Bos Mafia Playboy

Ucapan Yang Meledakkan Amarah



Ucapan Yang Meledakkan Amarah

0Keluar dari private room, Martin menuruni anak tangga untuk mencari Alex yang tiba-tiba memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu. Dengan tak bersemangat, ia berjalan ke taman depan restoran. Terlihat Alex sedang duduk seorang diri di sebuah kursi yang berada di tengah-tengah taman itu. Dia pun membulatkan niatnya untuk menjumpai anak buah dari Davin Mahendra yang selama ini memburunya.     
0

Sampai di belakang Alex, ia tak langsung menyapanya. Martin memilih untuk berdiri beberapa saat sambil memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh pria itu. Tak berapa lama, ia pun langsung muncul di hadapannya secara tak terduga. "Jangan bermain drama di depan Imelda dan yang lainnya," cetus Martin dengan suara dingin yang terdengar cukup pelan.     

Alex yang mendengar suara itu langsung menengadahkan kepala dan menatap sosok pria di depannya. Dia lalu mulai berpikir sambil terus memandangi orang di depannya. "Mungkinkah ini Martin?" tanyanya di dalam hati.     

"Apa yang kamu lihat?" tanya Martin dengan suara ketus. Dia bisa tahu jika jika Alex pasti sudah sangat penasaran dengan kehadirannya.     

Sebuah senyuman sinis sengaja dilukiskan Alex saat mendengar suara ketus di hadapannya. "Jadi kamu adalah Martin," balasnya dengan tatapan dingin. "Tidak terlalu buruk," sindirnya sambil memperhatikan Martin dari ujung kaki ke ujung kepalanya.     

Seketika itu juga, Martin langsung menunjukkan seringai di wajahnya. Dia merasa tak nyaman dengan perkataan Alex yang terlalu sinis baginya. "Asal kamu tahu, jika bukan karena Imelda ... aku tak akan sudi menemui pria sombong dan arogan sepertimu," kesalnya dengan tatapan tajam yang cukup menggugah amarah.     

"Apalagi aku, tak ada niat bagiku untuk melihat pria yang sok pintar dan juga angkuh sepertimu," balas Alex dengan tak kalah sinis. "Ternyata hanya segini saja dirimu, tak ada faedahnya bersembunyi di balik wajah palsumu," sindirnya lagi dengan nada yang sedikit sarkas.     

Sejak tadi, Martin mencoba menahan dirinya untuk tidak terprovokasi dengan ucapan Alex. Sayangnya, semakin lama perkataan pria itu justru semakin menjadi-jadi dan membuat emosinya meledak. Tanpa keraguan sedikit pun, Martin menarik kerah kemeja Alex sambil menatapnya dengan sorotan tajam. "Jangan terlalu percaya diri! Kamu tak ada apa-apanya dibanding denganku." Dia pun langsung melepaskan Alex sambil memberikan dorongan kecil kepada pria itu.     

"Brengsek! Berani-beraninya kamu mendorongku!" Giliran Alex yang menarik pakaian Martin dengan amarah yang sudah membara begitu hebat. "Jangan sok berkuasa di sini! Kamu hanya kacung Adi Prayoga," sahut Alex dengan ekspresi yang sedikit memberikan hinaan pada Martin.     

Tanpa banyak bicara, Martin langsung mendaratkan sebuah pukulan di wajah Alex. Dia sudah sangat terpancing dengan ucapan anak buah Davin Mahendra yang berhasil memprovokasi dirinya. Martin seakan telah lupa jika dirinya sedang berada di tempat umum.     

Merasa tak terima dengan pukulan yang dilakukan Martin, Alex pun menjadi kalap. Dia langsung memberikan balasan berkali-kali pada kakak kandung dari Marco itu. Terjadilah gerakan saling membalas satu sama lain di antara mereka berdua. Mereka tak peduli saat beberapa orang mulai memperhatikan keributan itu.     

Di sisi yang lain, Vincent baru saja keluar dari restoran untuk mencari kedua pria itu. Baru saja berjalan dua langkah dari pintu restoran, ia melihat dua orang pria itu sudah saling menyerang tanpa henti. Vincent kembali masuk dan memanggil yang lainnya di private room. "Cepatlah turun! Alex dan Martin ribut besar. Mereka saling menyerang dan menyebabkan keributan di luar," seru Martin sebelum kembali keluar untuk menyusul kedua pria tadi.     

