Bos Mafia Playboy

Sebuah Konspirasi



Sebuah Konspirasi

0Vincent Mahendra sangat terkejut ketika Martin menyebutkan nama sang ibunda. Mendadak jantungnya seolah berhenti mendadak, ia berpikir jika sahabatnya itu mengetahui sebuah kebenaran tentang wanita yang sudah melahirkannya itu. Sebuah tatapan tajam dengan sorotan mata yang cukup mengerikan tersirat dari wajahnya. Dia tak mengerti, apa maksud Martin mengatakan hal itu kepada dirinya. Vincent hanya bisa berharap jika sahabatnya itu tidak mengetahui skandal yang mungkin telah dilakukan oleh Irene Mahendra. "Aku sudah tahu. Mamaku tewas dalam kecelakaan karena ada musuh papa yang sengaja mencelakainya," jawab Vincent sambil memalingkan wajahnya, membelakangi pria yang pernah begitu dekat dengannya.     
0

"Bukan itu yang aku maksudkan." Martin berjalan ke hadapan pria di depannya. Dia bisa melihat jika Vincent dengan menghindari bertatapan langsung dengannya. Apa yang selama ini ditakutkannya, mungkin benar-benar terjadi. Sudah cukup lama Martin berusaha untuk menggali informasi dari kematian seorang dokter hebat yang cukup terkenal, Imelda Mahendra. Kematiannya dalam sebuah kecelakaan menyisakan misteri yang cukup besar. Namun anehnya, kasus itu tak pernah mendapatkan penyelidikan yang layak dari pihak keluarga atau kepolisian. Seolah Davin Mahendra sengaja menutupi alasan kecelakaan itu dapat terjadi. "Ada konspirasi di balik kecelakaan itu, tidakkah kamu menyadarinya?" tanya Martin pada sahabatnya.     

Ekspresi keterkejutan terlukis begitu jelas di wajah Vincent Mahendra. Dia tak pernah membayangkan hal itu dapat terjadi pada keluarganya. Tiba-tiba saja ada penyesalan yang begitu besar menyerang dirinya. Vincent sangat menyesal langsung meninggalkan tanah air begitu pemakaman ibunya selesai. Bahkan dia langsung mempercayai semua penyebab kecelakaan yang diungkapkan oleh rekan Davin Mahendra. Lebih parahnya lagi, insiden kecelakaan itu seolah ditutupi dari media. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui insiden kecelakaan yang merenggut sosok dokter cantik seperti Imelda Mahendra. "Konspirasi?" Vincent kembali mengulang sebuah kata yang begitu mengusik hatinya.     

"Apakah kamu tak pernah mencurigai seseorang yang sengaja menyebabkan insiden kecelakaan itu?" Martin kembali menanyakan hal itu pada sahabat lamanya. Meskipun kejadian itu sudah cukup lama, ia masih sangat ingat bagaimana pertama kalinya dia bergabung dengan Adi Prayoga. Saat itu, sang bos mafia begitu kalut karena sahabat dekatnya meninggal begitu tiba-tiba. Adi Prayoga membayar beberapa orang profesional untuk menyelidiki kematian sahabatnya, Irene Mahendra. Ada sesuatu yang sangat mengejutkan Martin, tanpa sengaja ia melihat hasil penyelidikan dari beberapa orang yang berbeda. Hasilnya .... Kematian Imelda Mahendra bukanlah karena kecelakaan, melainkan seseorang yang cukup berkuasa sengaja menghabisi istri dari Davin Mahendra. Sayangnya, Martin tak bisa menemukan informasi tentang dalang dari kematian Imelda Mahendra.     

Vincent semakin bingung dan juga sangat tak mengerti dengan semua pertanyaan Martin. Selama ini, Davin Mahendra selalu mengatakan jika kematian Irene Mahendra itu karena musuhnya yang bermaksud untuk menyerang dirinya. Kebetulan sekali saat insiden itu, wanita yang telah melahirkan dua anak itu sedang memakai mobil milik sang suami. Menjadikan semuanya menjadi masuk akal dan tak mencurigakan. Bahkan Vincent sama sekali tak pernah berpikir jika itu semua adalah sebuah konspirasi. "Jangan mencoba meracuni pikiranku, Martin! Aku sangat tahu, kamu pasti sangat membenci keluargaku setelah Adi Prayoga menjadikanmu orang kepercayaannya," sahut Vincent dengan wajah yang mulai kesal dan juga kecewa terhadap pria yang sedang menatap dirinya.     

