Bos Mafia Playboy

Jangan Lakukan Hal Gila!



Jangan Lakukan Hal Gila!

Brian dan Imelda secara bersamaan memalingkan wajahnya ke arah belakang mobil. Dan benar kata Kevin, sebuah mobil warna hitam yang terlihat mencurigakan sedang mengikuti mereka. Dengan wajah cemas, Brian memandang istrinya. Dia hanya menginginkan Imelda dan juga calon anaknya selamat tanpa terluka sedikit pun. "Apakah mobil ini anti peluru?" tanyanya pada sang sopir yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.     

"Tentu saja tidak. Aku bukan milyarder sepertimu yang bisa membeli mobil dengan harga milyaran," sindir Kevin sambil senyum-senyum melirik sahabatnya. "Aku akan mencoba mengecoh mereka dulu." Kevin pun masuk ke area jalanan sempit yang berada di jalan utama. Namun yang terjadi benar-benar di luar dugaan, mobil yang berada di belakangnya itu masih saja mengikutinya melewati jalanan sempit.     

Imelda sangat menyadari kekhawatiran Brian yang sedang duduk di sampingnya. Dia juga tak mau jika hal buruk menimpa mereka. "Dokter Kevin! Apa kamu menyimpan senjata di mobil ini?" tanyanya dengan wajah yang terlihat tenang. Meskipun kedua pria itu mulai panik, Imelda masih bisa mengendalikan perasaannya dengan sebaik mungkin.     

"Sepertinya ada sebuah senjata di dashboard depan," jawab Kevin sambil melakukan mobilnya dengan sangat hati-hati. Dia sadar jika tiga nyawa yang berada di kursi belakang mobilnya sangatlah berharga. Jika terjadi hal buruk dengan mereka, Kevin yakin jika dirinya akan kehilangan nyawanya.     

Setelah Imelda berhasil mengambil senjata itu, Brian justru sengaja mengambilnya dari tangan sang istri. "Biar aku saja ini sangat berbahaya," tegasnya dengan tatapan tajam pada Imelda.     

Imelda tersenyum sinis mendengar ucapan suaminya. Baginya, Brian terlalu percaya diri mengatakan hal itu kepadanya. "Jangan sok-sokan kamu, Brian! Kita semua tahu, siapa dari kita yang paling bisa menembak ... bahkan dengan mata tertutup," sindir Imelda pada pria di sebelahnya yang terlihat sangat gelisah. Dia sangat tahu jika Brian begitu khawatir jika dirinya terluka. Namun Imelda berpikir jika senjata itu paling tepat berada di tangannya. "Sial! Kenapa juga atap mobil tak bisa dibuka?" kesalnya dengan tatapan mengerikan mengarah ke sebuah mobil yang masih mengikuti tepat di belakang.     

Begitu melewati jalanan sempit, Kevin menambahkan kecepatan pada mobilnya. Mereka masuk ke jalanan sepi di pinggiran kota. Dia sengaja ingin membuat mobil yang mengikutinya tak mampu mengejarnya lagi. Dan yang terjadi ... tak seperti perkiraannya. Mobil itu justru semakin mendekat dan tiba-tiba saja .... Dentuman suara peluru yang baru saja dimuntahkan mengenai mobil bagian belakang. Sebuah getaran begitu terasa dari dalam mobil. "Sepertinya mereka ingin menembakkan peluru ke ban mobil ini. Aku harus memperlihatkan keahlianku dalam menyetir," ucap Kevin sambil terus melenggak-lenggokkan mobilnya agar mereka kesulitan untuk menembakkan peluru ke mobilnya.     

"Sepertinya aku harus membuka kaca mobil untuk menghabisi mereka semua," sahut Imelda dengan geram karena mobil di belakangnya terus saja menembaki mobil Kevin.     

Brian semakin panik melihat hal gila yang akan dilakukan oleh istrinya. Dia merasa tak berguna saat harus terus berada di balik jok mobil belakang. "Jangan lakukan hal gila itu, Sayang. Sepertinya mereka membawa banyak senjata." Brian kembali memandang ke mobil di belakangnya, terlihat orang-orang di dalamnya cukup berbahaya. "Kevin! Tambah kecepatan mobilmu. Lebih baik kita memanggil bantuan. Sayang! Cepat hubungi Alex! Aku masih belum bisa menghubungi Martin," perintah Brian dengan sangat serius.     

