Bos Mafia Playboy

Gugurkan Anak Itu!



Gugurkan Anak Itu!

0Imelda dan Vincent keluar dari sebuah mobil yang baru saja memasuki area parkir rumah sakit. Pasangan kakak beradik itu langsung menuju sebuah kamar di mana seorang pria sedang menunggu dengan perasaan gelisah dan juga tidak sabar. Bahkan mereka berdua melupakan Marco yang sudah membawanya ke rumah sakit dengan selamat.     
0

"Siapa yang ingin kamu kenalkan padaku?" cetus Vincent sambil berjalan mengikuti Imelda yang berjalan lebih dulu. Pria itu cukup penasaran dengan seseorang yang membuat adiknya bertekuk lutut. Yang dia tahu, Imelda tak pernah sekali pun jatuh cinta pada pria manapun. Bahkan pembicaraan mereka ketika terakhir kali berbincang via ponsel seolah mengisyaratkan jika Imelda tak akan jatuh hati pada pria manapun. Namun yang dilihatnya sekarang sangatlah berbeda. Imelda terlihat sangat bersemangat untuk mempertemukan dirinya dengan seseorang yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit itu.     

Wanita itu pun menghentikan langkahnya lalu membalikkan badan. Sebuah tatapan tajam yang penuh arti terlukis jelas di wajah Imelda. Perasaan gelisah dan juga takut terlihat dari sorot matanya. Dia menghela nafasnya sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan pria yang masih berdiri di depannya. Imelda memaksakan sebuah senyuman untuk menutupi kekhawatirannya. "Kuharap Kakak bisa menerima keputusanku," jawabnya.     

"Keputusan apa maksudmu?" tanya Vincent pada adik perempuannya. Pria itu memandang adiknya penuh selidik. Dia begitu penasaran dengan maksud ucapan dari seorang wanita yang berdiri di depannya dengan wajah tidak tenang.     

Imelda tak menjawab pertanyaan kakaknya, dia memilih menggenggam tangan Vincent lalu menariknya menuju ke sebuah kamar di mana Brian berada. Dengan segala keraguan yang menguasai seluruh dasar hatinya, Imelda memutar handle pintu dan mendorongnya pelan. "Ayo kita masuk dulu, Kak," ajaknya pada seorang pria yang sudah cukup lama dirindukannya.     

Vincent melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan itu. Dia memandang sekeliling ruangan. Seketika itu juga, Vincent membulatkan matanya. Aura kemarahan dan juga kekesalan langsung menguasai dirinya. Pria itu mengepalkan tangannya sambil menatap tajam pria yang sedang duduk di atas ranjang ruang perawatan itu. Dengan gerakan yang cukup cepat, menarik tangan Imelda dan menatap matanya cukup dalam. "Apa maksud dari semua ini? Apa hubunganmu dengan keluarga Prayoga?" Vincent langsung melemparkan beberapa pertanyaan sekaligus pada adiknya. Pria itu begitu penasaran dengan alasan Imelda mengajak dirinya menemui salah seorang anggota keluarga Prayoga.     

"Kak Vincent!" Brian langsung bangkit dari tempat tidur lalu berjalan ke arah istri dan juga kakak iparnya. Terlihat cukup jelas keraguan di dalam dirinya. Sebagai seorang pria, nyali Brian seolah telah menghilang. Hanya rasa takut dan juga kegelisahan yang singgah di dalam dirinya. Dia hanya bisa berdiri di depan mereka berdua tanpa sanggup mengatakan apapun kepada kakak iparnya.     

Seketika itu juga, Imelda langsung melepaskan genggamannya pada tangan Vincent. Dia beralih ke samping suaminya. Dengan penuh keyakinan dan juga seluruh keberanian yang dimilikinya, Imelda berdiri di sebelah Brian lalu menyentuh jemari tangan dan menggenggamnya cukup erat. Terdengar suara hembusan nafasnya cukup berat dan sangat dalam. Seolah dia cukup kesusahan untuk menghirup dan menghembuskan udara masuk ke dalam paru-parunya. "Brian adalah suamiku, Kak!" ungkapnya dengan ketenangan hati yang sangat dipaksakan.     

