Bos Mafia Playboy

Lakukanlah Malam Ini!



Lakukanlah Malam Ini!

0Brian terlibat perselisihan yang cukup serius dengan istrinya. Hal itu adalah buntut dari perdebatan mereka saat masih di dalam mobil itu. Saat Laura masih di sana, Imelda masih bisa menahan dirinya. Namun ketika wanita itu tiba-tiba mendapatkan panggilan dari rumah sakit, air muka Imelda langsung berubah kesal. Perdebatan kecil di dalam mobil tadi benar-benar telah merusak suasana hatinya.     
0

"Sepertinya kamu tidak rela jika aku hamil anakmu!" Entah dari mana Imelda mendapatkan pemikiran itu. Tiba-tiba saja dia menjadi sangat kesal dan mengatakan banyak hal yang memicu perdebatan di antara mereka.     

"Apa-apaan kamu, Sayang. Aku tak pernah berpikir seperti itu. Tidakkah kamu merasakan rasa cintaku yang begitu besar ini?" Brian justru melemparkan pertanyaan pada istrinya yang sudah terbakar amarah. Dia tak pernah mengira jika Imelda akan sempurna itu.     

Imelda langsung bangkit dari tempat duduknya, menatap Brian dengan wajah kesal. "Jangan membual, Brian. Aku sangat tahu, bagaimana kamu sebelum menikahiku?" Wanita itu langsung membalikkan badannya dan meninggalkan Brian begitu saja. Entah mengapa, ia bisa merasa sangat marah saat membayangkan Brian bersama wanita-wanita itu. Padahal itu hanya masa lalu dari pria itu. Bahkan pria itu tak pernah berdekatan dengan wanita manapun, apalagi menghabiskan malam dengan wanita lain.     

Dengan sangat putus asa, Brian mengejar Imelda yang hampir masuk ke dalam lift. Pria itu tak mungkin membiarkan istrinya pergi dalam suasana hati yang kurang baik. "Sayang. Kumohon! Dengarkan penjelasanku dulu," ucap Brian yang sudah masuk ke dalam lift bersama Imelda dan berdiri tepat di sebelahnya. Pria itu menggenggam tangan wanita yang terlihat sangat marah terhadapnya. Begitu pintu lift terbuka, Brian langsung merangkulkan tangannya ke pundak Imelda dan berjalan menyusuri koridor hotel yang terlihat sangat mewah dan tentu saja berkelas.     

"Kemana kamu akan membawaku, Brian?" protes Imelda sambil berusaha melepaskan diri dari suaminya. Namun tak sedikit pun Brian melepaskannya.     

Tanpa memberikan jawaban pada sang istri, Brian pun membawa Imelda masuk ke dalam sebuah kamar presidential suite. Sebuah kamar hotel mewah dengan desain elegan dan kamar yang cukup luas. Dengan sangat lembut, pria itu menarik tangan Imelda dan mengajaknya duduk di sebuah sofa besar yang langsung menghadap ke private pool yang cukup menarik hati.     

Imelda sempat takjub dengan pemandangan di hadapannya. Namun begitu tersadar, ia langsung menatap Brian penuh arti. "Untuk apa kamu membawaku ke sini, Brian? Jangan bilang kamu ingin memintanya sekarang juga!" Imelda terlihat sangat kesal dan juga bingung dengan alasan suaminya membawa ke kamar hotel itu.     

Mendengar ucapan istrinya, ingin rasanya Brian berlari ke air dan menenggelamkan diri di dalam sana. Harus ia akui, akhir-akhir ini Imelda terlalu sensitif dan membuatnya harus menahan amarahnya. Dia merasa jika istrinya itu menjadi senang mempermainkan dirinya. Terkadang, Brian merasa sangat putus asa karena sikap wanita yang sangat dicintainya itu. "Aku tidak berpikir sampai ke sana, Sayang. Yang aku pikirkan, hanya agar kamu tak kelelahan bolak-balik kembali ke villa. Lagipula ini juga sudah cukup malam," jelasnya dengan tutur kata lembut dan menekan emosi di dalam dirinya. Brian berpikir, mungkin saja semua wanita hamil akan berubah sangat menyebalkan seperti Imelda malam itu.     

