Bos Mafia Playboy

Tidakkah Kamu Merindukan Anak Kita?



Tidakkah Kamu Merindukan Anak Kita?

0Vincent melebarkan matanya dengan ekspresi terkejut dan juga sangat penasaran. "Apa maksudmu?" seru pria yang masih terlihat kesal karena Brian dan Imelda berani keluar dan membahayakan dirinya.     
0

"Martin membawa seorang pria dengan luka tembak ke klinik Dokter Kevin," jelas Imelda sambil memandangi wajah kakaknya.     

Kevin yang melihat Imelda yang sedikit ragu dalam memberikan jawaban langsung mendekati dua orang adik kakak itu. "Beberapa saat yang lalu, Martin membawa seseorang dengan luka tembak di lengannya. Ketika saya menceritakan hal itu pada Dokter Imelda, dia mengira itu adalah Anda. Oleh karena itu, Dokter Imelda memaksa untuk pergi ke klinik dan memastikannya sendiri," terang Kevin dengan cukup menyakinkan dan juga tanpa adanya keraguan sedikit pun.     

"Jika begitu, aku akan mengawal kalian menuju klinik. Biaya kerusakan pada mobil Anda akan kami berikan ganti rugi," balas Vincent dengan ekspresi yang mulai melembut dan amarah yang tadinya begitu jelas berangsur padam.     

Sebuah senyuman hangat diberikan Kevin pada pria yang berstatus sebagai kakak laki-laki dari Imelda. Dia tak mungkin meminta ganti rugi atas kerusakan itu. "Jangan khawatir mengenai mobilnya. Lagipula itu adalah mobil milik Brian, tak seharusnya Anda memberikan ganti rugi," ungkap Kevin sambil kembali mengulas senyuman.     

"Apa! Sejak kapan aku menjadi pemilik mobil rosok itu?" gumam Brian setelah mendengar penjelasan Kevin pada kakak iparnya. Penjelasan pria itu cukup mengejutkan baginya. Brian tak menyangka jika sahabatnya itu sangat panda berakting.     

Mereka semua masuk ke dalam mobil masing-masing. Begitu Kevin sudah masuk, Brian langsung menghujam sahabatnya itu dengan tatapan yang sangat tajam. Ketajaman seolah mampu merobek jantungnya. "Sejak kapan mobil rosok ini adalah milikku?" tanya Brian sambil menepuk pundak Kevin.     

Pria itu justru terkekeh dengan kekesalan Brian kepadanya. Dia tak dapat menahan diri untuk tidak tertawa. "Tidak ada yang salah dengan ucapanku," sahut Kevin tanpa melirik sedikit pun pada pria yang sedang duduk di belakangnya.     

"Dasar gila! Rasanya aku ingin segera menghabisimu," kesal Brian dengan wajah yang terbakar amarah.     

Menyadari sahabatnya menjadi sangat marah, Kevin pun berpikir untuk menjelaskan semuanya. "Mobil ini diberikan oleh Om Adi Prayoga. Selain itu, asal kamu tahu saja ... mobil ini atas namamu," jelasnya sambil terus melajukan mobil menuju ke kliniknya. Sudah cukup lama, Adi Prayoga memberikan mobil itu pada Kevin. Awalnya mobil itu akan diberikan untuk Brian lalu Adi Prayoga melihat anak semata wayangnya itu sudah membeli sebuah mobil mewah yang sangat mahal. Pria itu mengurungkan niatnya dan memberikan mobil itu pada Kevin.     

"Bagaimana bisa atas namaku?" Brian semakin penasaran dengan asal usul mobil milik sahabatnya itu.     

"Sebelumnya mobil ini akan diberikan padamu. Sayangnya kamu sudah lebih dulu membeli mobil baru. Jadi, Om Adi Prayoga memberikannya untukku dengan cuma-cuma." Kevin langsung terkekeh geli melihat ekspresi Brian yang cukup terkejut. Dia sangat yakin jika sahabatnya itu tak pernah menyangka jika ayahnya telah memberikan mobil itu. "Ada apa dengan wajahmu itu?" ledek Kevin sambil senyum-senyum melirik Brian dari kaca mobilnya.     

"Bisakah kamu menutup mulutmu itu?" kesal Brian pada sahabat dekatnya.     

