.     

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa pasien. Pak Davin Mahendra tak perlu mengkhawatirkan apapun," sahut Dokter Alfred, ketua tim dokter itu dengan cukup yakin dan juga ramah.     

"Sebelumnya ... terima kasih banyak, Dokter Alfred." Davin Mahendra benar-benar terlihat cukup tulus mengatakan hal itu pada beberapa orang yang akan menyelamatkan menantunya dari masa kritis.     

Tim dokter itu berjalan menuju ruangan untuk melihat kondisi pasien. Belum juga sampai di tempat tujuan, ketua tim dokter itu menghentikan langkahnya dan berjalan kembali mendatangi Davin Mahendra yang masih belum bergerak sedikit pun. "Sebenarnya ... ada hal kecil yang membuat saya begitu penasaran." Dokter Alfred berkata sambil menatap pria yang juga sedang memandangnya sejak tadi. "Jika pasien yang telah menyelamatkan Anda dan juga beberapa anak buah Anda sangatlah penting, mengapa Anda tidak memanggil Dokter Imelda Mahendra? Bukankah dia dokter terhebat di negeri ini yang sekaligus putri Anda sendiri?" Sang dokter benar-benar tak bisa menahan rasa ingin tahu di dalam dirinya. Bahkan dengan segala keberanian yang dimilikinya, dokter itu mencoba untuk bertanya secara pribadi dan juga secara langsung pada Davin Mahendra.     

Sebuah pertanyaan yang cukup mengejutkan dan juga tak terpikirkan akan keluar dari seorang dokter yang didatangkan langsung dari luar negeri. Davin Mahendra sangat yakin, meskipun Alfred tak mengenalnya secara pribadi dia pasti sangat tahu siapa seorang Davin Mahendra itu. Seorang pria yang memiliki otoritas cukup penting di BIN. Namun sedikit saja, Davin Mahendra tak pernah memperlihatkan betapa hebat dan berkuasanya dirinya. Dia tetap turun langsung ke lapangan. Sebuah tatapan yang terlihat sangat serius begitu nampak di wajah Davin Mahendra. "Ada satu hal penting yang perlu Dokter ketahui. Ku harap ini bisa menjadi rahasia di antara kita." Pria itu memperlihatkan wajah dinginnya tanpa ekspresi apapun.     

"Saya berjanji akan menyimpannya dari siapapun," sahut Dokter Alfred dengan cukup yakin.     

Davin Mahendra menarik nafasnya cukup dalam sebelum memberitahukan rahasia kecil tentang dirinya. "Pasien itu adalah menantuku. Aku tak mungkin meminta Imelda untuk mengoperasi suaminya sendiri. Bahkan Imelda sama sekali tak mengetahui keadaan suaminya," jelasnya lirih dengan nafas yang tertahan di dadanya.     

"Apa! Jadi pasien itu adalah orang yang menyelamatkan tim Anda sekaligus juga menantu Anda, Pak Davin Mahendra?" Ekspresi terkejut bercampur dengan rasa takut cukup terlihat jelas dari wajah dokter yang baru saja tiba bersama rekan satu timnya. "Bagaimana jika aku tak berhasil melakukannya? Apakah Anda akan memberikan .... " Belum sempat Dokter Alfred menyelesaikan pertanyaannya, Davin Mahendra sudah memberikan beberapa tepukan di pundaknya.     

"Saya percayakan semua hanya kepada Anda. Yakin dan percayalah, semua akan baik-baik saja. Saya cukup mendengar tentang kehebatan Anda saat menjadi dokter relawan di medan perang." Davin Mahendra mencoba menyakinkan pria di depannya yang terlihat sangat ragu untuk memberikan penanganan pada Brian.     

Sang dokter cukup tersentuh dengan ucapan Davin Mahendra kepadanya. Dengan seluruh keyakinan yang dimilikinya, dia memandang ke wajah pria di depannya dengan penuh arti. "Saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk menantu Anda. Bahkan seluruh daya dan kemampuan akan saya curahkan untuk pasien istimewa itu," balas Dokter Alfred dengan suara yang terdengar sedikit bergetar karena akan melakukan sebuah operasi besar dan juga berbahaya pada menantu seseorang yang cukup berpengaruh.     

Dokter Alfred dan juga beberapa orang timnya langsung bersiap untuk memeriksa kondisi Brian. Sebelum melakukan operasi, mereka harus memastikan jika pasien berada dalam kondisi stabil. Beberapa saat kemudian, seorang dokter keluar dan menghampiri Davin Mahendra yang masih berada tak jauh dari ruang ICU. "Pak Davin Mahendra," panggil salah satu dokter yang akan membantu operasi itu.     

Mendengar seseorang yang memanggil namanya, Davin Mahendra langsung memalingkan wajahnya ke arah suara. Kemudian dia berjalan mendekati dokter yang berdiri tak jauh darinya. "Ada yang bisa saya bantu, Dokter?" tanyanya dengan wajah cemas.     

"Operasi akan segera dilakukan malam ini juga. Saya datang hanya untuk memberitahu Anda tentang hal itu." Dokter itu pun kembali masuk ke ruangan untuk mempersiapkan segala sesuatu menjelang operasi itu berlangsung.     

Begitu semua telah siap, seluruh tim dokter dan juga Brian sudah berada di ruang operasi. Dokter Anestesi langsung melakukan tugasnya untuk memberikan obat bius pada pasien. Dokter Alfred pun mencoba mengeluarkan sebuah peluru yang sudah menembus punggung Brian. Dengan sangat hati-hati dan juga kewaspadaan yang cukup tinggi, peluru berhasil dikeluarkan. Namun tiba-tiba saja, pasien mengalami pendarahan hebat yang membuat seluruh dokter di ruangan itu langsung panik. "Kendalikan diri kalian! Jangan sampai kalian panik dan memperburuk keadaan pasien," tegas Dokter Alfred yang bertanggung jawab penuh atas operasi yang dilakukannya terhadap Brian. Meskipun dirinya sangat cemas dan juga takut, Dokter Alfred mencoba untuk tetap tenang. Dia tak ingin hal buruk terjadi pada menantu Davin Mahendra.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.