"Tanpa aku meracunimu, mulutmu itu sudah penuh dengan racun yang berbisa," kesal Martin dengan wajah yang seolah telah kehilangan senyuman. Tatapan matanya begitu dingin dan terlihat sedikit menakutkan. Pria itu cukup kecewa dengan ucapan Vincent terhadap dirinya. "Sayangnya, Adi Prayoga tidak seburuk yang tertanam di dalam hati dan otakmu. Dia adalah seorang yang sangat baik, kamu bisa tanya sendiri pada Imelda," tegasnya dengan amarah yang mulai membakar dirinya.     

Seketika itu juga Vincent terkekeh geli mendengar ucapan dari sahabat lamanya itu. Dia tak heran jika Martin berpikir seperti itu. Sudah bertahun-tahun pria itu bekerja dengan Adi Prayoga. Hal itu yang membuat Vincent berpikir jika sahabatnya itu pasti akan membela bos-nya sendiri. "Tentu saja kamu akan membela bos-mu sendiri. Coba kamu pikir ... jika Adi Prayoga tak pernah melakukan kesalahan pada keluargaku, untuk apa Papa selalu menyerangnya. Bahkan ingin menghabisi nyawa bos-mu itu dengan tangannya sendiri," balasnya dengan tatapan sinis dan penuh kebencian.     

"Rasanya ... aku juga sangat penasaran dengan hal itu. Sayangnya, aku sama sekali tak mampu membuka rahasia di antara mereka. Andai aku bisa menyaksikan kejadian sebelumnya, aku pasti juga akan mengetahui alasan menghilangnya Natasya Prayoga di hari yang sama dengan pemakaman ibumu," ucap Martin dengan emosi yang semakin tak terkendali.     

"Apa maksudmu? Apakah Tante Natasya memiliki andil dalam insiden kematian mamaku?" tanya Vincent dengan sangat penasaran. Dia merasa jika terlalu banyak teka-teki di antara dua keluarga itu. Dari semua hal yang sudah terjadi, ia tak mampu menemukan sebuah kebenaran yang bisa memuaskan hatinya. Rasanya terlalu membingungkan dan juga menambah rumitnya prahara di antara keluarga Mahendra dan juga Prayoga.     

Belum juga Martin memberikan jawaban pada pria di depannya, tiba-tiba saja Imelda menyusul kedua pria yang sedang berdiri di tengah-tengah halaman. Wanita itu langsung menghampiri mereka berdua sambil melemparkan tatapan penuh tanya. "Apa yang sedang kalian berdua bicarakan? Ada apa dengan wajah tegang dan juga menakutkan yang sedang kalian tunjukkan satu sama lain?" Imelda langsung melemparkan pertanyaan itu karena mereka berdua terlihat sedang tak baik-baik saja.     

Kedua pria dewasa itu menatap satu sama lain. Vincent memilih mengalihkan pandangannya ke arah rerumputan hijau di halaman rumah itu. Sedangkan, Martin beralih memandang Imelda dengan perasaan yang tidak karuan. Dia berharap jika wanita itu tidak mendengar semua ketegangan dan juga pembicaraannya bersama Vincent. "Ini hanya urusan antar pria. Kamu tak perlu mendengar semuanya." jawab Martin, ia mencoba untuk membuat Imelda tidak berpikir yang berlebihan. Pria itu sangat tahu jika tidak baik seorang ibu hamil memikirkan sesuatu yang terlalu berat.     

"Aku mendengar kalian berdua menyebutkan tentang Mama Natasya. Di mana beliau sekarang? Apa yang sedang kalian berdua tutupi dari kami berdua?" Imelda tak bisa lagi menahan rasa penasarannya. Dia juga sangat berharap bisa segera menemukan ibu mertuanya itu. Beberapa kali Imelda berusaha untuk mencari ibu dari suaminya itu, semua kembali tanpa hasil. "Cepat katakan! Apa yang sebenarnya terjadi dengan Mama Natasya?" tanyanya dengan nada suara yang lebih tinggi dan juga mulai geram karena tak segera mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.     

Vincent sangat tahu jika Imelda sudah mulai tersulut emosi. Dia tak ingin melihat adik kesayangannya menjadi marah ataupun terluka karena keangkuhannya. "Tante Natasya menghilang di hari yang sama dengan pemakaman Mama," sahutnya dengan tidak yakin.     

"Apa maksud Kakak ... Mama Natasya berhubungan dengan penyebab kematian Mama?" Sebuah pertanyaan dari Imelda itu membuat Brian yang sudah berjalan tak jauh dari mereka langsung syok. Seketika itu juga Brian menghentikan langkah, jantungnya serasa berhenti untuk sesaat.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.