Brian, Imelda dan Marco langsung berlari keluar untuk menyusul ketiga pria itu. Mereka tak menyangka jika Alex dan Martin akan melakukan hal sebodoh itu. Dengan wajah cemas dan juga kesal, Imelda berlari ke arah dua pria yang sedang adu kekuatan itu. Brian yang berada di belakangnya, menjadi sangat khawatir pada istrinya. Terlihat Martin mencoba untuk melerai mereka berdua, sepertinya tidak berhasil.     

"Hentikan sekarang juga!" Imelda berteriak dengan suara lantang hingga orang-orang di sekitar lokasi itu langsung melihat ke arahnya. Saat itu juga, Alex dan Martin langsung menghentikan perkelahian mereka.     

Imelda memperlihatkan wajah cemas namun juga sangat kesal. Dia tak menyangka jika mereka akan melakukan hal yang begitu memalukan di tempat umum. "Brian! Marco! Tolong bawa dua pria bodoh itu kembali ke private room," ucapnya dengan suara bergetar kerena setengah mati menahan amarahnya. Dia hampir saja menumpahkan emosi yang semakin memuncak saat melihat mereka berdua saling memukul tanpa henti.     

"Kak Vincent, mintalah beberapa perlengkapan P3K pada pengelola restoran," pinta Imelda pada kakaknya. Dia pun langsung masuk ke dalam mengikuti mereka semua yang lebih dulu kembali ke ruangan yang sudah dipesannya.     

Vincent langsung pergi ke resepsionis yang berada tak jauh dari pintu masuk. "Bolehkah saya meminjam perlengkapan P3K?" tanyanya pada seorang wanita di meja resepsionis.     

"Tentu saja. Silahkan ditunggu sebentar." Wanita itu kemudian masuk ke ruangan staf untuk beberapa saat. Begitu kembali, ia sudah membawa kotak P3K di tangannya. "Silahkan, Pak. Ada lagi yang bisa saja bantu?" tanya wanita tadi dengan sangat ramah.     

"Tidak, terima kasih." Vincent langsung meninggalkan resepsionis dan kembali ke private room di mana yang lain sudah menunggunya juga. Begitu pintu terbuka, dia langsung disuguhi pemandangan yang cukup membuat harus menahan diri untuk tidak ikut emosi.     

"Alex yang sengaja menghinaku duluan," teriak Martin sambil menatap sini pria yang bekerja dengan Davin Mahendra itu. Baru kali ini Martin benar-benar hilang kendali. Kehadiran Alex benar-benar telah menghancurkan suasana hatinya.     

Di kursi yang lain, Alex sedang duduk di samping Marco. Dia terus saja melirik Martin sambil tersenyum sinis padanya. Dengan sengaja, ia ingin memprovokasi orang kepercayaan Adi Prayoga itu. Rasanya Alex sudah sangat tidak tahan pada sosok pria yang selalu berhasil lolos dari target operasi. Di saat Martin berada di depannya, Alex sangat menyesal tak mampu menangkapnya. "Rasanya tanganku sudah sangat gatal untuk menjebloskan dirimu ke dalam jeruji besi," sahutnya dengan wajah dingin.     

"Cepat obati luka kalian sendiri." Vincent baru saja datang dan disambut dengan ketegangan di antara mereka berdua. Dia pun langsung melemparkan kotak P3K itu di atas meja. "Jangan ada yang membantu mereka, biar mereka berdua mengobati luka mereka sendiri," tegasnya dengan wajah kesal.     

Marco rasanya menjadi sangat bingung. Satu orang pria adalah kakak kandungnya sendiri dan pria lainnya adalah rekan kerjanya yang cukup dekat dengannya. Dia pun hanya bisa menahan diri untuk membantu salah satu dari mereka.     

Sedangkan Imelda memilih untuk memainkan ponselnya untuk menghilangkan kekesalan di dalam hati. Namun sebuah notifikasi yang baru masuk di ponselnya, membuat dia sangat terkejut. "Sial! Ada mempublikasikan video perkelahian kalian secara online," ucap Imelda panik.     

Happy Reading     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.