Pria tinggi besar dan cukup tampan itu langsung mempererat kepalan tangannya. Seolah dia tak bisa menerima ucapan adiknya sendiri. "Bagaimana kamu bisa menikahi anggota keluarga Prayoga? Aku tak akan pernah menyetujui pernikahan kalian!" tegas Vincent dengan kemarahan yang semakin membakar diri dan juga hatinya. Pria itu langsung mendekati Brian dan menarik kerah baju yang dipakainya. "Apakah kamu kekurangan wanita hingga harus menjebak adik kesayanganku?" Sorotan mata yang sangat tajam dan juga mengerikan dilemparkan Vincent pada Brian. Dia tak peduli walaupun status adik iparnya adalah seorang pasien. "Lepaskan adikku sekarang juga!" serunya sambil mendorong Brian hingga terjatuh ke lantai.     

"Cukup, Kak! Aku tak akan berpisah dari Brian dan Kakak harus menyetujui pernikahan ini," sahut Imelda sambil membantu suaminya untuk berdiri lalu mengajaknya ke ranjang. Wanita itu sama sekali tak mengerti dengan perlakuan kasar Vincent terhadap suaminya. Dia benar-benar kecewa terhadap saudara lelaki satu-satunya itu.     

Vincent tersenyum getir mendengar perkataan adiknya. Pria itu menatap mereka berdua dengan kekecewaan dan juga penyesalan yang mendalam. "Imelda! Aku akan merestui kamu menikah dengan pria manapun, asal bukan Brian Prayoga. Pria ini tidak pantas untuk keluarga kita. Aku sama sekali tak mengerti, mengapa Papa bisa merestui pernikahan kalian?" Vincent terlihat sangat frustasi dengan hubungan adiknya dan juga keluarga Prayoga. Dia benar-benar tak bisa menerima Brian Prayoga menjadi adik iparnya. Rasanya terlalu sulit untuk dirinya mengetahui kebenaran itu. Tak berapa lama, dia pun menarik Imelda dan memaksanya keluar dari ruangan itu. "Kamu harus pulang bersamaku!" ucapnya pada wanita yang menatapnya dengan wajah sedih.     

"Aku harus tetap di sini, Kak! Brian adalah suamiku," tegas Imelda dengan suara bergetar dan juga tatapan mata yang mulai berkaca-kaca.     

"Tak masalah. Aku sendiri yang akan mendaftarkan perceraian kalian. Sampai kapanpun, aku tak akan pernah menerima keluarga Prayoga masuk ke dalam keluarga kita," terang Vincent Prayoga pada pasangan suami istri di hadapannya.     

Pasangan itu langsung melemparkan tatapan satu sama lain dengan keterkejutan atas keinginan Vincent. "Aku tak akan pernah menceraikan Imelda sampai kapanpun, Kak," ucap Brian pada kakak iparnya. Dia pun memandang wajah Vincent dengan penuh arti. "Sampai mati, aku tak akan melepaskan Imelda," lanjutnya lagi dengan sangat yakin.     

"Aku tak peduli! Kalian harus berpisah secepatnya," tegas Vincent sambil menarik tangan Imelda yang masih terlihat begitu tersentuh dengan ucapan suaminya.     

Imelda berusaha melepaskan tangan kakaknya yang sedang menggenggamnya erat. "Lepas, Kak! Aku tak bisa meninggalkan Brian. Aku sedang mengandung anaknya," sahutnya dengan suara bergetar dan juga keraguan. Wanita itu mencoba memberikan jarak di antara dia dan juga kakak kesayangannya. Dia tak ingin Vincent membawanya pergi meninggalkan Brian.     

"Aku sudah menduganya." Vincent tersenyum sinis dengan wajah yang penuh kekecewaan. "Pasti Brian sudah menjebakmu dan menjadikan dirimu seorang istri, hanya untuk dipermainkan sesukanya," tambahnya sambil melirik pria di sebelah adik kesayangannya.     

"Kakak sudah salah sangka. Aku sangat mencintai Imelda sejak masih SMA. Rasa cintaku tak pernah berubah dan semakin besar untuknya," ungkap Brian dengan penuh keyakinan.     

Imelda cukup terkejut mendengar kebenaran yang baru saja didengarnya. Dia masih tak percaya jika Brian telah mencintai dirinya sejak masih SMA. Rasanya segala kebahagiaan di atas bumi sedang menghampirinya. Wanita itu cukup senang mendengar hal itu. Terlepas itu benar atau hanya sandiwara.     

"Gugurkan anak itu! Jangan sampai kamu tertipu dengan ucapan manis seorang Prayoga." Vincent terlihat sangat serius dan bersungguh-sungguh mengatakan hal itu pada adiknya. Kemudian dia menatap Brian dengan penuh kebencian yang cukup besar.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.