Imelda langsung mengambil ponsel di dalam tasnya dan segera menghubungi anak buah ayahnya itu. "Alex! Cepatlah selamatkan kami. Sebuah mobil terus mengikuti sambil menembakkan peluru ke arah kami," seru Imelda pada pria di dalam telepon. "Kami berada di Ring Road Utara pinggiran kota," lanjut Imelda lagi dengan wajah yang tiba-tiba panik karena sebuah tembakan kembali mengenai mobil itu. "Brengsek! Berani-beraninya mereka mengganggu perjalanan kita. Dokter Kevin, percepat laju mobilnya! Haruskah aku yang membawa mobilnya?" Wanita itu mulai kesal dengan dua pria di dalam mobil itu. "Jika dalam 15 menit Alex tidak datang, aku sendiri yang akan menghabisi mereka semua." Imelda sengaja mengatakan hal itu dengan keras dan juga sangat jelas agar dua pria di dalam mobil itu dapat mendengarnya.     

Kevin langsung melirik Imelda dari kaca spion di dalam mobilnya, ia tak pernah membayangkan jika dokter idolanya bisa begitu menakutkan seperti saat itu. "Aku tak akan menghentikan mobilnya sebelum bantuan datang," sahutnya dengan hati berdebar-debar dan juga sudah sangat menyesakan dada. Saat-saat itu menjadi saat mendebarkan selama hidupnya. Dia hanya ingin memastikan keselamatan dokter wanita yang menjadi idolanya dan juga sahabat dekatnya.     

Tanpa terasa 13 menit sudah berlalu, Imelda sudah bersiap-siap untuk menembakkan senjatanya ke mobil yang berada di belakangnya. "Alex tak bisa diandalkan, padahal aku sudah membagikan lokasi kita dalam 1 jam ke depan." Imelda langsung membulatkan matanya saat sebuah peluru mengenai kaca spion depan. "Brengsek! Mereka sengaja ingin melumpuhkan kita. Aku akan menghabisi mereka sekarang!" teriak Imelda sambil membuka kaca mobil di sebelahnya.     

Pria di sebelah Imelda merasa tak berdaya sekaligus tak berguna. Brian hanya bisa melihat saja tanpa melakukan apapun. "Hati-hati, Sayang!" Hanya itu yang bisa diucapkan Brian untuk wanita hebat yang terlalu luar biasa untuknya.     

Setelah membuka kaca mobilnya, Imelda bermaksud untuk mengarahkan senjata di tangannya pada mobil yang sejak tadi terus menembaki mereka. Namun tiba-tiba saja, sebuah mobil datang dan menghadang mobil yang sejak tadi mengikuti mereka. Tanpa rasa takut sedikitpun, mobil itu berada di antara mereka dan memberikan serangan balasan yang cukup untuk memukul mundur mereka semua. Mobil penguntit itu akhirnya memperlambat lajunya dan berputar balik ke arah berlawanan.     

"Sepertinya itu Alex. Putar balik mobilnya, Dokter Kevin!" seru Imelda pada sahabat suaminya itu. Kevin langsung memutar balik mobilnya dan menghentikannya tepat di depan mobil yang baru saja datang menyelamatkan mereka.     

Imelda langsung keluar dan memeluk Vincent yang juga datang bersama Alex. "Terima kasih karena sudah datang tepat waktu," ucapnya. Dia pun melepaskan pelukannya dan memandang Alex yang masih berdiri di samping Vincent. "Satu menit lagi kamu tak datang, aku pasti akan menghabisi nyawamu," ancam Imelda pada Alex.     

Pria itu tersenyum sinis pada anak perempuan dari atasannya itu. "Jangan menyalakan aku, salahkan saja kakak kesayanganmu itu. Vincent terlalu banyak drama hingga akhirnya ikut ke sini," sindir Alex pada pria yang masih berdiri di samping Imelda.     

Brian dan Kevin juga ikut keluar dari mobil, mereka pun ikut berdiri di antara mereka semua. "Terima kasih Kak Vincent. Alex," ucapnya dengan tatapan tulus.     

"Bukankah seharusnya kalian berdua berada di villa Prayoga? Untuk apa kalian pergi sejauh ini?" kesal Vincent pada Imelda dan juga suaminya.     

"Tunggu! Kalau Kak Vincent di sini, siapa yang sedang terluka saat bersama Martin?" Imelda menanyakan hal itu dengan diliputi rasa penasaran di dalam hatinya.     

Vincent melemparkan tatapan tajam pada adiknya. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan wajah penasaran.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.