Imelda hanya bisa menggelengkan kepala melihat Brian yang terlihat semakin kesal mendengar ledekan Kevin. Padahal ia sangat tahu jika Kevin hanya berniat untuk menggoda suaminya saja. Sepertinya respon Brian sedikit berlebihan karena emosinya yang tidak stabil. "Sudahlah, Brian. Jangan seperti anak kecil, Kevin hanya ingin menggodamu saja," hiburnya sambil meraih tangan suaminya lalu menggenggam dengan erat. Dengan gerakan pelan, Imelda meletakan tangan Brian di perutnya yang masih belum membesar. Wanita itu memandang suaminya dengan penuh perasaan cinta yang sudah tersimpan di dalam hatinya. "Tidakkah kamu merindukan anak kita?" Sebuah senyuman lembut merekah di wajah cantik Imelda. Imelda seolah telah berubah menjadi sosok malaikat yang sangat lembut dan juga begitu cantik. Padahal sebelumnya, dia seperti wonder woman yang sudah siap untuk menghabisi musuhnya.     

"Maaf, Sayang. Aku terlalu mementingkan ego di dalam diriku hingga melupakan anak kita." Brian langsung membelai dan memberikan usapan penuh cinta pada perut Imelda. Dia merasakan kebahagiaan yang sangat luar biasa ketika bisa memiliki Imelda di sisa hidupnya. "Sayang ... " panggilnya pada sang istri.     

"Ada apa, Brian?" sahut Imelda sambil memberikan sebuah tatapan penuh arti.     

Brian pun tersenyum sangat tulus. Seluruh kebahagiaan di dunia seolah telah menjadi miliknya. "Aku sangat mencintaimu," ucapnya dengan serius dan tentu saja sangat tulus. Pria itu mendekatkan wajahnya lalu mendaratkan sebuah ciuman hangat di bibir Imelda. Dengan pelan namun pasti, Brian melumatnya dengan sangat rakus. Seolah dia tak ingin melewatkan sedikit saja setiap bagian dari bibir istrinya.     

Lagi-lagi harus melihat pasangan itu kembali berciuman dengan sangat mesra, Kevin pun menghentikan mobilnya dengan sangat mendadak. Suara decitan rem terdengar cukup jelas dan begitu nyaring. Dia sengaja ingin merusak momen romantis sahabatnya itu.     

Brian cukup terkejut dan langsung melepaskan bibir Imelda dari mulutnya. Dengan sekali gerakan, dia memukul pundak Kevin cukup keras. "Kamu sengaja melakukannya!" teriak Brian pada sahabatnya. "Kamu pasti iri pada kami berdua," sindirnya dengan sinis.     

Suara tawa terdengar memenuhi mobil itu. Kevin pun membalikkan badannya lalu menatap Brian penuh arti. "Kamu pikir aku iri dengan kemesumanmu?" kesalnya dengan tatapan aneh. "Tentu saja aku sangat iri. Bayangkan saja, sejak di villa kalian berdua selalu memamerkan kemesraan padaku. Aku ini pria normal," ungkap Kevin sambil tersenyum aneh memandang pasangan yang duduk di kursi belakang mobilnya. "Dan satu lagi ... lihat saja keluar." Kevin menunjuk ke arah samping mobilnya. "Kita sudah berada di depan klinik," lanjutnya dengan wajah kesal, kemudian langsung turun dari mobil.     

"Sejak kapan kita sampai di sini?" Imelda juga tak menyadari jika mereka sudah sampai di depan klinik. Dia pun keluar bersama suaminya dan terlihat Vincent dan Alex sudah menunggunya di depan pintu klinik.     

"Apa yang kalian lakukan di dalam mobil? Aku mulai jamuran menunggu kalian di sini," sindir Vincent tanpa perasaan sedikit pun.     

Imelda hanya tersenyum malu-malu tanpa memberikan jawaban. Dia pun menggenggam tangan Brian dan mengajaknya masuk. "Ayo kita masuk, siapa yang sebenarnya dibawa Martin ke klinik ini?" Brian dan Imelda langsung masuk ke dalam klinik diikuti oleh Vincent dan juga Alex yang berjalan di belakangnya. Setelah Imelda menanyakan ruangannya pada perawat, mereka pun berjalan bersamaan menuju ruangan di mana pria itu dirawat.     

Saat hampir sampai di ruangan itu, terlihat seorang pria keluar dari sana dengan sangat terburu-buru. "Bukankah itu Martin?" Alex berteriak sambil berusaha untuk mengejar pria yang baru saja keluar dari ruangan itu. Dia berpikir jika itu adalah kesempatan emas baginya untuk melihat sosok Martin yang begitu sulit untuk ditemukan itu.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.