Imelda kemudian masuk ke kamar mandi untuk melepaskan gaun yang dipakainya. Saat ingin membuka resleting gaun itu, ia mengalami kesulitan. Mau tak mau dia harus memanggil Brian, satu-satunya orang yang bisa membantunya saat itu. "Brian! Bisakah kamu ke sini sebentar," teriak Imelda di balik pintu kamar mandi.     

Tanpa menunggu lama, Brian menyusul istrinya masuk ke kamar mandi di ruangan itu. "Ada apa, Sayang?" tanyanya dengan langkah yang terlihat ragu-ragu.     

"Bantu aku menurunkan resleting gaun ini," ucap Imelda sambil memegangi gaun yang masih dipakainya.     

Brian merasa sedang merasakan de javu. Dia merasa pernah melakukan hal serupa pada Imelda. Namun dia sama sekali tak mengingat, kapan peristiwa itu terjadi. Dengan sangat pelan dan juga berhati-hati, Brian menurunkan resleting gaun istrinya. Hal pertama kali yang dilihatnya adalah betapa mulusnya punggung Imelda yang sangat menggoda. Pria itu sudah payah harus menelan saliva. Setengah mati dia menahan gairah di dalam dirinya. Brian tak ingin membuat wanita yang dicintainya itu marah akan perbuatannya.     

Pelan namun pasti, Brian berhasil menurunkan resleting hingga ke ujung paling bawah. Pria itu sengaja menutup matanya agar tidak semakin tergoda pada tubuh Imelda yang terlihat semakin sexy. Namun ... apa yang dilakukannya justru menjadikan kesalahpahaman yang cukup besar di antara mereka.     

Merasakan resleting gaunnya sudah terbuka dengan sempurna, Imelda langsung membalikan badannya. Dia mendapati Brian sedang berdiri sambil memejamkan matanya cukup rapat. Bahkan pria itu terlihat sangat menderita dalam mata tertutup sekalipun. "Apakah kamu sebegitu inginnya tak melihat tubuhku hingga harus memejamkan matamu?" Sebuah pertanyaan dari Imelda sontak membuat Brian langsung membuka matanya dan menatap wanita yang dicintainya.     

"Kamu sudah salah paham, Sayang." Brian berusaha untuk mengatakan yang sebenarnya.     

"Aku tahu Brian ... tubuhku sama sekali tidak sexy. Apalagi setelah kehamilanku ini. Ditambah lagi, payudaraku juga tak sebesar wanita yang biasanya menemanimu menghabiskan malam panjang bersamamu. Seolah kamu sangat jijik kepadaku," terang Imelda dengan suara yang terdengar besar menyiratkan sebuah kepedihan di dalam lubuk hatinya yang terdalam.     

Seketika itu juga, Brian langsung menarik rambutnya sendiri. Dia sama sekali tak bisa mengerti dengan pemikiran istrinya. "Kumohon, Sayang. Aku sedikit pun tak pernah berpikir seperti itu. Semua yang kamu katakan tidak ada yang sesuai dengan yang aku pemikiran," balasnya dengan wajah yang sangat sedih dan juga putus asa. Brian benar-benar bingung menghadapi istrinya sendiri.     

"Aku tak percaya padamu, Brian!" seru Imelda dengan air mata yang tertahan dan juga terlihat cukup jelas. Wanita itu berjuang cukup keras agar tidak menetes air matanya di hadapan pria yang mengaku sangat mencintainya.     

Brian berusaha untuk setenang mungkin, dia tak ingin terbawa emosi karena ucapan istrinya. Dia pun menarik nafasnya cukup dalam sebelum membalas ucapan Imelda yang sudah terbakar amarah di dalam hatinya. Dengan sangat lembut, ia menyentuh tangan Imelda. Menatapnya dengan hangat dan juga penuh kasih sayang. "Apa yang bisa aku buktikan agar kamu percaya dengan ucapanku?" tanya Brian pada wanita cantik yang sedang mengandung buah cinta mereka berdua.     

Tak langsung menjawab pertanyaan itu, Imelda justru memejamkan mata sambil menahan butiran air yang mungkin saja akan mengalir tanpa meminta ijin darinya. Dia sedang memikirkan sebuah jawaban yang akan membuktikan semua kesungguhan hati seorang Adi Prayoga. Imelda pun membuka matanya dan memandang Brian penuh arti. "Lakukanlah malam ini!" ucapnya tegas pada sang suami.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.