Bos Mafia Playboy

Serangan Yang Membahayakan Imelda



Serangan Yang Membahayakan Imelda

0Diam-diam Martin terus saja memandangi menantu dari bos-nya itu. Dia sangat mengagumi ketegasan yang dimiliki oleh Imelda. Bahkan hanya sedikit perkataan dari wanita itu saja, seorang pria seperti Davin Mahendra langsung menuruti keinginannya. Kekaguman Martin tak hanya sampai di sana, kepedulian Imelda kepada adik laki-lakinya membuat dirinya semakin kagum pada sosok Imelda Mahendra. Meskipun sudah cukup lama Martin mengetahui wanita itu, dia sama sekali tak mengenalnya secara deket. Dahulu, dia hanya mengetahui Imelda sebagai adik perempuan sahabatnya, Vincent Mahendra. Di saat Martin sedang terbayang ke kenangan masa lalunya, tiba-tiba suara Imelda menghancurkan segalanya.     
0

"Apa yang sedang kamu lihat, Martin?" Suara Imelda cukup mengejutkan seorang pria yang tanpa sadar memandangi wanita yang menatap ke arahnya.     

Pria itu tak langsung menjawab pertanyaan Imelda. Seolah Martin sedang hanyut dalam lamunannya sendiri, hingga Marco tiba-tiba saja mendorongnya pelan. "Kak!" panggil Marco pada sosok pria di sebelahnya.     

"Ya ... ada apa?" Kalimat itu yang diucapkan oleh Martin setelah sadar dari angan-angannya. Dia pun memandang Imelda yang sedang melihat dirinya penuh tanya. "Ada apa, Imelda?" tanyanya tanpa rasa berdosa sedikit pun.     

Imelda tersenyum sinis pada pria yang terlihat bingung karena baru tersadar dari lamunannya. "Marco. Sepertinya kakakmu sedang memikirkan wanita di dalam ponselnya," ledek Imelda sambil tersenyum tidak jelas. "Sepertinya aku harus pergi, nikmati saja waktu kalian." Imelda langsung meninggalkan ruangan itu untuk memberikan waktu pada dua pria itu.     

Marco langsung memandang wajah Martin seketika itu juga. Dia sangat penasaran dengan sosok wanita yang dimaksudkan oleh anak dari bos-nya.     

"Siapa wanita itu, Kak?" tanyanya dengan wajah penasaran.     

"Itu bukan urusanmu!" jawab Martin ketus. Dia pun langsung bangkit dari tempat duduknya lalu memandangi adik satu-satunya itu. "Yang penting, jagalah dirimu sebaik mungkin. Jangan mencampuri urusanku!" tegasnya sebelum meninggalkan ruang perawatan Marco. Keluar dari sana, Martin langsung mencari Brian dan Imelda. Dia bertanggung jawab untuk memastikan keamanan pasangan itu. "Kalau sudah selesai, aku akan mengantarkan kalian berdua pulang," ucap Martin dari depan pintu di mana pasangan itu berada.     

Brian langsung bangkit dari tempat duduknya lalu memandang sang istri yang berada di sebelahnya. "Sebaiknya kita pulang, Sayang. Rasanya tidak nyaman memakai pakaian ini." Brian menggenggam tangan Imelda dan mengajaknya keluar dari ruangan itu. Mereka berdua langsung menyusul Martin yang sudah masuk ke dalam mobil lebih dulu. Baru beberapa langkah keluar dari klinik, Kevin sudah berlari mengejar mereka berdua.     

"Tunggu!" teriak Kevin sambil berlari ke arah mereka berdua. Dia pun memberikan sebuah paper bag kepada istri dari sahabatnya. "Aku sudah menyiapkan beberapa obat-obatan yang mungkin akan dibutuhkan Brian sewaktu-waktu," ucapnya dengan cukup menyakinkan.     

Imelda langsung mengerti dan menerima paper bag itu dengan senyuman tulus di wajahnya. "Terima kasih, Dokter Kevin. Kamu benar-benar sahabat terbaik buat suamiku," puji Imelda pada pemilik klinik itu.     

"Aku hanya melakukan tugasku sebagai dokter keluarga. Berhati-hatilah di jalan." Kalimat itulah yang diucapkan oleh Kevin sebelum mereka berdua masuk ke dalam mobil milik Martin.     

Di dalam mobil, Martin lebih banyak diam tidak seperti biasanya. Pria itu seperti sedang memikirkan sesuatu yang cukup serius dan juga begitu berat untuknya. Setelah pertemuan kembali dengan Vincent, seolah dia harus memikul sebuah tanggung jawab besar di pundaknya. Banyak misteri yang harus dipecahkan olehnya dan hal itu cukup menguras energi dan juga pikiranku. "Apa kalian ingin mampir ke suatu tempat?" tanyanya sambil melirik ke arah kaca di dalam mobilnya.     

"Aku ingin mampir ke toko kue sebentar," sahut Imelda pada tangan kanan dari Adi Prayoga itu.     

"Sepertinya tak jauh dari sini ada toko kue yang cukup terkenal." Martin langsung melajukan mobilnya menuju ke sebuah toko kue yang cukup terkenal dan tak jauh dari sana. Beberapa menit kemudian, mobil pun berhenti di sebuah toko kue yang cukup besar. Walaupun tak terlalu ramai, cukup banyak pengunjung yang berada di dalam toko itu.     

Melihat toko yang begitu menarik dengan beberapa pengunjung yang sudah berdatangan, Imelda menjadi sangat tidak sabar untuk segera masuk toko. "Kalian tunggu saja di sini. Aku akan membeli kue cuma sebentar saja." Imelda keluarga dari mobil hanya membawa sebuah tas kecil yang dibawanya sejak semalam. Wanita terlihat kalap memilih beberapa kue yang terlihat cukup lezat.     

Sedangkan dua pria tadi, duduk di dalam mobil sambil memperhatikan Imelda di balik dinding kaca di toko itu. Tanpa henti, Martin memperhatikan sekeliling toko itu. Dia tak ingin jika hal buruk sampai menimpa adik dari sahabatnya itu. Tiba-tiba saja, suasana di depan toko menjadi lebih sepi dari sebelumnya. Martin merasa ada yang tidak beres di sana. "Aku ke toilet sebentar," pamitnya pada Brian. Dia sengaja tak mengatakan kecemasannya mengenal hal itu. Martin tak ingin jika Brian ikut keluar dan membahayakan dirinya.     

Begitu keluar dari mobil, dengan sengaja Martin benar-benar pergi ke toilet. Setelah itu, dia memantau Imelda dari balik mobil yang paling dekat dengan pintu keluar atau masuk toko. Namun tak berapa lama, Brian justru menyusul dengan tatapan penuh kecurigaan. "Apa yang lakukan di sini?" tanyanya pada Martin.     

"Aku ingin merokok sebentar," kilah Martin. Masuklah ke dalam mobil sebelum Imelda marah karena melihatmu ikut keluar," lanjutnya sambil mengeluarkan bungkus rokok dari kantong celananya. Untuk menyakinkan Brian, ia sengaja mengambil pemantik dan menyalakan sebatang rokok di hadapan anak semata wayang dari bos-nya itu.     

Brian akhirnya percaya jika Martin keluar untuk merokok, bukannya untuk mendekati istrinya. "Setelah selesai, cepatlah masuk ke dalam mobil," ucap Brian sebelum kembali masuk ke dalam mobil.     

Begitu Brian sudah menghilang dari hadapannya, Martin langsung melemparkan rokoknya dan menginjaknya hingga padam. Dia kembali duduk di sebelah mobil itu sambil memperhatikan keadaan di sekitar toko.     

Di dalam toko kue, Imelda baru saja memilih beberapa kue kesukaannya. Setelah keranjang belanjaan cukup penuh, ia langsung mengantri di depan kasir sambil memperhatikan beberapa cake yang dipajang di lemari pendingin. Matanya berbinar melihat beberapa kue yang terlihat sangat menggiurkan untuknya, hingga dia tak memperhatikan sekelilingnya. Selesai melakukan pembayaran, Imelda keluar melalui sebuah pintu kaca otomatis di toko itu.     

Baru saja berjalan melewati dua langkah dari pintu, tiba-tiba saja seseorang yang cukup mencurigakan berjalan ke arah Imelda. Sayangnya wanita itu tak menyadarinya karena terlalu bersemangat untuk segera memakan kue-kue yang tersimpan di beberapa paper bag yang berada di tangannya. Dan tiba-tiba saja, seseorang datang dengan langkah yang cepat dengan sebilah pisau di tangannya.     

"Imelda! Awas!" teriak Martin sambil berlari ke arah di mana wanita itu berada.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.